Bab 3# Salah Nama

"Bang Nata ... Mama ... kok kalian di sini?!"

Selamaaaattt...!

Petir bernafas lega. Kedatangan Ibell menghentikan Nata menunduk di sebelah troli yang saat ini ujung tangan Vay malah keluar.

Cepat cepat Petir membenarkan kain putih dan slip... menyelipkan tangan lemas Vay tanpa sepengetahuan tiga orang di belakangnya.

"Pernikahan akan di mulai, Sayang. Kami mau menjemput Vay."

"Tapi, yang mau Om jemput adalah Purnama." Petir menjawab dalam hati sembari mendorong troli masuk ke lift. Lalu segera menekan tombol lift agar cepat tertutup.

"Yeeeessss!" sorak Petir sudah merasa aman.

"Maaf ya, Vay. Gue tau ini salah. Lo tau kalau gue sangat mencintai lo, tapi lo selalu memandang gue sebelah mata," gumamnya menyadari sifat pecundangnya.

Ting ... Denting suara lift membuyarkan atensi Petir dari wajah jelita Vay. Segera, ia merapikan kain putih itu untuk menyembunyikan Vay kembali sebelum mendorong troli itu keluar.

Kedatangannya langsung di sambut oleh Lautan.

"Lo lama amat sih?"

"Gue hampir ketahuan sama Om Nata," cerita Petir seraya meraup tubuh tak berdaya Vay.

Lautan tidak lagi cerewet. Ia segera menyembunyikan troli di dekat emergency exit. Setelahnya, menyusul kakaknya yang sudah manaiki tangga menuju rooftoop.

Di depan sana, baling baling helikopter sudah berputar putar yang di kendalikan oleh Angkasa.

Bhumi yang tadinya berdiri di dekat helikopter, mendekat cepat seraya berucap, "Gue kira lo akan gagal, Tir. Lamaaaaa pakai bangetzzz!"

"Apa helikopter sudah aman di pakai?" Petir malah bertanya, mengabaikan Bhumi yang mendengus kesal padanya.

"Uda dong!" Angkasa yang menyahut diiringi gerakan jempolnya terangkat pertanda... Ok.

"Kalian memang terbaik!" puji Petir tersenyum bangga. Lalu dengan cepat memasukkan tubuh Vay ke kabin helikopter.

Twins dan Lautan yang baru bergabung, hanya menjadi penonton.

"Di ransel hitam uda gue siapin beberapa pakaian dan makanan ringan untuk kalian!" kata Bhumi mengingatkan.

"Kalian memang all in kalau bekerja. Thanks ya, Bro. Sini.... Gue cium kalian satu persatu."

Plaakkk...

"Najisss!" tabokan Angkasa sangat keras menghadiahi bibir Petir yang sebenarnya ia tahu kalau Petir hanya becanda. Ia juga becanda kok naboknya, tetapi sakitnya... nggak!

"Ish...!" desis Petir. Namun sejurus tersenyum cuek.

"Sono, buruan pergi! Good luck ya. Pokoknya, pulang pulang lo dan Vay sudah saling bucin. Dan bonusnya ponakan buat gue." ujar Lautan sembari menepuk pundak sang Kakak.

Petir tersenyum lebar. "Amin!" katanya semangat. "Gue pamit ya, Bro. Sampaikan salam maaf gue ke semuanya termasuk Topan dan Purnama lebih utama!"

Percayalah, kata maaf itu sangat ambigu.

Ketiganya tidak curiga.

Saat Petir berbalik, langkahnya kembali di tahan oleh Angkasa.

"Apa lagi?"

"Handphone lo jangan di bawah atau lo akan langsung ketangkap sama Om Nata. Lo nggak lupa kalau Om adalah hacker, kan?"

"Ah, lo benar." Petir merogoh saku celananya. Lalu memberikan benda pipih tersebut ke Angkasa.

Praaangg...

Lautan dan Bhumi tercengang melihat kelakuan Angkasa.

"Hais... Kok lo ngebanting hape gue?" Petir membeo ketus. Aksi Angkasa yang tidak ia sangka sangka sungguh sangat merugikan. Bahkan, bukan hanya di banting, Angkasa juga dengan semangat menginjak injak ponselnya.

"Lah... Ini itu namanya penghapusan jejak, Nyuk. Uda sana, jangan banyak protes! Takut Vay keburu bangun."

Benar juga! Lupakan hape mahal dan waktunya berjuang dalam kata sesungguhnya. Petir pun pergi membawa Vay menggunakan helikopter.

Sementara di dalam ballroom, Purnama sudah di buat dag dig dug berdebar debar cemas. Takut takut ia malah berujung di nikahkan bersama Abian. Jari jari ia remas yang sudah duduk di sebelah pengantin pria, hendak ijab qobul.

"Kita mulai!" kata orang yang berada di samping Abian yang tak lain adalah saksi.

Mampus ini mah, mampuuuuss! Purnama ingin sekali lari dari kursi empuk tetapi sangat panas terasa menghunus bokongnya.

"Dai, kok lampu masih menyala? Adek gue dalam bahaya, Bego!" Guruh mengerang tertahan lewat earphone. Ia saat ini bersama Topan di antara para keluarga dan tamu undangan.

Kegelisahan Purnama yang sedang menggerakkan duduknya kiri dan kanan secara pelan, di artikan Guruh adalah kode... 'Cepaaat matikan lampu.'

"Purnama duduknya seperti sedang ambeien, tau nggak?" imbuh Guruh lagi. Membuat Badai di seberang sana tersenyum geli.

"Di sini ada tiga anak buah Opa Eldath! Makanya gue belum beraksi. Nah... Belum apa apa, bodyguard Opa Kemal pun datang tiga orang. Gimana coba?" lapor Badai apa adanya.

"Lo akalin. Jangan seperti orang bodoh!" Topan ikut bersuara. Ia dan Guruh kebagian enak nya yang mentitah ini dan itu pada sahabat lainnya.

Fjfjdjejsjddd... Badai berkomat kamit tanpa mengeluarkan suara. Dua orang itu menyebalkan. "Masa gue adu jotos? Yang benar saja, ah. Gue nggak mau keluar keringat emas gue."

"Kalau adek gue di halalin sama Abian, kulit badak lo gue bikin kikil, mau?" ancam Guruh.

Badai mendengus. Bergeming seraya memikirkan cara halus untuk mengelabui enam orang di depannya. Sungguh, ia dan semuanya tidak memikirkan sebelumnya kalau penjagaan pernikahan Vay begitu ketat.

"Twins, kalian ada di mana? Kemari, bantu gue!" pinta Badai sembari menekan earphone di telinga kanannya.

"Otw...!" Jawab Bhumi. Angkasa hanya mengekor dengan tampang tengil-tengil santai nya.

"Purnama lama amat sih?" Di depan hotel yang tak jauh dari lobby utama, Lautan sudah stay bersama mobilnya. Ia bertugas melarikan Purnama. Sedang Pelangi sudah stay pun di tempatnya yang akan mengawal lari purnama. Mana tau di uber oleh para bodyguard - bodyguard yang bertebaran, ia akan menjadi penghalaunya.

Para sahabatnya itu tidak tau saja apa yang telah di rasakan Purnama. Rasanya, ia mau menggigit tangan Abian dan Pak Penghulu yang hendak berjabat, memulai ijab yang sudah mendapat ijin wali nikah dari Om Nata nya yang tak lain Ayah Vay.

PAPIIIII.... MAMIIIIII... TOLONG ANAK MU! Purnama menjerit jerit dalam hati seraya melirik ke arah keluarganya yang amat antusias menyaksikan ijab qobulnya.

"Eh, tapi kan nama yang akan di sebut adalah Adelle Anavay Abraham, bukan Purnama Batara. Jadi, nggak sah dong ijab qobul ini." batinnya menyadari hal tersebut. Jantungnya pun mulai tenang, rileks dan aman. Nggak usah kabur, biarkan suara ijab menggema, pikirnya demikian.

Alhamdulillah... Aman sentosa!

" Kalau uda di dalam kamar, baru deh buka kedok di depan Abian. Dia kaget lihat gue, eh serangan jantungan ... Metong deh. Ahhh... Pintar amat deh lu, Ama. Pengin ngebor deh. Asyikkk...!" Purnama tersenyum di balik rasa dag dig dug-nya. Ia sudah merasa aman.

Tapi... Saat ijab qobul tercuat dari pak Penghulu yang bunyinya seperti ini..." Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau Ananda Abiandra Shakil Laksana bin Aditia Shakil dengan Adinda Purnama __"

Aiih mati...! Jantung Purnama lah yang mau copot dari tempatnya. Untungnya, Ayah Vay langsung menyela protes.

"Nama depan anak saya Adelle Anevay, Pak! Bukan Purnama."

"Ouh, baik, Pak. Mungkin ini hanya kesalahan mencatat tadi. Mari kita mulai lagi."

Inhale Exhale bin buang nafas tarik nafas. Semoga bukan namanya lagi.

Purnama tidak tahu aja, kalau Petir sudah mengganti nama Vay di catatan tersebut menggunakan namanya. Inilah kata 'maaf' ambigu yang di titipkan ke Twins dan Lautan untuknya. Dan untuk Topan, akan ada kejutan buatnya.

"Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau Ananda Abiandra Shakil Laksana bin Aditia Shakil dengan Adinda Adelle Anevay Batara bin Gema Batara__"

Eeehhh... Salah lagi!

Terpopuler

Comments

Ifha Raifha Aurora

Ifha Raifha Aurora

part ini lengkap

2023-02-01

0

ᵉˡ̳𝐀𝐘𝐃𝐀⸙ᵍᵏ

ᵉˡ̳𝐀𝐘𝐃𝐀⸙ᵍᵏ

eh mampus deh Ama kamu yg bakalan di nikahkan ma Abian 😂😂 gila biang kerok Petir gledek pinter juga 🏃🏃🏃🏃🏃

2022-12-04

0

ᵉˡ̳𝐀𝐘𝐃𝐀⸙ᵍᵏ

ᵉˡ̳𝐀𝐘𝐃𝐀⸙ᵍᵏ

pak Langit anakmu jadi kang penculik nohh....

2022-12-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!