Tentang Genathan

Happy Reading All.

***

Memanggilnya lirih, bersama diam yang semakin lama terasa perih. Ingin berlari walau tertatih, tapi sudah terlanjur nyaman pada posisi pengagum rahasia meski tau itu perih.

***

"Resha, ada Kak Gege!" Suara itu sukses membuat Resha langsung menutup novelnya dan celingukan mencari keberadaan pemuda yang namanya disebutkan Delia. Tetapi, hasilnya nihil. Tidak ada Genathan disana. Hanya ada beberapa anak yang sedang memarkirkan kendaraannya sebelum memasuki lobi sekolah.

Resha berdecak. Kesal karena ternyata ia hanya menjadi korban kejahilan sahabatnya. "Del, kenapa, sih nggak berubah sistem jahilnya? Pasti bawa-bawa Kak Gege, deh," rutuk Resha dengan menatap Delia geram.

Delia justru nyengir seolah tidak berdosa. "Ya habisnya lo kalau soal Kak Gege aja cepetnya nggak ada obat. Pas gue manggil tadi, nggak ada respon."

Resha menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal. "Emang lo manggil, ya?" tanyanya bingung.

Delia memukul lengan Resha dengan paper bag berisi seragam olahraganya. Sekarang ini, mereka berada di depan pos satpam. Delia memang meminta tolong Resha untuk menemaninya menunggu driver ojek online yang ia pesan untuk mengantarkan seragam olahraganya yang ketinggalan. Gadis itu lupa tidak memasukkan seragam olahraga ke tas.

"Duh, kok gue dipukul, sih?" protes Resha.

"Gue tuh dari tadi manggil-manggil ya, Naresha! Lo nya diem aja malah tambah asik baca novel. Kalau dah ketemu novel, dunia serasa punya lo. Yang lain cuma ngontrak. Giliran nama Kak Gege disebut aja, langsung tuh ndongak. Cih," sewot Delia sambil merotasikan bola mata malas.

Dalam hati, Resha membenarkan ucapan Delia. Bagi Resha, membaca novel memang seasik itu. Ia sering lupa segalanya ketika sudah bertemu dengan tumpukan novelnya. Tapi, pengecualian untuk Genathan.

Seasik apapun ia dengan novelnya, telinganya peka dan responnya sigap kapanpun nama Genathan disebut. Karena memandang Genathan, nyatanya lebih asik dari membaca novel.

"Tuh kan ngelamun lagi. Ayo dah Res buruan ke kelas. Bentar lagi bel masuk, kita belum ganti baju olahraga juga," tegur Delia sambil merangkul bahu Resha.

"Ya kan belum ganti baju olahraga gara-gara nunggu lo dulu, Delia! Pikun, nggak bawa seragam olahraga. Prihatin gue. Kasihan, mana masih muda," cibir Resha yang mulai melangkahkan kakinya. Secara otomatis Delia juga mengikuti, mengingat ia sedang merangkul Resha.

Delia terkekeh. "Ya gimana dong? Namanya lupa. Untung ini baju udah kering. Kalau belum kering gimana coba?" gerutu Delia.

"Ya nggak gimana-gimana. Lo nggak boleh ikut pelajaran olahraga terus dihitung nggak hadir. Nggak papa, Del, tinggal ke kantin aja kalau gitu," sahut Resha sambil terkikik geli melihat wajah muram Delia.

"Resha mah sesat ngajarinnya. Masa Delia yang rajin ini diajarin bolos?" gerutu Delia.

Resha menoyor kepala Delia gemas. "Halah, rajin apanya. Rajin bikin emosi, sih, iya! Lagian, yang kenalin gue ke dunia perbolosan itu lo, ya, Del! Pas SMP, inget nggak? Pamitnya ke kamar mandi, tapi nggak balik dua jam pelajaran."

Tawa Delia pecah begitu saja. "Dulu, gue nggak mood pelajaran IPA. Mana gurunya nggak bisa kalem. Sensi mulu bawaannya kalau lihat gue," sungut Delia ketika ingatannya berkelana ke masa biru putihnya.

"Tapi, sekarang nyasarnya ke IPA tuh," lontar Resha.

Delia berdehem. "Gue memang anak IPA yang tersesat," tandasnya dengan menggelengkan kepala. Seolah terbawa suasana.

Resha justru terbahak melihat ekspresi Delia yang seolah-olah meratapi nasibnya. Namun, tak urung ia menepuk-nepuk bahu Delia.

"Omong-omong, Res, lo sama Genathan masih gitu-gitu aja?" tanya Delia tiba-tiba membahas Genathan.

"Kak Gege," ralat Resha membenarkan.

Delia berdecak. "Iya-iya, sama aja. Nggak ada kemajuan sama Gena—ah maksud gue Kak Gege?"

Resha menghembuskan napas pelan. "Iya, gini-gini aja. Emang mau gimana lagi? Inget gue aja kagak," jawabnya pasrah.

"Maju selangkah, Res. Biar ada kemajuan. Hampir empat tahun loh," usul Delia.

Resha tersenyum miris. "Udahlah, nggak papa. Toh, Kak Gege bahagia."

Jika sudah begitu, Delia hanya bisa mengangguk. "Apapun itu, gue bakal dukung lo. Gue yakin, suatu saat lo bakal nemuin titik cerah sama Genathan," ungkap Delia tulus.

Resha mengangguk. Dalam hati meng-aamiin-kan ucapan Delia.

Keduanya berjalan bersama dengan rangkulan Delia. Resha bersyukur mendapat sahabat seperti Delia sejak duduk di bangku SMP. Delia sabar menghadapinya di berbagai situasi. Delia juga yang menegurnya tiap kali Resha melakukan kesalahan. Delia tidak pergi meskipun tahu kebiasaan buruk Resha.

Di zaman sekarang yang cenderung sulit menemukan yang benar-benar sahabat, Resha bersyukur mengenal Delia. Meski kadang menyebalkan, Delia tetaplah menjadi sahabat yang baik untuk Resha.

"Res, kalau itu beneran Kak Gege," celetuk Delia sambil menepuk-nepuk bahu Resha dan menunjuk pemuda yang tengah berjalan bersama teman-temannya di koridor kelas dua belas.

Meski Resha hanya memandang dalam jarak, Resha bisa melihat persis paras tampan Genathan. Tubuhnya tinggi tegap dengan kulit putih bersih, meskipun sering terjun ke lapangan untuk bermain basket.

Tatapan Resha tidak sekalipun luput dari pesona Genathan, walaupun cowok itu tidak pernah menyaksikan. Bahwa dari kejauhan, ada perempuan yang sering kali memandangnya dalam keheningan.

"Kak Gege," lirih Resha memaku di tempatnya. Bodohnya, ia berharap Genathan mendengarnya. Padahal, Delia di sampingnya saja tidak bisa menangkap suara Resha.

Satu lagi, Genathan juga tidak menyadari. Bahwa ada seseorang yang gemar melirihkan namanya, di tengah bisingnya cakrawala.

***

Resha tahu persis bahwa yang sedang ia lakukan saat ini akan menyakiti dirinya sendiri. Menghancurkan hatinya untuk kesekian kali. Membuka kesempatan untuk sang lara bersinggah lagi. Resha mengerti, tapi tidak peduli.

Resha memilih abai pada dirinya sendiri.

Di atap sekolah, lagi-lagi Resha berteman sepi. Tadi, Delia harus izin pulang lebih dulu karena harus berangkat ke kampung halaman untuk persiapan lamaran tantenya. Tidak ada Delia, Resha bingung harus melakukan apa. Hingga pilihannya jatuh pada atap sekolah dengan sarayu yang berhembus tenang. Setidaknya, rasa tenang yang dibawa sang bayu kali ini dapat membuat gejolak di dadanya sedikit teredam.

Ponsel yang ada di tangannya tergenggam lemas. Tatapannya menunduk. Menatap hampa gambar yang ada di layar ponselnya. Hasil ia stalking menggunakan akun fake-nya.

Potret Genathan dan Ayunindya yang tengah tersenyum ria. Satu tangan Genathan mencapit kedua pipi Ayunindya, sedangkan tangan lainnya untuk memegang ponselnya. Foto itu diambil hari Minggu kemarin. Ada keterangan tanggal dan lokasi yang dicantumkan. Mereka tampak serasi di foto itu. Ekspresi keduanya sama-sama lucu. Sebenarnya, Resha enggan mengakui kata orang-orang bahwa mereka adalah pasangan pacar yang sempurna.

Resha merasa, hubungan Genathan dan Ayunindya tidak sejauh itu. Firasatnya yang mengatakan, bahwa keduanya tidak lebih dari teman. Atau, itu hanya cara untuk menenangkan diri sendiri?

Tangannya bergerak menekan layar ponsel. Kini, tampilannya sudah berganti. Tidak lagi foto. Melainkan video boomerang Genathan dan Ayunindya. Kepala Ayu bersandar pada bahu Genathan. Sedangkan tangan Genathan, bertengger apik untuk mengacak rambut Ayu gemas.

Resha ikut tersenyum melihatnya.

Ikut tersenyum ketika melihat Genathan tersenyum walau untuk gadis lain.

Tidak apa-apa. Memangnya, apa yang diharapkan Resha? Tiba-tiba Genathan melihatnya lalu memberi senyumnya dengan sukarela? Buru-buru saja Resha menepis khayalan konyol ini. Hidupnya tidak seindah cerita fiksi. Di mana tiba-tiba si pengagum rahasia akan mendapat titik balik dari si tuan yang sempurna.

Semesta tidak sebaik itu.

Bahkan, membiarkan Resha untuk singgah di bagian ingatan Genathan saja, semesta tidak mengizinkan. Resha tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Terlalu lama, hingga akhirnya ia terjebak tenang di dalam zona nyaman.

Yaitu, sebagai pengagum dalam diam.

***

Kalian pernah gak sih ada di posisi Resha gitu?

Mencintai dalam diam tapi dia nya udah deket sama yang lain. Sakit? Jelas. Tapi mau marah juga gak ada hak.

Buat yang lagi ada di posisi ini haru ekstra sabar ya.

Aku balik lagi dengan cerita teenfiction nih, semoga kalian suka ya sama cerita ini. Karena cerita ini juga gak kalah seru dari cerita aku yang lain loh.

So, jangan lupa buat like, koment, vote, dan love untuk menambahkan cerita ini ke perpustakaan ya! Biar kalian gak ketinggalan update tersebaru dari cerita ini.

Cek profil aku juga ya buat baca cerita aku yang lain, dan jangan lupa buat follo akun ini ya.

See you next chapter all.

Thanks for reading all.

Terpopuler

Comments

Winsulistyowati

Winsulistyowati

Suka itu Biasa Thor..Lbih Baik dicintai Thor..drpd mencintai Thor..♥️🤭

2023-05-29

0

Asep Dawet

Asep Dawet

ga harus memiliki sakit saat liat dia dgn cwe lain senang saat dia bahagya disitu tercipta kedewasaan yg membuat kita brpikir positif untuk bisa merelakan dan mencintai dalam diam...semangat selalu kakak hampir kya aku bngt cuma mungkin aku mh g PD buat deket am dia hnya bisa liat dri jauh sajah😊😊😊

2022-12-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!