Meyrin mengeluarkan isi map itu dan membaca sekilas lalu dimasukkannya kembali. Dimasukkannya map itu ke dalam tas kerjanya bersama laptop dan dokumen yang lain. Setelahnya dia berjalan menuju walk in closet nya.
Tak butuh waktu lama, Meyrin keluar dari kamarnya dengan kostum airport nya. Rambutnya dibiarkan terurai dengan topi hitam dan masker yang menjadi penutup identitasnya di keramaian. Tidak lupa long coat panjang motif kotak-kotak.
Di ruang tamu, Lea sudah menunggu dengan satu koper besar dan satu tas jinjing. Melihat nona mudanya yang sudah siap, Lea berjalan lebih dulu dengan menyeret koper. Tas jinjing itu diletakkan diatas koper, dekat dengan trolinya.
Lea menekan tombol bergambar mobil di pintu lift, artinya tujuan mereka adalah basement hotel. Meyrin menatap jam digital di ponselnya menunjukkan pukul 11 siang, masih ada waktu satu jam untuk lepas landas.
"Lea, tolong tambahkan jadwalku untuk berkunjung ke pemakaman saat tiba di Indonesia," ujar Meyrin.
"Siap, Nona."
Lea langsung melajukan mobilnya, keluar dari basement menuju Bandara Fu. Meyrin yang hendak menyandarkan punggung tidak jadi karena getaran pada ponselnya. Meyrin langsung menampilkan wajah sumringah saat ada nama Ken disana.
"Hi, Sweetie," sapa Ken saat panggilan video call nya langsung terjawab.
"Ken, aku merindukanmu," ucap manja Meyrin.
"I miss you too, Sweetie. Udah mau berangkat ke Indonesia?" tanya Ken.
"Yes, honey. Kamu jadi menyusul, kan?" tanya Meyrin.
"Sepertinya tidak. Ada sesuatu yang ingin aku persiapkan untukmu."
"Wow, apa itu?" tanya Meyrin antusias.
"Kamu akan tahu setelah pulang dari Indonesia."
"Keeeen ...," rayu Meyrin tapi tak diindahkan oleh Ken.
"I love you, Sweetie. Hati-hati di jalan, aku akan menunggumu di Lunar."
"I love you too, Honey."
Ken lalu mengakhiri panggilan itu. Meyrin tersenyum bahagia saat menerima kabar dari orang yang selalu ada untuknya selama ini. Orang yang begitu sweet dan romantis, membuat dirinya jatuh hati.
Sayangnya, hubungan mereka masih belum di publikasi. Ada sebuah misi yang harus dilakukan oleh Meyrin dan Ken agar hubungan mereka bisa go publik. Ponsel Meyrin kembali berdering, kali ini yang menghubunginya adalah satu-satunya orang tua yang dia punya.
"Halo, Ayah," sapa Meyrin setelah mendekatkan layar ponselnya ke telinga.
"..."
"Sudah Mey baca sekilas. Nanti saat sudah di dalam jet Mey baca semuanya."
"..."
"Baik, Ayah. Mey pasti memenangkan tender ini."
"..."
"Iya, Ayah. Mey pasti mengalahkan William. Ini adalah tender yang sangat menguntungkan bagi kedua perusahaan."
"..."
"I love you and i miss you too, Ayah."
Panggilan berakhir dan Meyrin kembali menyandarkan punggungnya dengan tenang. Dia pejamkan kedua matanya, menyembunyikan manik hitamnya. Pikirannya kembali melayang pada peristiwa dua tahun yang lalu hingga akhirnya dia menjalin sebuah hubungan tanpa status dengan Ken Lian.
Lea membukakan pintu mobil saat tiba di pintu masuk bandara. Beberapa petugas keamanan sudah siap untuk melindungi Meyrin.
Meyrin merapikan penampilannya. Topi hitam yang sedikit diturunkan ke bawah sehingga menghalangi siapapun yang ingin mengintip wajahnya. Masker yang menutup mulut dan hidungnya sehingga wajah dia benar-benar tersembunyi dengan sempurna.
Meyrin keluar dari mobil dengan langkah lebar-lebar. Dia tidak ingin orang lain melihat wajah aslinya. Wanita itu menundukkan kepalanya dan terus berjalan menuju landasan pesawat, tempat jet pribadinya sudah menunggu.
Meyrin langsung mendongakkan kepala saat angin dan terik sinar matahari siang menyengat. Disana terlihat jet pribadinya sedang menunggu dan tanpa banyak acara, Meyrin langsung masuk ke dalam.
...****************...
Pukul 6 petang di Bandara Fu terlihat seseorang dengan pengawalan sederhana sedang memasuki jet pribadinya. Masker wajah tidak lupa untuk menutupi wajah tampannya.
"Tuan muda, penerbangan kali ini sangat beresiko. Akan ada turbulensi ringan saat melewati perairan Indonesia," jelas seseorang yang berjalan di belakangnya.
"Hn," jawab William sekenanya.
Ya, dialah William Anderson Plowden, pebisnis muda sukses di usianya yang ke 28 tahun. Di belakangnya ada Rama yang selalu setia mengikuti kemanapun William pergi.
Wajah William terlihat kesal karena penerbangannya harus delay. Dia harus menghadiri pertemuan dengan para investor yang tidak bisa ditunda. Tanpa banyak bicara lagi, William berjalan masuk ke dalam jet pribadinya. Bersiap melakukan penerbangan ke Indonesia bersama Capt Juna.
...****************...
Pagi hari di Indonesia. Meyrin baru saja selesai dengan sarapan paginya. Dia kembali memeriksa presentasinya agar saat tampil tidak ada kesalahan sedikitpun. Meyrin juga kembali membaca map cokelat yang diberikan oleh ayahnya. Map yang berisi tentang perusahaan saingan dalam memenangkan tender kali ini.
Meyrin yang sibuk dengan dokumen perusahaan tidak menyadari kehadiran Lea. Meyrin memang tidak akan memasang sikap waspada jika hanya ada dirinya dan sang bodyguard.
"Nona, sudah waktunya kita berangkat," peringat Lea.
Meyrin yang mengenakan setelan kantor serba putih mulai merapikan dokumen-dokumennya dan memasukkan ke dalam tas kerjanya. Dia serahkan tas kerjanya kepada Lea untuk dibawa, sedangkan dirinya sibuk menghafal materi presentasi.
Walaupun Meyrin termasuk orang yang cerdas dan berhasil mendirikan perusahaannya sendiri, tidak menutup rasa gugup saat dirinya akan memperebutkan tender dengan perusahaan yang lainnya.
Berbeda halnya dengan William yang baru saja tiba di bandara Soekarno-Hatta, dirinya langsung berjalan keluar. Di tatapnya jam tangan yang sudah menunjukkan pukul 7 artinya satu jam lagi pertemuan akan dimulai.
"Tuan muda, ini baju kantornya," sapa Brian saat William berada di depan mobilnya.
"Aku ganti di mobil, setelah itu langsung ke tempat pertemuan," ujar William yang langsung mengambil setelah kantornya dan masuk ke dalam mobil.
...****************...
Pukul 07.15 Meyrin baru tiba di tempat pertemuan. Lea menunjukkan kartu undangannya yang langsung dijawab anggukan kepala dari orang yang berpakaian serba hitam sama seperti dirinya.
"Silakan nona Meyrin, Tuan kami sedang menunggu Anda di ruangannya. Lift ini akan membawa Anda menuju ruangan Tuan. Disana sudah ada orang yang menunggu."
Setelah mengatakan itu, orang tadi menekan tombol lift untuk membawa Meyrin dan Lea ke ruangan sang pimpinan.
"Lea, aku merasakan sesuatu akan terjadi. Tetap waspada," bisik Meyrin.
"Baik, Nona."
Ting!
Pintu lift terbuka dan benar saja, beberapa orang sudah berbaris rapi di samping kanan dan kiri. Mereka memberi hormat saat Meyrin dan Lea berjalan diantar mereka. Di ujung barisan, seorang wanita cantik dengan setelan kantornya yang sangat seksi memberi hormat pada Meyrin.
"Mari Nona, Tuan sudah menunggu di ruangannya," sapa wanita cantik itu.
Meyrin masuk ke dalam ruangan bersama Lea. Sang bodyguard langsung berdiri di ujung ruangan, mengawasi nona mudanya dari kejauhan.
"Selamat datang, Nona Liu Meyrin," sapa pria paruh baya dengan mengulurkan tangannya.
"Terima kasih atas sambutannya, Tuan Steve," Meyrin menyambut uluran tangan itu.
Akan tetapi, ada yang aneh dengan uluran tangan itu. Secara terang-terangan tangan Steve mengelus nakal punggung tangannya membuat Meyrin risih tapi ditahannya.
"Silakan duduk, saya tidak menyangka kalau nona Meyrin adalah wanita yang sangat cantik. Rumor yang beredar terbukti nyatanya," Steve mengelus pipi Meyrin membuat wanita itu merasa jijik.
"Saya bukan siapa-siapa jika dibandingkan dengan tuan Steve."
"Kalau begitu jadilah wanita simpananku. Maka tender ini akan dimenangkan oleh dirimu. Kamu juga akan mendapatkan fasilitas yang tak pernah kamu miliki."
"Apakah tuan Steve tertarik pada saya?" Meyrin menatap balik kearah mata Steve dengan sensual.
"Hahaha.. Siapa yang tidak tertarik dengan wanita secantik ini? Wanita yang menjadi pembicaraan akan sosoknya seperti apa di Lunar City."
"Waah ... saya benar-benar tak percaya ini. Tuan Steve sudah menyelidiki identitas saya," seru Meyrin.
"Kita ini pebisnis, Sayang. Jadi kita harus tahu siapa lawan dan rekan kita, bukan?" Steve mulai melancarkan aksi nakalnya.
Meyrin melirik ke arah Lea yang akan bertindak, tapi dia segera memberi kode untuk tetap di tempat. Lea yang menyadari kode dari sang majikannya, dia kembali di tempat.
Meyrin diam saja saat Steve mengelus pahanya dengan sensual. Mulai mendekati wajah Meyrin tapi wanita itu memalingkan wajahnya hingga ciumannya mendarat di pipi kirinya.
Melihat Meyrin diam saja, Steve semakin menjadi. Dia tidak menyadari bahwa tangan kanan Meyrin sedang bersiap mengeluarkan pisau kecilnya yang selalu menjadi teman dia kemanapun dirinya pergi.
Tangan Steve semakin berani bermain dengan kemeja Meyrin. Membuka satu persatu kancing kemejanya membuat Meyrin mengeratkan genggamannya ada gagang pisau. Saat Meyrin hendak mengeluarkan pisaunya, tiba-tiba ...
Brak!
Suara pintu yang dibuka dengan keras. Semua mata memandang ke arah pintu. Seorang pria tampan dengan setelan jas yang begitu rapi berdiri disana dengan nafas yang terengah-engah.
"Brengsek!" pemuda itu langsung maju ke depan dan menghantam wajah Steve.
Setelah itu, dia buka jasnya dan menyampirkannya di pundak Meyrin. Sebuah senyum tipis Meyrin tampilkan saat menerima perlakuan lembut pria tadi.
"Ayo kita pergi!" ajak pria itu sambil menuntun Meyrin.
"Meyrin! Jika kamu pergi dari sini, saya pastikan perusahaanmu tidak akan mendapatkan tender ini!" ancam Steve sambil memegang pipinya yang berdenyut.
"Ah.. saya lupa untuk mengatakannya. Perusahaan WR Entertainment dari Lunar City juga memundurkan diri dari seleksi tender ini! Selamat pagi!" ucap pria yang tiba-tiba masuk ke dalam.
"Tu.. tunggu dulu tuan Plowden!" cegah Steve saat mendengar nama perusahaan WR Entertainment.
William yang dipanggil tidak peduli lagi. Dia membawa Meyrin keluar dari ruangan itu diikuti Rama, Brian dan Lea. Sebuah senyum kemenangan tersungging di bibir tipis Meyrin. Pasalnya, walaupun dia gagal mendapatkan tender ini, perusahaan saingannya memilih memundurkan diri karena dirinya.
Mereka berlima masuk ke dalam lift, meninggalkan koridor yang awalnya menjadi tempat pertemuan penting. William masih belum melepas pelukannya dari Meyrin. Entah kenapa, pria itu merasa harus melindungi Meyrin, walaupun wanita itu terlihat tidak asing bagi dirinya.
"Terima kasih, Tuan," ucap Meyrin saat mereka tiba di depan lobi.
Meyrin membuka jas William dan menyerahkan kepada pemiliknya. Sekali lagi dirinya mengucapkan terima kasih. Setelahnya, Meyrin mengajak Lea untuk pergi dari sana, meninggalkan William yang terdiam membisu menatap kepergian dirinya.
"Sialan! Kenapa aku bisa lupa?" umpat William tiba-tiba teringat sesuatu.
"Rama! Selidiki wanita itu! Aku mau laporannya hari ini. Brian, kamu kembali ke kantor. Kirim laporan keuangan tiga bulan terakhir ini!" perintah William kepada dua orang kepercayaannya.
~ To Be Continue ~
...****************...
Hi, terus dukung cerita author dengan vote, komen, favorite dan hadiah semampunya. Jangan lupa ⭐5 nya 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
SR Wulan
william, william hadeuhhh
2023-01-03
0
Elfina Yulia
Will kok main dobrak aja, rusak gak tuh pintunya..
2022-12-24
0
saryana
enak banget di sini kita bisa bayangin gak cuman bayangan doang tapi kan ada fotonya, si meurin gini gitu apa sih aku😒 tau ah gaje 😅😅😅 semangat, eh itu will naik trapel yak😅
2022-12-18
0