BAB 19

Setelah dari rumah Fara, Aslan segera meluncur menuju KUA. Tepat sesuai dugaannya, sesampainya di sana Fara langsung mendumel bahkan dia sempat ngambek tidak mau turun dari mobil.

"Fara, foto aja sama tanda tangan terus kita ke rumah sakit." Aslan berusaha membujuk Fara agar mau turun.

"Pak Aslan ngeprank saya ya? Saya udah khawatir sampai nangis-nangis gak tahunya malah diajak ke KUA. Ngeselin banget. Yang mau nikah Pak Aslan kan, udah sana foto sendiri aja." Fara semakin menyandarkan dirinya sambil melipat kedua tangannya. Kedua pipi itu masih saja menggembung.

"Orang nikah tuh ya harus ada pasangannya. Turun sekarang, atau aku gendong!" Aslan turun dari mobil dan membuka pintu untuk Fara. Dia sudah bersiap meraih tubuh Fara.

Dengan cepat Fara mendorong tangan Aslan. "Jangan pernah sentuh saya." Fara turun dari mobil lalu berjalan menuju KUA bersama Aslan meski dalam hatinya terus menggerutu.

Rasanya dia masih setengah hati melakukan ini semua. Di umurnya yang baru 18 tahun harus menikah dengan orang yang tidak dia cintai. Benar-benar seperti mimpi buruk saja.

Dengan terpaksa Fara melakukan pas foto itu. Tanpa senyum dan hanya berekspresi datar. Dia juga menandatangani dengan asal dokumen-dokumen itu. Setelah itu dia meninggalkan Aslan yang sedang berbicara dengan pegawai KUA yang seolah Aslan sedang berbahagia akan menikah. Drama king!

Fara terus merutuki Aslan, bisa-bisanya dia sangat senang dengan pernikahan pura-pura itu. Jangan-jangan Aslan memang ingin memanfaatkannya saja atau dia akan dijadikan pelampiasan hasrat saja.

"Awas aja sampai berani sentuh aku. Aku harus buat perjanjian!" Fara menghela napas berkali-kali. Emosinya masih meletup-letup.

Aslan berjalan mendekat dan membuka pintu untuk Fara. "Kita makan siang dulu terus ke rumah sakit."

Fara tak menjawab, dia masuk ke dalam mobil dengan bibir yang masih saja mengerucut.

Aslan kini masuk ke dalam mobil lalu beberapa saat kemudian mobil itu melaju.

"Pak, pokoknya setelah menikah saya tidak mau satu kamar. Saya tidak mau Bapak sentuh sedikit pun." tegas Fara.

Aslan hanya tersenyum miring. "Sudah halal kenapa gak boleh sentuh. Arsyad yang belum halal aja udah berani nyentuh kamu."

Fara berdengus kesal. Ternyata benar dugaannya, itulah yang ada dipikiran Aslan setelah menikah. Dijadikan pelampiasan hasrat. "Gak mau! Mau udah halal ataupun non halal, Pak Aslan tetap gak boleh sentuh saya sedikit pun. Saya gak cinta sama Bapak jadi gak boleh ada kontak fisik."

Aslan hanya memutar bola matanya. Daripada si bocah ngambek lagi lebih baik dia mengalah. "Oke. Aku gak akan nyentuh. Tapi kamu juga harus ingat, kamu boleh dekat dengan Arsyad tapi gak boleh sentuhan fisik lagi karena setelah kamu sah menjadi istri aku, dosa yang kamu perbuat itu juga akan menjadi tanggungan aku."

Fara mencebikkan bibirnya. "Sah, sah aja. Cuma pura-pura, gak nikah beneran."

"Kalau soal ijab qabul, aku gak pura-pura. Aku benar-benar menikahimu yang sah secara agama dan hukum," kata Aslan. Dia tidak akan mempermainkan pernikahan. Biarlah Fara menganggap ini cuma pura-pura saja.

Fara mengalihkan wajahnya sambil mencibir. Sepertinya Aslan serius dengan ucapannya.

...***...

Malam pun tiba. Rasanya Fara semakin bimbang. Benarkah dia akan menikah dengan Aslan secepat ini? Seandainya bisa, dia ingin kabur lagi. Rasanya sulit menerima kenyataan ini.

Prosesi ijab qabul yang dilakukan di rumah sakit itu, tidak mengharuskan Fara merias dirinya. Dia hanya memakai hijab dan baju gamis. Sedari tadi dia hanya terdiam sambil menahan rasa sesak di dadanya.

Harapannya menikah dengan Arsyad kelak seketika hancur, andai pernikahannya dengan Aslan tidak bertahan lama tapi statusnya tetap saja janda. Sepertinya dia harus mengubur keinginannya untuk bersama Arsyad.

Sampai prosesi ijab qabul yang dilakukan Ayahnya terhadap Aslan, Fara hanya menatap kosong dan diam saja. Tak mendengar betapa tegas dan mantapnya Aslan mengucap qabul untuknya. Dengan satu kali tarikan napas dan rentetan kalimat itu terucap, Fara sudah sah menjadi istri seorang Aslan.

"Fara," Fara seolah baru terbangun dari mimpinya mendengar panggilan itu. "Kalian tukar cincin dulu lalu cium tangan suami kamu." kata Bu Lani.

Suami? Fara masih belum bisa terima dengan sebutan itu. Tapi demi tetap mengukir senyum dibibir Ayahnya saat ini, dia mengulurkan tangannya. Aslan memakaikan cincin itu di jari manis Fara, begitu juga dengan Fara.

Kemudian Fara meraih tangan Aslan dan mencium punggung tangannya. Setelah itu buru-buru dia lepaskan. Tapi hal tak terduga justru terjadi, Aslan menahan kedua pipi Fara dan mencium keningnya

Spontan mata Fara membulat. Rasanya dia ingin menampar Aslan saat itu juga tapi dia tahan karena para saksi, kedua orang tua Aslan dan juga Ayah Fara tersenyum bahagia.

"Duh, manisnya. Kalian berdua langsung pulang saja biar diantar Ari."

Fara menggelengkan kepalanya sambil menjauh dari Aslan. "Saya mau menunggu Ayah di sini saja tante."

"Tante?"

"Eh, Mama." Fara tersenyum kaku. Kenapa juga harus cepat-cepat pulang dengan Aslan.

"Ayah kamu biar kita yang jagain di sini. Besok sore Ayah kamu juga sudah boleh pulang. Kalian nikmati aja malam pertamanya." Bu Lani tersenyum penuh arti.

What the hell! Malam pertama? Malam pertama tutorial hidup di neraka bersama Singa.

"Fara, Ayah sekarang merasa jauh lebih sehat. Kamu pulang saja bersama Aslan." kata Pak Ridwan. Wajahnya sudah tidak sayu seperti kemarin.

"Aslan rumah kamu juga sudah siap. Barang-barang kamu dan beberapa baju Fara juga sudah ada di sana. Kuncinya ada di Ari."

Fara masih saja tak mengikuti Aslan, meski Aslan sudah berjalam sampai pintu.

"Hmm, tapi buku-buku Fara ada di rumah. Fara besok kan harus sekolah."

"Libur aja dulu sehari. Pasti besok kamu bangun kesiangan." Bu Lani masih saja tersenyum penuh arti.

Fara semakin menautkan alisnya. Ini salah satu ajaran sesat.

"Fara, jangan tegang gini sayang. Kalau Aslan sampai kasar sama kamu bilang sama Mama." Bu Lani memeluk Fara dan mengusap punggungnya. "Tenang, kalau di rumah singanya mode kucing orange."

Aslan yang berdiri di dekat pintu kembali menghela napas panjang. Tidak tahu saja jika dia tidak bisa menyentuh Fara. Ketika di dekatnya, Fara akan menjadi mode kaktus berduri.

Fara akhirnya berjalan mendekati Aslan. Setelah keluar dari ruangan Ayahnya, Fara langsung menatap tajam Aslan. "Ngapain lihat-lihat. Ingat, gak boleh sentuh sedikit pun."

Aslan hanya tersenyum miring. "Cantik kalau pakai hijab," katanya sambil berlalu.

Fara terbengong beberapa saat. "Wahai Pak Aslan, bujuk rayu Anda tidak akan mempan." Fara berjalan mengikuti Aslan di belakangnya.

Aslan menghentikan langkahnya lalu meraih tangan Fara dan menggandengnya. "Jalan itu di samping aku. Jangan di belakang nanti hilang."

Fara menarik kembali tangannya dengan kasar. "Gak usah modus!"

Sejujurnya Aslan merasa sangat gemas dengan Fara. Dia penasaran, apakah dia bisa memenangkan hati Fara.

💞💞💞

.

Like dan komen ya..

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***