ISTRI KE 2 TUAN STEFAN
Malam itu Hana turun dari motor Alan dengan senyuman manis yang menghiasi bibirnya. Keduanya baru saja menikmati kebersamaan-nya yang memang hampir setiap hari mereka rajut.
“Makasih ya Lan. Kamu bener bener sahabat terbaik yang pernah aku punya. Aku nggak tau lagi harus ngomong apa sama kamu selain kata terimakasih. Mungkin seribu kata terimakasih dari aku juga nggak akan cukup untuk semua yang kamu lakukan buat aku.”
Alan menghela napas menatap Hana yang berdiri disamping motornya. Dengan gemas pria berjaket hitam itu mencubit hidung Hana membuat si empunya meringis dan memekik kesakitan.
“Alan, ini sakit...” Protes wanita berambut panjang itu.
Alan tertawa merasa lucu dengan ekspresi menggemaskan Hana. Pria itu kemudian meraih tangan Hana dan menggenggamnya lembut.
“Denger ya Hana, apapun pasti akan aku lakukan asal kamu mau tersenyum buat aku.” Katanya.
Hana tersenyum mendengarnya. Kedekatan mereka memang sudah terjalin sejak keduanya masih duduk dibangku sekolah dasar sampai akhirnya kini mereka menginjak usia dewasa dimana keduanya sama sama disibukkan dengan pekerjaan masing masing.
Hana yang berprofesi sebagai guru TK, sedang Alan adalah karyawan disebuah perusahaan swasta.
“Selama masih ada aku di dunia ini kamu nggak perlu khawatir apa lagi sampai merasa sendiri. Karena aku.. Aku akan selalu menemani kamu dalam susah maupun senang Hana. Aku janji.”
Hana hanya menganggukan kepalanya tanpa bisa berkata apa apa karena sejauh mereka mengenal Alan memang selalu menepati janjinya. Alan selalu membuktikan ucapan-nya untuk selalu ada dan melindunginya.
“Kamu sahabat terbaik dan satu satunya yang aku miliki. Aku sayang banget sama kamu Alan. Aku harap kita tetap bisa sama sama seperti ini sampai kapanpun.” Senyum Hana menatap Alan penuh harap.
“Itu pasti Hana. Aku akan menjadi satu satunya orang yang kamu lihat saat kamu membuka mata kamu. Aku pastikan itu.”
Hana tertawa kecil mendengarnya. Ucapan Alan memang manis tapi menurutnya ucapan Alan kali ini terlalu berlebihan.
“Kok ketawa?” Tanya Alan bingung.
“Enggak enggak. Ya udah pokonya makasih banget buat semuanya. Aku masuk yah..” Ujar Hana setelah tawanya mereda. Hana menepuk pelan bahu Alan yang masih duduk diatas motornya.
“Oke.. Besok aku jemput.” Angguk Alan.
Hana ikut menganggukan kepalanya kemudian melangkah menjauh dari Alan dan masuk kedalam rumah sederhana yang beberapa tahun terakhir menjadi tempat tinggalnya.
Hana Larasati adalah seorang yatim piatu. Hana besar di panti asuhan setelah kedua orang tuanya meninggal dunia. Dan karena kebaikan dari para tetangganya lah Hana dimasukkan kedalam panti asuhan sehingga tidak hidup sebatang kara meskipun kedua orang tuanya telah tiada.
Sementara Alan Putra hanyalah pria biasa. Dia hidup sederhana namun tidak berkekurangan. Alan adalah tulang punggung keluarganya karena sang ayah yang juga sudah meninggal. Alan harus menghidupi dan menyekolahkan kedua adik perempuan-nya juga sang ibu yang sering sakit sakitan.
Setelah memastikan Hana masuk kedalam rumah kontrakan-nya, Alan pun kembali menghidupkan mesin motor metiknya kemudian berlalu dengan kecepatan sedang dari halaman rumah kontrakan sahabat yang diam diam di cintainya itu.
“Apa Hana nggak paham dengan apa yang aku bilang tadi? Kenapa ekspresinya biasa saja?”
Dalam perjalanan, Alan terus memikirkan ekspresi Hana tadi. Alan tidak habis pikir jika memang Hana masih juga belum memahami tentang perasaan terpendamnya selama ini.
Alan menghela napas. Pria itu tidak tau harus bagaimana menyampaikan perasaan-nya pada Hana. Apa lagi Hana selalu mengatakan bahwa Alan adalah sahabat satu satunya yang dia miliki.
“Mungkin Hana nggak paham karena aku yang terlalu bertele tele selama ini. Yah.. Aku yakin Hana pasti juga punya rasa cinta itu buat aku...”
Alan tersenyum membayangkan Hana yang juga memiliki perasaan yang sama terhadapnya.
“Aku nggak boleh lama lama. Besok aku akan bilang sama Hana kalau aku mencintainya. Aku akan menikahi Hana dan kita berdua pasti akan sangat bahagia. Punya Hana kecil dan Alan kecil.” Senyum Alan merasa sangat yakin.
Alan kemudian menambah kecepatan laju motornya tanpa menyadari ada mobil mewah dari arah berlawanan yang melaju dengan sangat kencang ke arahnya.
-------------
Ditempat lain.
“Apa? Angel demam?!”
Semua staf yang ada didalam ruang rapat terkejut mendengar ucapan Stefan. Mereka saling menatap kemudian saling berbisik. Sudah bisa di pastikan rapat yang baru akan dimulai pasti akan dibatalkan begitu saja oleh Stefan.
“Kamu, siapkan mobil sekarang.” Ujar Stefan dengan tegas pada asisten-nya.
“Baik tuan.”
Setelah berkata, Stefan langsung keluar dari ruang rapat dengan langkah terburu buru. Stefan sudah tidak lagi perduli dengan apapun karena yang ada dipikiran-nya saat ini hanya Angel, putrinya.
Semua staf hanya bisa menggeleng dan berdecak bahkan ada yang menghela napas tanpa berani protes pada si pemilik perusahaan. Mereka tidak mau mengambil resiko jika berani membantah apa yang Stefan katakan. Apa lagi Stefan adalah sosok yang tidak pernah ragu mengambil keputusan jika menurutnya apa yang dilakukan-nya memang sudah benar.
Dengan kecepatan maximal Stefan mengendarai mobil sport merahnya. Bahkan saking ingin cepat cepat sampai dirumah, Stefan sampai mengemudikan sendiri mobilnya.
Beberapa kali Stefan melanggar peraturan lalu lintas karena menerobos lampu merah. Stefan juga beberapa kali hampir menyerempet pejalan kaki yang sedang menyebrang. Tapi sekali lagi Stefan benar benar tidak perduli. Yang terpenting sekarang adalah bagaimana dirinya bisa sampai dalam waktu cepat untuk memastikan sendiri bahwa putrinya baik baik saja.
Stefan berdecak saat melihat motor yang melaju dari arah berlawanan dengan-nya. Motor tersebut melaju dengan kecepatan sedang namun dengan posisi yang salah. Beberapa kaki Stefan membunyikan klakson mobilnya namun sepertinya si pengendara tersebut sedang melamun hingga akhirnya Stefan terlambat menghindar dan kecelakaan itu tidak terhindarkan. Motor dan si pengendara tersungkur beberapa meter dari mobil Stefan yang juga menabrak pohon besar di tepi jalan yang sangat sepi itu.
“Sial !!” Umpat Stefan ketika merasakan nyeri dibagian kepala juga lututnya.
Stefan kemudian segera menghubungi orang orangnya yang dalam waktu singkat langsung datang menolongnya juga si pengendara yang tergeletak beberapa meter dengan keadaan yang sangat memprihatinkan.
“Bawa dia kerumah sakit. Periksa identitasnya dan pastikan dia tidak apa apa.” Ujar Stefan dengan nada memerintah setelah dipapah masuk kedalam mobil asisten pribadinya.
“Baik tuan.” Angguk pria bersetelan jas hitam yang juga adalah orang kepercayaan Stefan.
Pria tersebut kemudian segera membawa pengendara motor malang yang tidak lain adalah Alan itu kerumah sakit.
Sedangkan Stefan, dengan menahan sakit dilutut juga kepalanya Stefan menyuruh asisten-nya untuk segera melajukan mobil menuju kediaman-nya.
“Tuan apa tidak sebaiknya anda juga kerumah sakit untuk memeriksakan keadaan anda?”
“Untuk saat ini Angel jauh lebih penting dari segalanya.” Katanya tidak menerima saran apa lagi bantahan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 300 Episodes
Comments
Resky Ameliya
aku sangat menyukai bacaan on
2024-05-22
0
Mhimi Rahalus Rahakbauw
aku mampir thor
2023-04-12
0
Aulia Finza
mampir
2022-12-01
0