BAB 4

Fatika kini duduk di samping Sultan di teras rumah Anura. Fatika mempersilahkan Sultan meminum kopi buatan asisten rumah tangga Anura. Fatika masih belum tega untuk mengusir Sultan secara halus. Mungkin saja laki-laki yang saat ini sedang menyalakan batang rokoknya itu hanya ingin mengucapkan belasungkawa kepada Anura. Dan tentu saja akan berlagak seperti seorang pangeran yang ingin menghibur seorang putri kerajaan yang sedang berduka. Modus laki-laki untuk kembali mendekati mantan yang ingin kembali dekat dan mendapatkan simpati.

"Anura benar-benar sudah tidur, yah Fatika?" tanya Sultan.

"Benar, mas Sultan! Beberapa hari ini Anura sulit tidur. Mas Sultan pasti sudah tahu bagaimana rasanya kehilangan orang yang sangat dekat dengan kita. Apalagi orang terdekat kita itu pergi dan tidak kembali lagi alias meninggal dunia. Kehilangan suami tercinta rasanya seperti separuh belahan jiwa kita telah pergi," kata Fatika.

"Hem, kamu berbicara seolah-olah pernah mengalaminya, Fatika," sahut Sultan. Fatika menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Hehehe, saya hanya mendengar cerita-cerita dari teman dekat ku saja, mas! Walaupun saya belum pernah menikah dan memiliki suami, namun saya pernah merasakan bagaimana sakitnya kehilangan calon suami yang direbut wanita lain," cerita Fatika. Sultan menyimaknya dengan serius.

"Sakit kah?" tanya Sultan.

"Sakit dong, mas!" jawab Fatika sedikit ketus. Sultan terkekeh saja mendengar semua cerita Fatika.

"Fatika, kalau begitu aku pamit pulang dulu yah! Mungkin lain waktu, aku kemari lagi. Anura masih dalam suasana berduka. Mungkin saja Anura tidak mau diganggu oleh siapapun termasuk diriku," pamit Sultan. Sultan segera berdiri dan berpamitan dengan Fatika.

"Sampai kan salam ku buat Anura, yah!" tambah Sultan sambil melangkah menuju parkiran mobilnya. Fatika mengantarkan nya sampai di tempat mobil Sultan diparkirkan.

"Siap, nanti saya sampaikan salamnya ke Anura," sahut Fatika. Sultan tersenyum lebar mendengar nya.

Sultan membunyikan klakson mobilnya di iringi melesatnya mobilnya meninggalkan rumah kediaman Anura. Fatika menghela nafasnya lega. Sultan kini sudah pulang dari rumah Anura. Fatika tentu saja bingung jika harus menemani Sultan untuk menunggu Anura bangun. Fatika kini kembali ke kamar Anura. Benar saja, Anura ternyata benar-benar tertidur sambil memberikan asi kepada Danan.

"Ya ampun!" gumam Fatika sambil mengangkat Danan dan menggendong nya. Kini Fatika meletakkan Danan ke box bayi di samping tempat tidur Anura. Anura terlihat benar-benar terlelap dari tidur nya. Fatika kini duduk di kursi yang ada di kamar itu. Sambil memainkan ponsel nya, Fatika menunggu Anura bangun dari tidur nya.

🦋🦋🦋🦋🦋

"Fatika!" ucap Anura sambil matanya menerjab- nerjab bangun dari tidur nya. Fatika tersenyum melihat Anura yang sudah bangun dari tidur siangnya.

"Kamu sudah bangun, Anura?" sahut Fatika.

"Heem! Mas Sultan sudah pulang? Tadi habis nyusuin Danan, jadi ngantuk banget," kata Anura.

"Iya, gak papa! Beberapa hari ini kamu juga kurang beristirahat kok Anura! Oh iya, sekarang kamu mandi dulu. Sebentar lagi mau magrib nic," ucap Fatika.

"Hooh! Danan sudah di mandiin sama mbak baby sitter belum?" tanya Anura.

"Sudah dong! Aku juga sudah mandi kok," jawab Fatika. Anura segera menyambar handuk nya dan segera menuju ke kamar mandi di dalam ruangan pribadinya. Namun sebelum Anura menutup pintu kamar mandi nya Anura bertanya sesuatu.

"Hem, tadi mas Sultan datang kemari ada keperluan apa?" tanya Anura.

"Mas Sultan? Ingin mengucapakan belasungkawa saja. Oh iya, mas Sultan juga menitipkan salam buat kamu," kata Fatika.

"Oh, Wa'alaikum salam! Sayang sekali, mas Sultan tidak mengajak Latina kemari. Jika mengajak Latina, mungkin saja tadi aku mau menjumpai,mas Sultan," ucap Anura seraya menutup pintu kamar mandi itu. Fatika tersenyum saja melihat ekspresi Anura. Sedangkan Fatika hanya nyengir kuda.

"Aku pikir, mereka akan berjodoh suatu hari nanti," gumam Fatika.

*****

Sultan duduk di taman belakang rumah. Zionis ikut menemani tuan muda nya itu dengan setia. Sultan menyesap minuman nya sedikit demi sedikit. Kini giliran menarik batang rokok di atas meja itu lalu. menyalakan nya. Pikiran Sultan seperti terlihat kacau. Entah apa yang telah dipikirkan nya. Padahal Sultan sudah memiliki segalanya secara materi.Namun sampai sekarang Sultan merasa belum merasa lengkap dalam hidup nya. Zionis ikut menuang minuman beralkohol di depannya. Lalu. mulai ikut meneguk minuman nya. Tatapannya penuh selidik kepada bos nya itu.

"Apakah tadi tuan muda menjumpai non Anura?" tanya Zionis ingin tahu. Jiwa ingin tahunya mulai meronta-ronta ingin mengetahui nya.

"Sejak kapan kamu menjadi kepo seperti ini, Zionis?" sahut Sultan dengan tatapan tajam. Zionis menjadi ciut nyalinya untuk mendesak rasa ingin tahu jawabannya.

"Maaf, saya juga ingin tahu juga keadaan non Anura setelah menyandang status seorang janda," kata Zionis.. Kedua bola mata Sultan membulat dengan sempurna.

"Apakah kamu kamu mulai menyukai non Anura? Sejak kapan kamu memperhatikan mantan istriku itu, Zionis?" tanya Sultan sewot.

"Astaga naga! Dari tadi salah terus sih?" sahut Zionis sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Saya tidak berani, tuan muda! Walaupun saya jatuh cinta sekalipun dengan non Anura, saya memili mundur jika harus bersaing dengan tuan muda," kata Zionis. Ucapan Zionis semakin membuat Sultan geram dan kedua matanya melotot dengan sempurna.

"Jadi, selama ini kamu menyukai mantan istriku itu? Sejak kapan, hah?" kata Sultan emosi. Zionis semakin ketakutan. Tentu saja apa yang dikatakan nya itu tidak bermaksud demikian. Itu hanya semisal saja. Tapi tanggapan Sultan adalah Zionis juga menyukai Anura.

"Maaf tuan muda! Itu hanya semisal saja! Dalam kenyataannya saya tau diri untuk menjaga sikap dan hati saya. Ya ampun! Kok jadi salah paham seperti ini sih?" ucap Zionis sambil menjambak rambutnya sendiri. Sultan memperhatikan Zionis yang sudah ketakutan dan serba salah.

Sultan menenggang minumannya lalu tiba-tiba dirinya tertawa terbahak-bahak. Hal itu membuat Zionis menjadi heran.

"Hahaha! Hahaha!" tawa Sultan meledak-ledak. Zionis masih menatap heran pada sikap bos nya yang kini tertawa terbahak-bahak.

"Tuan muda, apakah ada yang lucu?" tanya Zionis. Zionis mulai bingung dan dalam kebingungan nya ia semakin banyak meminum minuman yang beralkohol tinggi itu.

"Kamu yang lucu, Zionis! Hahaha!" ucap Sultan sambil menghabiskan minuman di botol itu. Kini minuman beralkohol itu tidak lagi di tuang ke dalam gelas melainkan langsung ditenggaknya habis.

"Zionis! Kamu tahu? Setelah ini aku akan memastikan mendapatkan cintaku kembali. Aku tidak akan membiarkan dia pergi dan menjauh dariku. Anura sudah sendiri tidak memiliki suami lagi. Aku akan mendapatkan hatinya kembali," kata Sultan. Sultan sudah tergila-gila dengan Anura. Dia tidak bisa menepis ambisi nya untuk kembali pada Anura. Anura adalah cinta nya. Walaupun banyak wanita-wanita yang lebih cantik dan bohay daripada Anura, namun Sultan tetap menginginkan Anura.

"Bagaimana dengan Lidia, Susi, Sinta, Dita, bos? Mereka juga sangat gencar ingin mendapatkan tuan muda," kata Zionis.

"Aku tidak perduli pada wanita-wanita itu! Mereka mendekati aku lantaran aku memiliki segalanya, Zionis. Namun jika aku tidak memiliki semua nya baik materi, apakah mereka mau mendekat aku, Zionis?" ucap Sultan. Zionis mulai berpikir logis. Tampang tampan dan keren tidak penting bagi seorang wanita-wanita saat ini. Mereka mengutamakan harta dan kekayaan. Benar kata tuan muda Sultan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!