Keesokan harinya seperti biasa, Safira bersama Papanya berada di rumah. Sedangkan Tiara pergi bekerja seperti biasanya.
Awalnya Tiara sedikit kesal pada Gavin karena menjelang pagi Gavin menyerangnya dengan melakukannya hingga berkali-kali. Dia merasa bertambah lelah ketika akan berangkat bekerja.
Untung saja Gavin bisa membujuknya dengan memberikannya cincin berlian yang sudah disimpannya selama beberapa hari yang lalu.
Rencananya memang dia akan memberikan cincin berlian itu untuk istrinya. Hanya saja belum ada kesempatan yang pas untuk memberikannya.
Ingin sekali dia mengajak istrinya itu untuk berlibur selama beberapa hari bersama anak mereka di luar kota. Dengan suasana romantis yang akan disiapkannya, dia berencana untuk memberikan cincin berlian tersebut.
Sayangnya semua rencananya gagal. Tiara tidak ada waktu untuk diajaknya berlibur. Bahkan untuk jalan-jalan bertiga dengan Safira saja, dia tidak punya waktu.
Pupus sudah harapan Gavin untuk memiliki anak lagi. Tiara sangat sulit untuk diajak melakukan berhubungan suami istri. Kelelahannya selalu menjadi alasan utamanya.
"Sayang, Safira ikut Papa ya," ucap Gavin sambil duduk di sebelah Safira yang sedang memainkan game di ponselnya.
Safira menjeda permainannya. Kemudian dia mengalihkan perhatiannya dari ponsel yang dipegangnya, beralih melihat ke arah papanya.
"Mau ke mana Pa?" tanya Safira dengan sangat antusias.
Gavin tersenyum melihat Safira yang antusias bertanya padanya. Kemudian dia berkata,
"Papa akan berkeliling ke semua toko. Sekalian kita jalan-jalan."
"Ikuuuut…," sahut Safira sambil berdiri dari duduknya.
Gavin terkekeh melihat keantusiasan putrinya. Dia merentangkan tangannya agar Safira masuk ke dalam pelukannya.
Safira pun berhambur memeluk papanya. Dalam hati Gavin berkata,
Kasihan kamu Nak. Sepertinya kamu bosan di rumah. Papa tidak akan membiarkanmu bersedih. Papa janji.
Setelah itu Gavin membawa Safira pergi berkunjung dari toko satu ke toko yang lain. Memang tidak sebentar berada di setiap toko karena Gavin harus mengecek pembukuan dan persediaan barang mereka.
Ditambah lagi, dia harus bertemu dengan supplier dari perusahaan emas yang menawarkan koleksi terbaru mereka. Gavin harus menemui mereka dan membereskan urusan mereka.
"Tolong bungkus satu set perhiasan ini untuk istri saya," ucap Gavin pada orang kepercayaannya di toko tersebut.
Orang tersebut sangat terpukau pada perhiasan yang ada di depannya sekarang ini. Sangat terlihat jelas karena matanya berbinar ketika melihat perhiasan tersebut. Kemudian dia berkata,
"Wah… sangat indah sekali Pak. Ini koleksi terbaru untuk toko kita juga Pak?"
"Tidak. Karena ini hanya diproduksi cuma ada lima set saja, jadi saya hanya memberikan ini untuk istri saya," jawab Gavin sambil tersenyum melihat perhiasan yang sangat indah dan berkilau itu.
"Beruntung sekali ya istri Bapak. Sudah cantik, punya suami yang baik dan sangat mencintainya, selalu dapat perhiasan yang limited lagi. Ckckck… jadi pengen punya suami seperti Bapak," ucap orang tersebut sambil terkekeh.
Gavin pun ikut terkekeh mendengar ucapan orang kepercayaannya itu. Kemudian dia berkata,
"Kamu mau cari suami apa istri? Masa' jeruk makan jeruk?"
Mereka berdua tertawa dengan candaan kecil mereka. Sayangnya candaan mereka harus berhenti karena Safira yang merengek pada papanya.
"Pa, Safira bosen. Apa pekerjaan Papa sudah selesai?" rengek Safira sambil menggerak-gerakkan tangan Gavin.
"Iya Sayang. Sebentar ya," ucap Gavin sambil tersenyum dan tangannya mengusap lembut rambut Safira.
"Ini Pak sudah selesai," ucap orang kepercayaan Gavin di toko itu sambil memberikan goodie bag bertuliskan toko emas tersebut yang berisikan satu set perhiasan emas limited edition dalam satu box.
Gavin menerima goodie bag tersebut sambil tersenyum dan berkata,
"Terima kasih."
"Yuk Sayang kita berangkat," ucap Gavin sambil menggandeng tangan Safira.
"Sekarang kita ke mana Pa? Safira lapar," ucap Safira lemah sambil memegang perutnya menghadap ke arah papanya.
"Tinggal satu toko saja kok. Tokonya ada di dalam Mall X. Kita makan sekalian di sana ya," jawab Gavin sambil mengusap lembut rambut Safira menggunakan tangan kirinya, dengan pandangannya masih lurus ke depan, fokus pada jalanan.
Sampailah mereka di parkiran Mall X yang merupakan salah satu Mall terbesar di kota tersebut. Mall itu berjejeran dengan apartemen mewah yang memiliki sistem keamanan yang ketat sehingga privasi dari penghuni apartemen tersebut sangat rahasia.
Gavin turun dari mobilnya dan berjalan memutar untuk membukakan pintu mobil Safira.
"Kalian ada di sini?"
Tiba-tiba ada suara wanita yang menyapa Gavin dan Safira.
Mereka berdua menoleh ke arah sumber suara. Mereka berdua terkejut mendapati sosok wanita yang mereka rindukan.
Namun, bibir Safira melengkung ke atas ketika melihat wanita tersebut. Safira tersenyum bahagia sambil berkata,
"Mama! Mama juga jalan-jalan di sini? Atau Mama sengaja menyusul kita ke sini karena ingin makan bersama Safira dan Papa?" ucap Safira yang berseru bahagia sambil berlari ke arah mamanya.
Gavin terkejut mendapati istrinya ada di tempat itu. Tapi dia tidak mempermasalahkan itu, malah dia bersyukur karena Safira sangat bahagia bisa bertemu dengan mamanya di jam kerjanya.
"Kok bisa di sini Ma?" tanya Gavin sambil tersenyum berjalan mendekati Tiara yang berdiri tidak jauh dari tempatnya.
Tiara yang dalam posisi berjongkok memeluk Safira, kini mendongak ke atas, di mana Gavin telah berdiri di depannya.
"Lagi ada pertemuan di daerah sini Mas," jawab Tiara sambil tersenyum tipis.
"Mama, kita makan bersama yuk. Safira lapar," ucap Safira yang masih betah memeluk mamanya.
"Tapi Mama gak bisa lama-lama Sayang," ucap Tiara sambil menatap mata Safira agar Safira mau mengerti alasannya.
"Sebentar saja Ma. Please…," ucap Safira sambil menangkupkan kedua tangannya di depan dadanya sebagai tanda permintaan pada mamanya.
"Ayolah Ma, temani kita. Kasihan Safira ingin makan bersama Mama dan Papanya," tutur Gavin dengan tatapan memohon pada istrinya.
Tampak Tiara sedang berpikir. Tidak sengaja matanya menatap cincin berlian yang melingkar indah di jarinya sebagai hadiah pemberian dari suaminya.
Kemudian dia menatap wajah suaminya yang menatapnya penuh harap padanya.
"Baiklah. Tapi cuma sebentar ya," ucap Tiara sambil bergantian melihat suami dan anaknya.
"Yeeee…!!!" sorak Safira dengan sangat bahagia.
Mereka bergandengan bertiga dengan Safira yang berada di tengah-tengah Gavin dan Tiara.
Masuklah mereka ke dalam salah satu restoran di dalam Mall tersebut dan segeralah mereka memesan makanan.
Pada saat mereka sedang makan, Tiara berkali-kali membalas pesan pada ponselnya. Sungguh tidak nyaman dirasakan oleh Gavin. Dia merasa seperti hanya raga Tiara saja yang ada bersama mereka dan pikirannya ada di tempat lain.
Sengaja Gavin tidak bertanya pada istrinya. Bukannya dia acuh pada istrinya, tapi dia tidak ingin jika istrinya meminta ijin padanya untuk meninggalkan mereka terlebih dahulu.
"Sepertinya aku harus pergi sekarang," ucap Tiara sambil memasukkan ponselnya ke dalam tasnya.
Deg!
Sontak saja Gavin menatap istrinya dengan tatapan tidak percaya. Bahkan mereka baru beberapa menit makan bersama dan makanan mereka pun belum habis mereka makan.
"Jangan pergi Ma. Safira mau berbelanja dengan Mama," rengek Safira dengan mata yang berkaca-kaca sambil memegang tangan mamanya.
"Maaf Sayang, Mama harus bekerja," ucap Tiara sambil melepaskan tangan Safira, setelah itu dia beranjak dari duduknya dan berjalan keluar restoran.
"Mama jahat!" seru Safira sambil meneteskan air matanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments