BAB 3

Di rumah kediaman Anura. Anura walaupun masih dalam suasana duka, Anura tetap semangat dan bangkit untuk menjalani kehidupan ini. Apalagi sekarang ada Danan, putra nya yang masih bayi. Ketika melihat wajah Danan, bayi mungil itu, Anura seperti melihat Dewa. Banyak kemiripan dari wajah Dewa pada diri Danan.

Fatika mendekati Anura yang sedang menyusui Danan.

"Apakah banyak air susu nya?" tanya Fatika.

"Banyak, Fatika! Aku sudah banyak menyimpan juga di lemari es. Oh iya Fatika! Aku ingin kembali bekerja," ucap Anura. Fatika menyipitkan matanya.

"Kamu yakin? Danan masih kecil loh, jika harus kamu tinggal-tinggal bekerja," sahut Fatika.

"Bagaimana lagi, Fatika! Jika aku banyak di rumah saja, aku akan kepikiran dengan Dewa. Aku harus menyibukkan diri supaya bayang-bayang Dewa tidak membuat ku semakin bersedih. Kepergian Dewa membuatku sangat syok dan rasanya tidak bisa aku percaya, Fatika," kata Anura.

"Baiklah! Tapi sampaikan niatmu ini pada mertua kamu Pak Harun. Secara finansial mereka bisa saja memenuhi kamu bersama Danan. Kamu tidak perlu bekerja lagi menjadi aktris. Apalagi Dewa juga sudah memiliki banyak aset-aset yang setiap bulannya menghasilkan uang. Seperti beberapa villa dan Hotel resort," terang Fatika.

"Benar! Tapi setelah Dewa meninggal dunia, aku tidak ingin ikut campur dalam urusan harta milik mereka. Walaupun ada beberapa yang sudah atas nama Dewa. Aku ingin uangku sendiri, Fatika. Perusahaan Dewa, perusahaan keluarganya juga. Aku tidak ingin mencampuri nya," kata Anura. Fatika menyipitkan bola matanya seolah tidak mempercayai ucapan Anura yang tidak tergoda dengan banyak harta yang dimiliki oleh Dewa.

"Oke, baiklah! Lusa aku akan menjumpai om Jackie untuk mempertanyakan soal pekerjaan yang bisa kamu ambil," ucap Fatika.

"Terimakasih, Fatika!" sahut Anura.

"Sama-sama, sayang! Kamu yang semangat yah, Anura! Hidup harus kamu hadapi dengan senyuman. Kebahagiaan itu harus kita cari," kata Fatika. Anura tersenyum mendengar nasihat dari Fatika.

🦋🦋🦋🦋🦋

Tok.

Tok.

Tok.

Ketukan pintu kamar Anura terdengar. Asisten rumah tangga Anura memberitahu bahwa ada seorang tamu yang mencari Anura.

"Nona muda, ada seseorang yang mencari nona muda di luar!" terang asisten rumah tangga Anura yang bernama Yayan.

"Siapa, mbak?" tanya Anura.

"Hem, saya tidak tahu namanya nona muda," jawab mbak Yayan.

"Laki-laki atau perempuan? Muda atau tua?" tanya Fatika ikut penasaran.

"Laki-laki dan masih muda serta tampan," jawab Mbak Yayan. Fatika dan Anura saling pandang.

"Jangan-jangan Dewa pulang ke rumah, Fatika! Aku rasa Dewa tidak akan kerasan tinggal di dalam alam kubur," ucap Anura dengan nada bercanda. Fatika tiba-tiba menjadi bergidik takut.

"Eh ya ampun, Anura! Jangan bicara begitu dong! Serem tau!" protes Fatika.

"Sebenarnya aku sih masih mengharapkan Dewa kembali pulang, Fatika. Aku kangen!" sahut Anura kembali bersedih.

"Sudahlah Anura! Jangan diingat terus, sayang! Sekarang kamu lihat saja, siapa tamu yang mencari kamu sore ini?" kata Fatika.

"Aku malas Fatika! Kamu saja deh yang menjumpai nya dulu! Aku mau bobok dulu sambil menemani Danan. Mbak baby sitter nya biar istirahat. Kasihan sejak tadi dia mengurus Danan dan menemani Danan," kata Anura.

"Baiklah! Aku lihat dulu, siapa tamu yang datang dan mencari kamu di luar. Laki-laki muda dan tampan. Bisa saja mbak Yayan bicara," ucap Fatika sambil berjalan keluar dari kamar Anura.

*****

Aku malas Fatika! Kamu saja deh yang menjumpai nya dulu! Aku mau bobok dulu sambil menemani Danan. Mbak baby sitter nya biar istirahat. Kasihan sejak tadi dia mengurus Danan dan menemani Danan," kata Anura.

"Baiklah! Aku lihat dulu, siapa tamu yang datang dan mencari kamu di luar. Laki-laki muda dan tampan. Bisa saja mbak Yayan bicara," ucap Fatika sambil berjalan keluar dari kamar Anura.

Fatika segera menemui seseorang yang mencari Anura. Benar saja tamu yang mencari Anura adalah seorang laki-laki dewasa, tampan dan tentu saja masih muda. Fatika segera menyapa dan mengulurkan tangannya pada laki-laki yang sudah menunggu si tuan rumah untuk menemuinya.

"Mas Sultan!" sapa Fatika sambil mengulurkan tangannya untuk menjabat tangannya. Sultan tersenyum lebar dan menyambut jabat tangan dari Fatika.

"Fatika! Apa kabar?" ucap Sultan berbasa-basi. Fatika tersenyum ramah.

"Kabar baik, mas Sultan! Mencari Anura yah?" tanya Fatika mempertegas pertanyaannya.

"Benar! Kira-kira bisa bertemu dengan Anura tidak? Dan apakah kedatangan ku mengganggu Anura, tidak?" tanya Sultan seperti minta pendapat dari Fatika.

"Anura di rumah. Tapi merasa terganggu atau tidaknya, itu aku tidak mau," jelas Fatika sambil ikut duduk di kursi teras di sebelah Sultan duduk.

"Memangnya Anura sedang apa di dalam?" tanya Sultan.

"Anura bilang mau tidur dan beristirahat. Sekalian menemani putra nya bobok juga sih," jelas Fatika. Sultan manggut-manggut saja.

"Oh, berarti aku datang di waktu yang tidak tepat. Kalau begitu lebih baik aku pulang saja, Fatika," kata Sultan sambil beranjak dari tempat duduknya.

"Eh, nanti dulu mas Sultan! Aku lihat ke dalam dulu yah, siapa tahu Anura tidak jadi tidur," sahut Fatika.

"Hem, terserah kamu saja deh. Tapi kalau Anura sedang tidur jangan dibangunkan yah," kata Sultan.

"Oke, siap!" sahut Fatika. Fatika segera masuk ke dalam rumah dan berjalan kembali ke kamar Anura.

Setelah Fatika mengetuk pintu dan masuk ke kamar Anura, Anura sedang menyusui Danan.

"Siapa tamu nya, Fatika?" tanya Anura.

"Eh, kirain kamu jadi tidur!" sahut Fatika yang belum menjawab pertanyaan Anura.

"Danan nangis minta *****. Siapa yang datang?" tanya Anura lagi.

"Mas Sultan!" jawab Fatika singkat. Anura diam saja. Fatika menatap ekspresi Anura.

"Aku tadi bilang kalau kamu sedang tidur. Jadi mau ditemui apa tidak?" tanya Fatika.

"Untuk apa mas Sultan datang kemari?" tanya Anura.

"Enggak tahu, Anura! Mungkin saja ingin mengucapkan bela sungkawa kepada mu atas musibah yang kamu alami," jawab Fatika.

"Mas Anura pasti menertawakan aku. Karena kebahagiaan aku bersama dengan Dewa hanya sebentar saja," praduga Anura.

"Jangan berprasangka buruk dulu, Anura! Jadi gimana, mau ditemui atau tidak?" tanya Fatika. kembali.

"Kalau kamu sudah bilang kalau aku sedang istirahat dan tidur, aku tidak perlu menjumpai mas Sultan," kata Anura.

"Baiklah! Oke, aku ke depan dulu," sahut Fatika.

"Eh, ngapain lagi ke depan?" tanya Anura.

"Aku harus bilang dengan Mas Sultan kalau kamu saat ini sedang tertidur pulas," jawab Fatika.

"Oh, begitu! Oke ya sudah sana!" kata Anura. Fatika segera keluar dari kamar Anura dan menjumpai Sultan di teras depan rumah Anura. Anura menatap.

"Ada apa lagi sih, mas Sultan harus datang ke rumah?" gumam Anura. Danan terlihat masih ***** dan belum mau melepaskan sumber makanan nya. Anura dengan sabar dan telaten menyusui putra nya.

"Kalau sedang kasih asi ke Danan jadi mengantuk mataku," ucap Anura.

"Sudah kenyang belum sayang?" tanya Anura sambil mengusap lembut puncak kepala putra nya yang masih merah itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!