"Usia kandungan kamu memasuki usia tiga Minggu.”
Ucapan seorang dokter masih terngiang-ngiang di telinganya. Kenapa? Kenapa harus sekarang? Arini baru saja merasakan kebahagiaan dengan seseorang yang amat dia sayangi. Tapi kenapa dirinya sekarang justru mengandung?
Setelah melihat hasil garis dua dari sepuluh tes peck di apartemennya, Arini masih belum yakin pergi ke Dokter untuk memastikan kebenaranya. Ia tak mengira kalau hari ini akan datang kepadanya begitu menyakitkan. Ia kembali dari klinik kedokteran membawa hasil yang sangat sulit diterima.
Di sepanjang jalan di dalam mobil Arini terus saja mengusap air matanya. Tangannya mengencang menggenggam setir. Kini pundaknya berguncang akibat menahan tangis. Sedih, takut, bingung, semua berbaur jadi satu.
"Argh!! kenapa seperti ini? Kenapa selalu aku?" Arini meluapkan kekesalan dalam hatinya di kost khusus perempuan milik Aurelia.
Temannya itu datang membawa segelas air putih memberikan pada Arini.
“Kenapa semua ini harus terjadi sama aku sih?” lagi-lagi Arini menggerutu pada Sang Pencipta Takdir seakan tidak terima dengan apa yang sudah digariskan untuknya.
Aurelia menggeleng tidak habis pikir dengan sikapnya.
“Sekarang kalau sudah seperti ini apa yang harus kamu lakukan?” tanyanya seiring menghela napas dalam, kemudian memejamkan mata. Dia tak bisa lagi berkata-kata.
“Aku sudah memperingatkan kamu dari awal, Rin. Sekarang kalau sudah begini baru kamu nyesel. Tapi maaf, aku tidak bisa bantu.”
Arini meremas rambutnya sendiri duduk di lantai dengan kedua kaki bersila.
"Rin, aku harus pergi ke luar kota sekarang. Kamu tetap di sini atau pulang?"
Arini seketika menoleh. Bahkan temannya saja kini mencoba menjauhinya. "Apa kamu tidak bisa membantuku, Rel?"
Aurelia menggeleng pelan. "Maaf tidak bisa."
Sejak hari itu, hubungan di antara keduanya tak lagi sama seperti dulu. Begitu pun dengan Rio yang tidak lagi menemuinya, walau hanya sekedar menanyakan keadaan Arini saja. Dia menghilang bak ditelan bumi, Bahkan saat Arini mencoba menghubungi lelaki yang amat dia sayangi itu, tapi justru handphone Rio sama sekali tidak aktif, hingga berkali-kali sampai membuat perempuan itu putus asa membanting benda yang digunakan untuk menghubungi tersebut.
Di dalam kendaran roda empat berwarna putih miliknya, Arini meremas rambut terlihat kacau, wajahnya pucat melajukan mobil dengan kecepatan tinggi sehingga membuat pegendara lainya mengumpat karena hampir saja bertabrakan.
Sebuah tamparan tangan keras mengenai pipi mulus menggema di setiap sudut kamar Arini. Bekas lima jari melekat seketika, menorehkan pedih, panas luar biasa beriringan dengan cairan bening kristal yang sedang keluar dari pelupuk matanya.
Dada Johan naik turun seiring napas terengah-engah, dengan sorot mata tajam yang memerah pria itu diam sembari menahan emosi.
Sedangkan Jilliana, ibunya. Memegang lengan Arini mencegah supaya suaminya tidak berbuat di luar batas.
“Pi, tentang kan diri dulu, Pi. Mungkin Arini punya alasan kenapa semua ini terjadi. Benar kan, Arini?” tanyanya sambil memegang tangan suaminya yang siap bertindak arogan.
Arini tidak menjawab. Percuma menjelaskan berulang kali mereka tidak akan ada yang mengerti. Ia siap menerima apa pun, jika selama ini ia melakukan kesalahan kecil saja selalu dihukum berat, apa lagi sekaarang.
“Begini anak didikan kamu, lihat? Dia itu sudah merusak reputasi keluarga kita! Kalian berdua memang tidak berguna!”
Papi masih saja menatap tajam ke arah Arini. Otot-otot tangannya terpampang jelas saat menggenggam kertas di tangan begitu kuat.
“Tapi walau bagaimanapun dia adalah anak kita satu-satunya, Pi.”
Johan mengangkat guci yang berada di sebelah lemari. Mengarahkan pada Arini, hingga teriakan kedua perempuan dalam kamar itu menggema.
Arini sangat paham, bagaimana kalau papinya itu sedang marah. Dia tak segan-segan memukul, menghajar bahkan membunuh sekali pun.
Arini yang sedang pucat pasi itu diam, pasrah dengan apa yang akan dilakukan oleh pria yang selama ini selalu kasar pada maminya tersebut.
"Sekarang kamu senang, sudah begini?!" Papi Arini semakin menjadi.
“Jangan lakukan, Pi!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
niktut ugis
baca nya ikut baper ...Smoga ending cerita bahagia buat Arini
2023-06-26
0
꧁♥𝑨𝒇𝒚𝒂~𝑻𝒂𝒏™✯꧂
lanjut thor....aku suka jln ceritanya...terus semangat berkarya...
2022-12-01
0