J & M - Bagian 5

Sesuai rencana, Iwan membawa Mentari ke butik langganan keluarganya untuk melakukan fitting. 

Iwan menghentikan mobilnya tepat di depan sebuah butik yang cukup terkenal di kota itu. Dia membantu melepaskan seat belt yang dipakai oleh calon istrinya tersebut. Kemudian barulah dia turun dan membukakan pintu mobil untuknya.

"Terima Kasih," ucap Mentari.

Iwan membawa Mentari masuk kedalam butik untuk bertemu dengan pemilik sekaligus designer butik tersebut.

"Mbak Rosa kenalkan ini Mentari calon istriku. Tari, ini Mbak Rosa, dia pemilik sekaligus designer di butik ini. Dia juga temanku, jadi kalau ada sesuatu yang menurutmu kurang nyaman, kamu jangan sungkan utarakan itu padanya."

Mentari mengulurkan tangannya pada Rosa dan tentu saja langsung disambut dengan hangat oleh designer itu.

"Silakan duduk! Akan aku suruh orang untuk mengambilkan baju kalian. Silahkan tunggu sebentar!" ucap Mbak Rosa lembut. "Bawa gaun pesanan Pak Iwan ke mari!" seru Rosa kepada asistennya. 

 

Tidak lama kemudian seseorang datang dengan membawa gaun pengantin berwarna hijau toska di tangan dan menyerahkannya kepada Mentari.

"Silakan kalian coba dulu! Kalau ada yang harus aku perbaiki, katakan saja! Tidak usah sungkan," kata Rosa.

"Cobalah, aku yakin kamu pasti akan terlihat sangat cantik dengan gaun itu!" suruh Iwan.

"Baik," jawab Mentari. Meski kurang bersemangat, Mentari tetap menuju ke ruang ganti untuk mencoba gaun pengantinnya. 

Tidak lama kemudian Mentari kembali keluar dari ruang ganti. Dia tampak begitu cantik dengan gaun tersebut.

"Kamu sangat cantik," puji Iwan.

"Terimakasih," jawab Mentari singkat. 

"Bagaimana? Apa ada hal yang ingin kalian tambahkan?" tanya Rosa.

"Tidak ada Mbak Rosa, semuanya bagus," jawab Mentari.

"Syukurlah, kalau kalian puas. Tadinya aku sudah sangat khawatir, takut kalau kalian tidak puas dengan hasil rancanganku. Apalagi, kalian memesan gaun pengantin ini mendadak,"  tambah Mbak Rosa. "Sekarang giliran kamu yang mencoba pakaian pengantinmu, Wan!"

Iwan pun menuruti perintah Rosa. Dia masuk ke ruang ganti dan mencoba baju pengantinnya.

"Bagaimana apa calon suamimu kelihatan tampan memakai itu?" tanya Rossa kepada Mentari.

Mentari hanya menjawabnya dengan senyuman.

"Lihat, Wan. Calon istrimu tidak mau berkomentar apapun!"

"Dia memang sedikit pendiam, Mbak Ros."

"Oh, begitu ya?" jawab Mbak Rosa.

Setelah selesai mencoba pakaian pengantin, mereka langsung berpamitan untuk meninggalkan butik.

"Tari bolehkah aku menanyakan sesuatu padamu?" tanya Iwan ketika mereka sudah berada di dalam mobil.

"Silakan," jawab Mentari.

"Apa kamu benar-benar ingin menjalani perjodohan ini dan menikah denganku?" tanya Iwan sambil menatap netra indah Mentari.

Mentari tidak langsung menjawab. Sebenarnya, dia memang masih sedikit ragu dengan keputusan itu. 

"Tari?" panggil Juan untuk memastikan.

"Tentu saja aku mau menikah denganmu," jawab Mentari kemudian.

"Apa kamu serius?" tanya Iwan lagi.

"Iya, aku serius." Padahal masih begitu banyak keraguan di dalam hatinya.

"Ada satu hal lagi yang ingin aku tanyakan padamu."

"Apa?" 

"Apa kamu sudah punya kekasih saat menempuh pendidikan di Amerika?" kembali Iwan bertanya.

Mentari terdiam. Dia tidak menyangka kalau Iwan akan menanyakan soal itu kepadanya.

"Kenapa? Jangan-jangan kamu sudah punya kekasih ya di sana?" 

"Kami sudah putus," jawab Mentari.

"Benarkah?"

Mentari mengangguk.

"Kapan kalian putus dan apa alasannya?" cecar Iwan. 

"Sebelum aku kembali ke sini," jawab Mentari. 

"Alasannya?" tanya Iwan lagi.

"Dia mengkhianatiku," jawab Mentari. "Tolong jangan tanya apapun lagi."

Iwan mengangguk, dia kembali menyalakan mesin mobilnya dan melaju meninggalkan area parkir butik.

"Aku tahu kamu menerima perjodohan ini cuma ingin membalas budi pada keluargaku. Tapi, aku akan berusaha untuk mendapatkan cintamu," ucap Iwan dalam hati.

"Wan, apa kamu melihat ponselku?" tanya Mentari panik. Dia mengeluarkan seluruh isi dalam tasnya.

"Tidak, mungkin ponselmu tertinggal di rumah."

Mentari mencoba mengingat-ingat hal yang dia lakukan sebelum ikut Iwan ke butik.

"Mungkin, ponsel itu tertinggal di kamar," ucap Mentari. Dia kembali memasukkan barang-barang yang baru saja dikeluarkan dari dalam tas.

"Sekarang, kita mau makan dulu atau langsung pulang?" tanya Iwan.

"Pulang saja, aku ingin beristirahat." jawab Mentari.

Akhirnya Iwan memenuhi keinginan Mentari untuk langsung pulang

"Terimakasih ya, Wan." Itulah kata yang di ucapkan Mentari saat mereka tiba di halaman rumah. "Aku langsung masuk ya," tambah Mentari.

"Tari," panggil Iwan. 

Mentari langsung menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Iwan. "Ada apa, Wan?" tanya Mentari.

Iwan turun dari dalam mobil dan berjalan ke arah gadis itu.

"Tari, sebentar lagi kita-kan akan menikah."

"Terus?"

"Apa boleh aku meminta nomor WA-mu?" tanya Iwan seraya meminta izin.

"Tentu saja boleh," jawab Mentari disertai senyum manisnya.

Iwan mengeluarkan gawai dari dalam saku. "Ini, tolong tulis nomor kontakmu disini!" pinta Iwan, dia memberikan gawai di tangannya kepada Mentari.

Tari menerima gawai milik Iwan dan mengetikkan nama dan nomor whatsapp-nya diatas papan layar benda pipih di tangannya, setelah selesai dia kembali menyerahkan gawai tersebut kepada Iwan.

"Itu nomorku, kamu bisa menghubungiku kapan saja." 

Iwan menatap gawai di tangannya. "Terimakasih," ucap Iwan. 

"Aku masuk sekarang ya. Permisi!"

Setelah memastikan calon istrinya masuk ke dalam rumah, Iwan segera meninggalkan halaman rumah itu.

***

Mentari menghela napasnya, dia menaruh tas yang dibawa di atas kasur. Dia kembali ingat dengan gawai miliknya yang tertinggal.

Mentari mengedarkan pandangannya untuk mencari keberadaan benda pipih yang menurutnya sangat penting. Karena disanalah nomor dosen dan teman-teman kuliahnya tersimpan, termasuk nomor Juan, orang yang sampai sekarang mengusai hatinya.

"Ternyata disini," ucap Mentari setelah menemukan benda pipih itu di bawah bantal.

Mentari menyalakan gawai itu dan mulai memasukkan sandi untuk membuka layarnya.

Dia sangat terkejut saat melihat ada ratusan pesan dan puluhan panggilan tak terjawab dari Juan.

Mentari membuka satu per satu pesan yang dikirim oleh Juan oleh kekasih hatinya itu. Semua pesan itu berisi permintaan maaf darinya. Bahkan ada bebarapa pesan yang Juan kirim dengan melampirkan foto dirinya yang sedang mengatupkan kedua tangan di depan dada disertai caption permintaan maafnya. Tanpa sadar air mata Mentari jatuh membasahi kedua pipinya.

"Tidak! Aku sudah memutuskan untuk menerima lamaran Iwan. Aku tidak boleh goyah hanya karena melihat permintaan maafnya."

Tari kembali melihat layar gawainya saat terdengar notif pesan masuk dan dia bisa menebak kalau pesan itu adalah pesan dari Iwan.

Tari, ini nomorku. Tolong di save ya! - Begitulah bunyi pesan yang Iwan kirimkan untuknya.

Setelah menjawab 'ya' dan menambahkan nomor Iwan kedalam gawainya, Tari kembali menaruh gawai tersebut di atas nakas. 

Mentari memejamkan matanya sejenak, namun dia kembali membuka saat tiba-tiba bayangan Juan muncul di pelupuk mata.

"Tidak! Aku harus melupakan Juan, harus! Dia sudah mengkhianatiku. Lagian, aku sudah memutuskan untuk menikah dengan Iwan. Aku tidak boleh mempermalukan Ibu." Tari berbicara dalam hati.

Tidak lama berselang, kembali terdengar dering dari gawai miliknya. Dia kembali mengambil gawai yang baru saja dia taruh di atas nakas. Saat tahu yang menghubunginya adalah Juan, Mentari hanya melirik tanpa menjawabnya. Dia tidak ingin hatinya kembali goyah saat mendengar suara orang yang pernah menjadi kekasihnya itu.

"Tari, kenapa tidak dijawab Sayang?" tanya Ratih dari luar kamar. 

"Iya, Bu. Ini Tari sedang ganti baju makanya belum Tari jawab," jawab Mentari berbohong.

"Buruan jawab Sayang, sepertinya penting. Karena sejak kamu belum pulang, ponselmu itu terus berbunyi!" 

"Iya, Bu."

Dengan terpaksa Tari menjawab telepon dari Juan.

"Iya, ada apa?" jawab Mentari.

"Tari aku ...."

Belum sempat Juan menyelesaikan perkataannya, Tari sudah terlebih dulu menyelanya.

"Aku sudah akan menikah, jadi jangan ganggu aku!" 

Tari kembali mematikan gawainya dan meletakkan di atas nakas.

Terpopuler

Comments

Yuli maelany

Yuli maelany

Jan nyampe kamu nyesel tari ....

2022-12-22

0

Kiki Sulandari

Kiki Sulandari

Apakah benar Mentari tulus ingin menikah dengan Iwan?
Mentarii,jujurlah dengan kata hatimu....

2022-12-21

0

hìķàwäþî

hìķàwäþî

iwan x?

2022-12-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!