Hana masuk kedalam ruang rawat Alan. Seulas senyum terukir dibibirnya dengan air mata yang menetes menganak sungai dikedua pipinya.
Melihat keadaan Alan sekarang rasanya seperti mimpi. Padahal semalam Alan masih tersenyum dan berkata begitu manis padanya. Alan bahkan juga mengatakan sesuatu yang menurut Hana lucu dan berlebihan.
“Hay Alan.. Kamu tau tidak hari ini aku nggak bisa ngajar. Aku diteror sama bu Manda lewat telepon karena tidak izin dulu tadi pagi.” Lirih Hana setelah mendudukan dirinya di kursi disamping brankar Alan.
Hana yakin jika saat ini Alan tidak sedang koma pasti Alan akan tertawa terpingkal pingkal mendengar apa yang Hana katakan tentang bu Manda, pemimpin di tempat Hana mengajar. Wanita berbadan bulat yang sangat killer.
Hana menghela napas. Musibah itu terjadi begitu saja bahkan tanpa sepengetahuan-nya.
“Tapi Alan.. Tadi pagi tuan Stefan Devandra menawariku sesuatu. Dia bilang akan membantuku membiayai semua pengobatan kamu. Aku tidak ingin pergi sebenarnya. Tapi aku juga tidak punya pilihan lain. Aku nggak mau kehilangan kamu Alan. Dan juga ibu dan kedua adik kamu, Amira dan Aisha. Mereka juga butuh kamu.”
Hana memejamkan kedua matanya. Kedatangan-nya menemui Alan malam ini adalah bentuk pamitnya. Hana sudah berpikir panjang dan akhirnya memutuskan untuk menemui Stefan malam ini juga.
Hana tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada Alan. Dan Hana ingin operasi itu segera dilakukan agar Alan bisa diselamatkan.
“Aku nggak punya banyak waktu untuk mencari pinjaman Alan. Satu satunya orang yang bisa membantu kita saat ini adalah tuan Stefan.” Lirih Hana dengan suara bergetar.
“Kak Hana...”
Hana kembali membuka kedua matanya mendengar suara Amira kemudian menoleh kearah pintu. Gadis cantik dengan tinggi semampai itu masih mengenakan seragam putih abu abunya. Hana tau, Amira pasti bolos sekolah hari ini karena menemani Alan dirumah sakit.
Hana mengusap air matanya kemudian bangkit dan mendekat pada Amira yang berdiri disamping pintu.
“Kamu tidak perlu mengkhawatirkan apapun Amira. Alan akan sembuh. Alan akan kembali lagi bersama kita. Aku akan mengupayakan semuanya demi kesembuhan Alan.”
Amira hanya bisa diam. Gadis itu tau hubungan Hana dan Alan memang sangat dekat. Amira juga tau bahwa Alan memendam rasa pada Hana sejak dulu.
“Aku nggak mau ngerepotin kakak.. Ibu juga nggak mau. Kakak nggak perlu ngelakuin apapun. Kami akan menjual rumah dan apapun yang kami miliki demi kak Alan.”
Hana menggelengkan kepalanya.
“Jangan.. Jangan lakukan itu. Aku akan segera kembali.”
Hana berlalu keluar dari ruang rawat Alan melewati Amira yang menangis terisak. Hana merasa tidak punya waktu lagi untuk berpikir. Hana tidak mau keluarga Alan kehilangan tempat tinggal.
“Alan.. Aku lakukan semua ini demi kamu. Demi persahabatan kita.” Batin Hana melangkah di koridor rumah sakit.
Tempat pertama yang Hana tuju adalah Devandra grup, yaitu perusahaan Stefan. Hana tidak perduli dengan apapun syarat yang akan Stefan ajukan padanya. Yang terpenting adalah kesembuhan Alan.
“Maaf nona, tapi hari ini tuan Stefan tidak datang ke perusahaan.”
Hana mengeryit. Stefan mengatakan Hana bisa datang menemuinya di perusahaan jika setuju dengan apapun syarat yang akan dia ajukan.
“Begitu ya? Ya sudah terimakasih ya mbak, saya permisi.”
Hana mengangguk pelan dengan senyuman tipis dibibirnya kemudian berlalu dari meja resepsionis.
“Apa aku kerumahnya saja?” Hana menghela napas. Tidak ada pilihan lain. Semuanya demi Alan. Sahabat satu satunya yang Hana miliki.
Hana menyetop taksi dan segera masuk kedalamnya kemudian menyuruh supir taksi tersebut mengantarnya menuju alamat Stefan Devandra. Dan tanpa Hana menunjukan jalan pun si supir taksi sudah tau kemana dirinya harus pergi. Siapa yang tidak kenal Stefan Devandra, pengusaha dengan segala kuasanya.
Tidak sampai setengah jam taksi yang membawa Hana sampai tepat didepan gerbang tinggi menjulang warna hitam di kediaman megah Stefan. Hana segera turun dan membayar ongkos taksi.
Hana menatap kedalam pekarangan luas rumah Stefan. Disana banyak sekali pria berbadan kekar yang berlalu lalang. Hana bisa menebaknya dengan mudah. Pria pria berbadan kekar itu pasti adalah body guard Stefan.
Hana menelan ludahnya. Hana tidak tau apakah langkah yang di ambilnya benar atau tidak. Tapi Hana benar benar tidak ingin orang orang yang disayanginya meninggalkan-nya. Hana sangat menyayangi Alan sebagai sahabatnya begitu juga dengan keluarga Alan yang sudah Hana anggap seperti keluarganya sendiri.
“Ya Tuhan.. Tolong permudah apa yang hamba lakukan sekarang...” Batin Hana memejamkan kedua matanya.
“Nona Hana.”
Hana tersentak mendengar suara berat itu. Dengan cepat Hana membuka kedua matanya dan menemukan Rico sudah ada didepan-nya.
“Kamu...”
“Apa nona mencari tuan Stefan?” Tanya Rico dengan ramah.
Hana menelan ludah kemudian menganggukan kepalanya ragu ragu.
“Kalau begitu mari masuk, tuan Stefan ada di dalam.”
Rico membukakan pintu mobil untuk Hana membuat Hana mematung di tempatnya. Rasanya aneh sekali jika masuk kedalam pekarangan rumah Stefan saja harus menggunakan mobil.
“Em.. Saya biar jalan kaki saja.” Tolak Hana pelan.
“Tolong kerja samanya nona. Saya yakin nona tau siapa dan bagaimana tuan Stefan.”
Hana terdiam. Stefan adalah pria kejam yang diragukan masih memiliki perasaan kasihan dihatinya. Dan Hana berpikir bisa saja Stefan marah pada asisten-nya itu jika tidak membawa Hana kehadapan-nya dengan tenang. Apa lagi halaman rumah Stefan juga sangat luas dan pasti akan menguras tenaga jika Hana harus menyeberanginya dengan berjalan kaki.
“Baiklah..” Angguk Hana kemudian.
Meskipun ragu ragu, wanita dengan dress sederhana selutut warna pink lembut itu masuk kedalam mobil yang kemudian di kemudikan Rico.
Hana menatap setiap pria berbadan kekar yang dilewatinya lewat kaca mobil. Hana berpikir tentang kekayaan Stefan yang pasti tidak akan berkurang sedikitpun jika hanya untuk membantu pengobatan dan operasi Alan.
Hana menghela napas. Hana hanya bisa berharap semoga syarat yang nanti di ajukan oleh Stefan tidak merendahkan harga dirinya.
“Alan.. Aku ingin kamu cepat sembuh. Aku ingin kita terus sama sama. Aku harap kamu juga setuju dengan langkah yang aku ambil dengan mendatangi tuan Stefan.” Batin Hana.
Mobil yang Rico kemudikan berhenti tepat didepan teras rumah mewah berlantai dua itu. Rico kemudian turun dan kembali membukakan pintu mobil untuk Hana.
“Silahkan nona..”
Hana tersenyum paksa dengan anggukan kepalanya kemudian turun dari mobil Rico.
Sekali lagi Hana menghela napas. Perasaan ragu lagi lagi menghampirinya. Tapi sebisa mungkin Hana mengenyahkan perasaan itu demi Alan, sahabat satu satunya.
“Mari ikuti saya nona. Tuan Stefan sudah menunggu anda diruangan-nya.”
Hana mengeryit. Stefan seperti tau bahwa keputusan itu memang akan dia ambil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 300 Episodes
Comments
Arin
dan psti nanti ana stlh tau syrtny apa psti dia kget bngt,tpi di lain sisi dia btuh bngt duit itu demi Alan,semoga pas Alan nanti sembuh dia ngga slh pham
2023-02-12
1
Mawar89
gw ga knal Thor 😅
2022-12-31
1