Single Mother
...“Dalam lingkup hati yang sunyi, Arini meyakinkan dirinya sendiri, walau hidup berdampingan pun tidak menjamin kebahagiaan dalam hidupnya.”...
"Halah, alasan aja!"
"Kalau suami ngomong itu didengarkan! Punya otak jangan cuma buat pikiran buruk terus sama orang!"
Di luar masih saja terdengar suara perkelahian mereka, Arini menghela napas seiring melirik malas ke objek lain. Meraih ponsel yang tergeletak di atas meja kemudian menghubungi salah satu temannya sambil menyandarkan kepala ke belakang.
“Lagi ngapain sekarang?” tanyanya. “Temani aku ke salah satu tempat, mau?”
"Ke mana?" tanya Aurela dengan malas.
"Klub."
"Tidak salah Anda?"
Arini berdecak kesal memutar netra bermanik coklat tersebut ke arah jendela besar yang memantulkan cahaya dari luar. "Mau atau tidak?"
“Oke, aku on the way….”
Arini mengenakan dress hitam dengan lengan terbuka bersiap akan pergi. Saat keluar kamar ia mendengar pertengkaran kedua orang tuanya di dalam kamar semakin menjadi. Arini memilih sama sekali tak menghiraukan mereka lagi, ia terus saja berjalan menuruni tangga mengambil kunci mobil lalu pergi ke tempat tujuannya.
Di tempat itulah Arini mendapatkan kesenangan sesaat, yang tak pernah dia dapatkan dari dalam rumahnya. Di sana dia bisa dengan bebas mengekpresikan keinginannya. Berloncat-loncat, teriak, tertawa menikmati dentuman musik yang menggema memekikkan telinga.
Lampu kerlap-kerlip menyala bergantian di langit-langit ruangan pun turut menjadi aspek penting membuat tempat itu terlihat semakin ramai.
Kepala Arini pening karena terlalu banyak karena ia belum terbiasa dengan tempat seperti ini.
Sehingga membuat Aurela merupakan teman sekaligus managernya itu menggeleng tidak habis pikir.
“Please, Rel, kasih aku satu kali lagi,” pinta Arini dengan kepada bersandar di atas bar.
“No, no, udah cukup. Aku nggak mau magh kamu kambuh lagi gara-gara ini.” Aurela menjauhkan botolnya sambil menggeleng menolak rengekan Arini.
“Ah, pelit banget sih.” Arini memalingkan wajahnya menatap orang-orang yang tengah asyik menikmati alunan musik yang dipandu oleh disc jockey yang berada di atas panggung mengangkat satu tangan ke atas sedangkan sebelah lagi memutar-mutar piringan hitam.
“Orang tau kamu berantem lagi ya, Rin?”
“Hah? Apaan?” Arini memajukan telinga seiring menyelipkan anak rambut ke belakang. Ia tidak bisa mendengar suara dengan jelas karena musik begitu mendominasi ruangan yang dipenuhi manusia pencari kesenangan.
Aurela mendengus kemudian berbicara lagi, “Kamu ribut lagi di rumah?”
Kali ini Arini bisa mendengar dengan jelas mengangguk. “Harusnya kamu nggak usah tanya lagi, karena mereka setiap hari memang begitu. Dari aku kecil, coba bayangkan kalau kamu jadi aku.” Ingin rasanya Arini menghilang dari kehidupan mereka kalau bukan masih membutuhkan uang dari mereka.
“Mereka nggak akan bisa melarangku karena nggak bisa kasih kebahagiaan, Rel. Aku butuh tenang, butuh hiburan. Dan aku sekarang butuh seseorang yang bisa menyenangkan dalam semalam," ucap Arini suaranya timbul tenggelam di dalam tenggorokan karena efek terlalu banyak menenggak minuman.
“Maksud kamu, aku?” tanya Aurela menunjuk dirinya sendiri.
Lantas Arini mengibaskan tangan menepis. “Ya jelas bukanlah, aku butuh sugar daddy, pengen cari yang manis-manis.”
“Wedan kamu, Rin, mana ada konsep cari kebahagiaan seperti itu.” Menoyor kepala Arini yang kini tak bertenaga lagi.
“Ya, kalau bukan sugar daddy setidaknya cowok ganteng lah, aku udah bosen hidup sendirian. Selalu jadi penonton perkelahian orang tua doang.”
“Di sini ada banyak, ya kamu tinggal pilih sendiri mau model gimana.”
Arini mengulurkan tangannya untuk mengambil botol wine dari tangan Aurela. Sambil menyesap permukaan gelas di bibirnya, manik coklat berbulu mata lentik itu mengelilingi sekitar ruangan. Melihat orang-orang yang sedang menikmati dentuman musik seperti halnya dirinya.
Satu hal yang harus dia lupakan di tempat ini, yaitu masalah di rumahnya. Teriakan papanya, jeritan mama yang begitu menyakitkan di dalam hati Arini.
Bulu mata lentik Arini mengerjap posisi yang sebelumnya duduk di atas kursi kini menjadi berdiri tatkala merasakan dadanya berdebar-debar, melihat satu orang pria yang kini berdiri bersandar di pinggir dinding menghadap ke arahnya sambil memegangi segelas wine.
“Di-dia siapa?”
Jantung Arini semakin berdetak kencang saat pria berbadan proporsional itu tersenyum menampilkan kedua lesung pipinya terlihat begitu manis merupakan cowok yang sudah lama menarik perhatiannya.
“Astaga, ganteng sekali!” Arini hampir saja terjatuh karena begitu salah tingkahnya. Saat pria itu berjalan mendekati dirinya.
“Kamu nggak apa-apa, kan, Rin?” tanya Aurela. Melihat temannya tiba-tiba seperti orang kerasukan, kehilangan keseimbangan.
Arini sudah sulit lagi mengontrol laju degup jantungnya. Kian berdebar-debar saat pria itu menghampirinya.
“Aku nggak salah lihat, dia itu manusia beneran, kan?” Berpegangan pada sisi meja tatapannya lurus berpusat padanya. Ah, dialah tipe cowok yang Arini cari hatinya seketika berdebar.
“Hai, aku Rio. kamu?” tanya Rio dalam jarak yang begitu dekat.
Arini mengulurkan tangannya untuk membalas jabatan tangan Rio. Tatapan matanya seolah menghipnotis pria itu supaya terus menatapnya.
“Arini.”
Rio memejamkan mata menghirup dalam-dalam di atas punggung tangan Arini dalam genggamannya. “Aroma yang begitu harum.”
Arini terhanyut, rasanya ia ingin terbang ke langit ketujuh. Seluruh kulitnya terasa meremang saat merasakan deru napas Rio yang hangat menyapu kulitnya.
“Maukah kau, kalau kita menjadikan perkenalan malam ini, semakin dekat lagi, Arini?” tanya Rio seiring menggenggam tangan Arini erat.
Arini memutar bola matanya ke atas kemudian melirik ke cowok itu. “Hem... nggak ada alasan untuk menolak. Aku mau.” Senyuman lebar dari bibir merah muda menghiasi wajah Arini.
Aurela melebarkan mata mendengar kalimat mereka berdua. Ternyata Arini bersungguh-sungguh dengan ucapannya tadi. Gadis itu hanya menepuk dahi melihat mereka berdua saling bergandengan meninggalkan klub.
Gais, karena cerita ini aku upload ulang setelah dihapus kemarin, jangan lupa komen dan like ulang ya gais, ya. 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Kayanamikhayla
kenapa gk nerusin yg dlu aja thor q rsa yg dlu itu ceritanya menarik dn beda dr yg lain
2022-12-14
0
Novi Wu
wah wah... aku kemarin cariin kok ilang
2022-12-01
0
ninanu
akhirnya nongol juga
2022-12-01
0