OBSESI SANG PEWARIS
Sudah tiga tahun lamanya William ditinggal oleh Laras, istri tercintanya. Hidup William yang awalnya begitu berwarna, penuh cinta kasih, sekarang menjadi berantakan karena kesalahannya di masa lalu.
Rintik hujan sejak tadi pagi mengguyur Lunar City tanpa henti. Langit menjadi hitam pekat, tapi hal itu tidak membuat para pejuang nafkah mengendorkan semangatnya. Keluarga adalah penyemangat untuk mereka mencari rejeki yang halal.
Beda halnya dengan pria tampan yang sedang berada di dalam mobil keluaran terbaru. Tatapannya begitu kosong menatap ke luar jendela mobil. Dia melihat sepasang kekasih sedang berada di satu payung dan berpelukan mesra membuatnya berdecak sebal. Pandangan matanya tiba-tiba melihat seorang wanita yang sedang berlutut dengan menggendong seekor kucing.
"Hentikan mobilnya, Rama!" perintah William.
Ya, pria itu adalah William Anderson Plowden. Seorang pebisnis muda yang begitu ambisius, arogan dan dingin. Di usia 28 tahun, dirinya sudah dapat mengembangkan perusahaan WR Entertainment menjadi perusahaan terbaik 10 besar seluruh dunia.
WR Entertainment yang awalnya berpusat di Indonesia, sekarang dia alihkan ke Lunar City. Indonesia adalah anak perusahaan pertama yang dikelola langsung oleh Rico, sahabatnya.
William segera keluar, membiarkan dirinya yang sedang memakai jas branded terkena air hujan. Dia berlari mendekati wanita itu tanpa memperhatikan sekitarnya. Fokus dia hanya pada sang wanita berbaju kuning lemon itu.
"Laras!" panggil William dan membalikkan tubuh wanita itu tanpa permisi.
Sang wanita begitu terkejut saat mendapatkan perlakuan tak sopan dari pria asing. Wanita itu menatap aneh pada William sebelum pergi meninggalkannya. Dia hanya menggeleng-gelengkan kepalanya saat melihat tingkah aneh pria tampan.
"Tuan muda," panggil Rama dengan membawa payung.
William menatap Rama datar, dirinya merasa dejavu dengan yang terjadi baru saja. Dia mendongakkan kepalanya, memejamkan kedua matanya menyembunyikan manik hitam yang sekarang tidak memancarkan cahaya mempesonanya lagi.
William membiarkan air hujan menerpa wajahnya agar bisa menyembunyikan air mata yang mengalir tanpa diperintah. Sebuah peristiwa yang sama teringat kembali, berputar seperti film yang rusak.
"Rama, besok jadwalku ke Indonesia, bukan?" tanya William masih dengan posisinya mendongakkan kepalanya.
"Iya, Tuan. Anak perusahaan di sana akan mengadakan rapat tahunan," jelas Rama.
"Setelah itu aku akan mengunjungi Memei, tambahkan dijadwalku," ucap William.
"Baik, Tuan."
Setelah memberikan perintah, William kembali berjalan masuk ke dalam mobil dengan baju basahnya. Dia akan berganti baju setelah sampai di perusahaannya yang berjarak tidak jauh lagi.
...****************...
Rama membukakan pintu mobil untuk tuan mudanya setelah sampai di basement perusahaan. William langsung berjalan menuju satu-satunya lift yang langsung menuju ke ruangannya. Sesampai di koridor ruangannya, seorang sekretaris membungkuk hormat di mejanya saat William berjalan melewatinya.
"Bikinkan minuman hangat untuk tuan muda!" perintah Rama saat tiba di depan meja sang sekretaris.
"Baik, Tuan."
Rama langsung masuk ke dalam ruangan William. Dia mendengar suara gemericik air shower. Rama langsung berjalan ke kamar pribadi William yang menjadi satu dengan ruang kerjanya. Rama mengambil satu setel baju casual untuk William dan meletakkannya di atas kasur.
Setelah menyiapkan semuanya, Rama keluar dari kantor tuan mudanya, bersiap mengambil pesanannya untuk William. Rama mengetuk-ngetuk kan tangannya di meja sekretaris saat sang sekretaris belum juga menyelesaikan tugasnya. Hingga Rama sendiri yang memutuskan untuk menyusul ke pantry, bersiap menyembur bawahannya.
Belum sampai di pantry, dirinya berpapasan dengan sang sekretaris. Tanpa banyak bicara, dia mengambil nampan dan membawanya ke ruangan William. Diletakkan minuman hangat itu di meja William sampai dirinya mendengar suara pintu kamarnya yang terbuka dan tertutup.
"Jadwalku hari ini apa?" tanya William yang mulai duduk di kursi kerjanya.
"Tidak ada, Tuan," jawab Rama setelah memeriksa jadwal William di iPhone nya.
"Kamu bisa kembali ke mansion dulu kak. Aku ingin ke bar," perintah William.
"Baik, Tuan."
...****************...
Mobil sport baru saja memasuki parkiran sebuah club ternama. William baru saja tiba di sebuah 99's Black Club yang merupakan milik rekan bisnisnya. Disini dia sudah menjadi pelanggan VVIP, dirinya sudah memiliki ruangan dan kamar sendiri.
William langsung masuk ke dalam, suara hingar bingar mulai terdengar. Seperti biasa, dirinya langsung menuju ke ruangan pribadi. Di mana, di sana sudah menunggu teman-temannya.
"Yo! si tuan muda yang jarang nimbrung," sapa salah satu temannya.
Tidak ada jawaban dari William, pria itu langsung duduk di sofa. Melihat siapa yang datang, para wanita berjalan mendekatinya tapi ketika William mengeluarkan pistol eagle nya membuat para wanita itu menghentikan langkahnya.
Semua yang melihatnya langsung tertawa. William mengambil segelas minuman beralkohol lalu meneguknya dengan sekali teguk.
"Aku pergi dulu, kalian nikmati saja sepuasnya. Tagihan masukkan ke rekeningku," ucap William berdiri dan menyambar pistolnya.
Dia berjalan keluar ruangan dan menuju ke lantai tempat dimana kamar presidential untuknya berada.
...****************...
Sedangkan di ruangan yang berbeda, di 99's Black Club dua orang wanita sedang menikmati dunia malamnya. Beberapa botol wine ternama disajikan di atas meja mereka.
"No ... no ... no, kamu tidak bisa minum lagi. Kadar alkoholmu itu rendah," seorang wanita berambut pendek mengambil gelas yang hendak diteguk oleh wanita berambut panjang dengan pakaian seksinya.
"Hik ... aku belum mabuk sayang, hik ...," jawab wanita berambut panjang yang jelas-jelas sudah mabuk.
"Aku akan telepon Lea untuk menjemputmu disini."
"Tak perlu. Kamu pesankan kamar presidential untukku. Aku yang akan menghubungi Lea dan menunggu di kamar."
Wanita berambut panjang itu bergaya seperti mengusir dengan kepala yang sudah disanggah di atas meja. Kepalanya terasa pening dan berputar-putar.
"Baiklah. Setelah ini aku tinggal buat kencan buta yah. Jangan lupa telepon Lea," wanita berambut pendek itu keluar dari ruangannya untuk memesan kamar.
Tak berapa lama, wanita berambut pendek kembali ke ruangan. Dilihat teman sekaligus sahabatnya itu sudah tepar di atas sofa dengan memeluk ponselnya. Gelengan kepala dia berikan melihat tingkah sang sahabat itu.
"Beb, ini kartu kuncinya. Apa aku harus mengantarmu ke kamar? Kamu sudah menghubungi Lea, bukan?" pertanyaan yang membombardir.
"Sudah dan tolong antar sampai ke lift aja yah."
...****************...
William baru saja selesai mandi. Dia berjalan ke arah balkon kamar dengan kursi tunggal dan sebuah meja kayu yang di atasnya terdapat banyak minuman beralkohol.
William mengernyitkan keningnya saat tiba-tiba tubuhnya terasa panas. Dadanya kembang kempis untuk mengatur nafas yang mulai memburu.
"Sialan! Siapa yang berani memberikan obat perangsang?" batin William.
Saat William sedang mati-matian mengendalikan dirinya yang terbakar gairah, terdengar pintu kamar dibuka. William bersembunyi di balik tembok dan keningnya mengernyit saat aroma jasmine itu tercium.
"Sialan! Siapa lagi yang masuk ke dalam kamar? Aroma jasmine ini mengingatkanku dengan Laras," batin William begitu frustasi.
Bruk!
Seseorang jatuh terjerembab di atas lantai, tepat di samping William berdiri. Pria itu terbelalak terkejut saat seorang wanitalah yang masuk ke dalam kamarnya.
Sesuatu di bawah sana semakin terasa sesak dan meminta untuk dituntaskan. Selama tiga tahun senjatanya begitu nyaman tertidur tidak ada yang mengusiknya.
William terbelalak saat wanita itu berdiri dan melempar sepatu heelsnya ke sembarang arah. Wanita dengan surai panjang itu langsung melemparkan tubuhnya ke atas kasur dengan posisi terlentang tanpa pertahanan. William yang memperhatikan semuanya, menggeram kesal.
William berjalan mendekat lalu menindih wanita itu. Sinar lampu yang temaram tidak mengurangi penglihatan William tentang betapa cantiknya wanita yang sedang berada di bawah kungkungannya.
"Hmm ... kamu siapa?" tanya wanita itu.
"Justru aku yang bertanya seperti itu. Ini adalah kamarku, tapi sekarang hal ini tidak penting! Kamu harus bertanggung jawab!"
...****************...
William lalu merebahkan tubuhnya di samping sang wanita sedangkan wanita itu langsung tertidur karena kelelahan. William tatap wajah cantik sang wanita, merapikan rambutnya yang berantakan akibat permainan panas mereka.
William baru tersadar kalau dirinya mengeluarkan benihnya di dalam inti sang wanita. Tapi masa bodoh dengan itu, toh teman kencannya itu sudah tidak virgin lagi. Jadi, dia sudah pasti tahu apa yang harus dilakukannya.
...****************...
"Uuuh~ kenapa masih terasa sakit yah?" lirih wanita yang menjadi teman bermain William.
"Sialan! Ini pasti pengaruh alkohol," wanita itu memijat keningnya dan menatap ke arah samping.
Matanya terbelalak terkejut saat melihat siapa yang menjadi teman one night standnya. Wanita itu menatap ke sekeliling, mencari bajunya. Ketika melihat keadaan kasur dan pakaian mereka berdua, wanita itu berdecih, sungguh permainan yang sangat panas.
Wanita itu lalu beranjak dari kasur dengan perlahan agar tidak membangunkan William. Seorang pengusaha muda sukses yang namanya selalu muncul di majalah bisnis. Siapapun pasti mengenal sosok William.
Sialnya, wanita itu malah menjadi teman one night stand dari seorang William. Semoga saja William tidak mencari identitasnya.
Wanita itu mengikat rambutnya dengan mencepol ke atas. Lalu memungut bajunya dan memakainya. Bersyukur walaupun permainan mereka panas, William tidak asal merobek bajunya.
"Astaga! Kenapa aku bisa lupa?" ujar wanita itu lalu berjalan ke luar kamar dengan membawa ponsel dan dompetnya juga, tidak meninggalkan jejak apapun.
.
.
.
~ To Be Continue ~
IG @hana_ryuuga
Hi, terus dukung cerita author dengan vote, komen, favorite dan hadiah semampunya. Jangan lupa ⭐5 nya 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
Elfina Yulia
Ah Kamu Will.....
2022-12-23
0
Gembloeng
ais....aq telat baca ouy...
2022-12-21
0
mami Ros
aku mampir kk
2022-12-10
0