Juan Dan Mentari
"Aku mencintaimu," ungkap Juan pada seorang gadis bernama Monica, gadis populer di Universitas X. Ungkapan Juan sontak membuat gadis yang berdiri di belakangnya terkejut. Dialah Mentari, dia gadis yang berdiri di belakang Juan. Mentari adalah kekasih Juan saat ini.
"Juan!" panggil Mentari.
Juan menoleh ke sumber suara, dia memang terkejut dengan keberadaan Mentari di belakangnya, namun dia berusaha menetralkan perasaan terkejutnya demi sebuah gengsi.
"Sial! Siapa yang membawa Mentari ke sini? Tidak, aku tidak akan kalah dan tidak boleh kalah dalam taruhan ini," batin Juan.
Iya, saat ini Juan sedang bertaruh dengan teman-temannya. Siapapun yang berhasil membuat Monica, gadis terpopuler di kampus tersebut menerima pernyataan cintanya, dia akan mendapat predikat pria terkeren di kampus dan akan mendapatkan hadiah mobil sport merk keluaran terbaru.
"Siapa dia?" tanya Monica, dia menunjuk ke arah Mentari.
"Bukan siapa-siapa," jawab Juan, dia terpaksa tidak mengakui Mentari sebagai pacarnya di depan Monica. Juan tidak ingin usahanya untuk mendapatkan predikat cowok keren di kampus dan mobil sport itu gagal. Apalagi saat ini teman-temannya sedang merekam pernyataan cinta pada Monica.
"Tega, kamu." Mentari berucap sambil menatap mata Juan. Namun Juan berusaha untuk berpura-pura tidak mengenal Mentari.
"Lalu kenapa dia bilang tega padmu?" tanya Monica.
"Mungkin dia hanya fans--ku yang terobsesi untuk menjadi pacarku," sarkas Juan.
Mata Mentari berkaca-kaca, dia benar-benar tidak menyangka kalau orang yang dia cintai sanggup mengatakan hal itu kepadanya.
"Kamu dengarkan? Jadi kenapa masih berdiri di sini?" cibir Monica.
"Aku mendengarnya," jawab Mentari dengan suara serak menahan rasa sakit yang berkecambuh di dalam dadanya. Dia benar-benar tidak menyangka, kalau kekasihnya yang penyayang tega mengkhianatinya.
Mentari melepaskan cincin dari jari manisnya, cincin yang diberikan oleh Juan saat hari perayaan valentine, 10 bulan yang lalu. "Terimakasih, untuk hari-hari yang indah yang kamu berikan padaku," ucapnya sambil meletakkan cincin itu di telapak tangan Juan.
Sebenarnya Juan tidak ingin Mentari meninggalkannya, tapi perasaan gengsi yang tidak ingin kalah dalam taruhan membuat dia tetap berusaha bersikap tenang, seolah tidak terpengaruh dengan apapun. Padahal air mata yang mengalir di kedua pipi Mentari membuatnya ikut merasakan sakit.
"Permisi." Dengan berurai air mata, Mentari meninggalkan Juan dan Monica di tempat tersebut.
"Tari, setelah misiku berhasil. Aku akan minta maaf padamu. Tolong maafkan sikapku saat ini." Kembali Juan berucap dalam hati.
"Bagaimana Monic, apa kamu menerimaku menjadi pacarmu?" tanya Juan to the point, dia ingin secepatnya memenangkan taruhan tersebut.
Monica tersenyum kemudian mengangguk.
"Yes!" Juan mengepal tangan ke samping, dia begitu senang karena misinya berhasil. Dia berhasil mendapatkan predikat cowok terkeren dan berhasil mendapatkan mobil sport keluaran terbaru.
Setelah Monica mengangguk, teman-teman Juan keluar dari persembunyiannya dan menghampiri mereka.
"Bagaimana? Gua berhasil menjalankan tantangan dari kaliankan?" tanya Juan dengan bangganya.
"Apa ini?" tanya Monica bingung.
"Thanks, ya Monic. Berkat dirimu, gua berhasil mendapatkan mobil sport keluaran terbaru," ucap Juan. Tanpa merasa bersalah dia mencium kunci mobil yang baru diberikan oleh teman-temannya.
"Wah, loe memang keren Juan. Loe berhasil membuat Monica mau menjadi pacar loe," puji salah satu temannya.
Plak!
Sebuah tamparan mendarat di pipi kiri Juan. "Dasar brengsek! Beraninya kamu menjadikan aku bahan taruhan. Brengsek kamu Juan, brengsek!" maki Monica.
Juan hanya mengusap pipinya yang terasa panas akibat tamparan yang diberikan oleh Monica.
"Sudah puas?" tanya Juan santai.
"Kau!?"
"Kita putus!" ucap Juan. Kemudian dia dan beberapa temannya meninggalkan Monica.
*****
Setelah berpesta dengan teman-temannya, Juan kembali ke apartemen, tempat dia menginap selama belajar di Amerika. Dia tidak tinggal di apartemen itu sendiri, tapi, bersama dengan dua orang sahabatnya, Nando dan Rangga Wijaya.
"Taruhan lagi, Loe?" tanya Rangga yang sedang duduk di depan layar televisi.
"Sepertinya menang," imbuh Nando yang baru saja keluar dari kamar mandi.
"Juan Rahardian tidak pernah kalah dalam taruhan," ucap Juan bangga.
"Juan, berhentilah bermain taruhan! Jangan sampai karena permainan bodoh loe, loe kehilangan cinta sejati loe." Rangga berusaha mengingatkan.
"Hedeh. Rangga, Rangga. Loe saja yang terlalu bucin sama Livya. Memangnya loe yakin, Livya bakalan setia sama loe?" Juan malah balik tanya.
"Yakin, kenapa tidak," jawab Rangga yang merasa tidak senang karena kekasihnya dibilang tidak setia.
"Livya kelihatan cinta sama loe kan karena loe sering manjain dia, memenuhi semua permintaan dia. Coba saja sekali kamu nggak ngabulin keinginan dia, loe bakalan langsung ditinggalkan olehnya," ujar Juan.
"Livya bukan orang seperti itu." Rangga merasa tidak terima dengan pendapat Juan tentang Livya.
"Menurut gua yang dikatakan Juan ada benarnya, Livya itu cewek matre. Lihat saja, kalau dia sudah mendapatkan mangsa yang lebih tajir dari loe, loe bakalan ditinggal olehnya," Nando ikut menyahut. Dia mendaratkan bokongnya di sofa.
"Tuhkan, si Nando saja tidak buta." Juan masuk kedalam kamarnya.
"Kalian yang buta," ucap Rangga jengkel.
"Menurut gua yang paling tulus itu Mentari, dia tidak pernah minta macam-macam pada Juan, walaupun tahu kalau Juan adalah anak orang kaya. Bahkan waktu Juan mau membelikannya cincin berlian, dia menolak dan malah meminta cincin yang sederhana."
Mendengar nama Mentari, Juan langsung keluar dari kamarnya. Dia baru ingat kalau tadi Mentari marah karena melihatnya menyatakan cinta kepada Monica.
"Kenapa loe?" tanya Nando heran melihat kepanikan Juan.
"Gua baru ingat kalau tadi Mentari lihat gua nembak Monica."
"Serius, loe?" tanya Nando dan Rangga bersamaan.
Juan mengangguk.
"Dan loe ngebiarin dia pergi begitu saja?"
Juan mengangguk.
"Demi mobil dan rasa gengsi loe, loe ngebiarin Mentari pergi gitu saja?!"
Juan kembali mengangguk.
"Astaga, Juan. Kalau Mentari beneran ninggalin loe, gimana? Ternyata loe sama bodohnya seperti Rangga."
Perkataan Nando sontak membuat Juan dan Rangga menoleh ke arahnya bersamaan.
"Iyalah, loe berdua bodoh. Yang satu bodoh karena terlalu bucin, yang satu lagi bodoh karena mengejar gengsi. Benar-benar tidak masuk diakal," jelas Nando.
Juan dan Rangga sama-sama melempar pulpen ke arah Nando.
"Gua gak ada waktu buat ngedengerin ocehan loe berdua. Gua harus ke tempat Mentari."
Juan segera memakai jaket yang sempat dia lepaskan. Dengan setengah berlari, dia pergi meninggalkan apartemennya.
Namdo dan Rangga hanya menggeleng.
"Menurut loe, Juan berhasil gak ya?" tanya Nando pada Rangga.
"Kayaknya nggak akan berhasil," jawab Rangga.
"Baru kali ini jawaban kita berdua sama," tambah Nando.
"Meski gua berharap Juan berhasil mendapatkan maaf dari Mentari," Rangga ikut menambahkan.
*****
Juan tiba di depan mes perempuan tempat mentari tinggal selama menempuh pendidikan di negara tersebut. Maklumlah, dia bisa berkuliah di tempat itu karena beasiswa.
"Maaf, Pak. Bisa saya bertemu dengan Mentari sebentar?" tanya Juan pada seorang security yang menjaga di depan mes.
"Mentari?" tanya Sang security memastikan.
"Iya."
"1 jam yang lalu dia pergi, sepertinya dia pulang ke Indonesia."
"Apa!?"
"Iya, karena tadi dia sempat mengucapkan salam perpisahan kepada semua penghuni tempat ini," jelas Sang security.
Juan masih tidak percaya mendengar penuturan dari Sang security. Dia memaksa untuk melihat sendiri kedalam kamar Mentari. Agar tidak terjadi keributan, security itu mengijinkan masuk untuk melihat kamar Mentari. Dan benar saja, semuanya sudah kosong, semua barang-barang Mentari sudah tidak ada di tempatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Kiki Sulandari
Mentari benar benar meninggalkan Juan kali ini....
Sepertinya aku pernah baca novel ini ...
Tapi...dimana,ya? ,...de javu....
2022-12-20
0
Yuli maelany
ngikutin alur sambil nikmatin karya mu lagi🥰🥰🥰🥰😘😘😘😘😘
2022-12-18
0
Yuli maelany
aku baru tau kak dan aku baru muncul 🤭🤭🤭🤭🤭
2022-12-18
0