Ketika Cinta Datang Dan Pergi

Ketika Cinta Datang Dan Pergi

Episode 1

"Kenapa makin ke sini, mas Amir makin dingin dan cuek sama aku, ya?"

Kupandangi pantulan diri di dalam cermin. Kusam, kuyu dan lesu. Terdapat lingkaran hitam di kedua mataku. Kuraba kedua pipi, kasar.

"Apa aku udah nggak cantik lagi?"

Aku menunduk, enggan menatap pantulan diri sendiri di dalam cermin. Dia wanita yang buruk rupa, kusam, dekil, tak sedap dipandang. Apakah karena itu suamiku akhir-akhir ini selalu pulang larut malam? Sekarang ini dia bahkan lebih banyak menghabiskan waktunya di kantor daripada di rumah bersamaku.

"Apa kabar itu bener, ya?"

Kabar tentang kedatangan seorang gadis yang menjadi sekretarisnya. Kabar tentang kedekatan mereka yang intens bahkan sering terlihat mesra di depan karyawan yang lain.

"Apa aku harus cari tahu?" Perdebatan dalam hati kian membuatku gamang.

"Nggak! Dia nggak mungkin ngelakuin itu. Dia selalu bilang mencintai aku, rasa-rasanya nggak mungkin dia selingkuh," gumamku pada diri sendiri.

Kuangkat pandangan menatap jam di dinding yang berdetak lebih lambat dari biasanya. Jarum pendek di sana telah menunjukkan pukul dua puluh tiga lebih lima belas menit.

"Harusnya suamiku udah pulang, bukannya cuma tiga hari dia keluar kota? Di mana kamu, Mas? Kenapa nggak kasih kabar aku?"

Kupandangi benda pipih di tangan, berharap dia akan menelpon.

"Kalo aku telpon, dia nggak suka dan pasti marah-marah." Kugigit bibir cemas.

Tanpa sadar sesuatu mengusik relung jiwa, sapuan di ponsel berganti menjadi cengkeraman erat. Aku gelisah? Aku cemas? Aku mengkhawatirkan keadaan rumah tanggaku? Selama ini tak pernah ada masalah, kami baik-baik saja dan hidup dengan bahagia.

"Ya Allah ... astaghfirullah! Astaghfirullah al-'adhiim. Tenangkan hati hamba, ya Allah."

Kuhembuskan napas berkali-kali sebelum beranjak dari meja rias dan turun ke lantai satu. Hanya hening yang ada juga sepi yang kurasa. Kulihat Bi Marni sedang menutup semua jendela juga pintu rumah.

Ia tersenyum ketika berbalik dan melihatku.

"Mau makan malam, Bu? Udah saya siapin," katanya dengan ramah.

Hanya wanita paruh baya itu yang menjadi teman di malam dan siangku. Aku mengangguk dan mengikutinya menuju dapur. Hidangan makan malam telah terhampar di sana, dan seperti malam-malam sebelumnya aku duduk sendiri menikmati setiap makanan.

"Bi, sini duduk. Makan sama-sama," ajakku pada Bi Marni.

Kulihat wajahnya sedikit terkejut karena suamiku melarang untuk terlalu dekat dengan para pekerja di rumah.

"Nggak apa-apa, nggak ada bapak di sini. Aku bosan makan sendirian terus," lanjutku ketika Bi Marni bergeming di depan wastafel.

"Apa nggak apa-apa, Bu, saya makan di sana? Nanti kalo bapak pulang gimana?" tanyanya khawatir.

Aku tersenyum getir, itu juga yang kuharapkan. Jika dia pulang, tak akan aku makan selarut ini. Aku hanya ingin dia pulang dan duduk bersamaku di meja makan. Atau mengajakku makan malam di luar seperti yang kami lakukan saat-saat awal pernikahan.

"Bapak mungkin nggak pulang, Bibi tahu sendiri, 'kan, akhir-akhir ini bapak nggak pernah pulang sore pasti lewat tengah malam aja," kataku lagi mengingatkan.

Kulihat raut wajahnya berubah. Oh, apakah dia sedang mengasihani aku? Tentu saja, aku ini memang menyedihkan. Patut dikasihani karena memiliki suami, tapi selalu sendiri setiap waktu.

Bi Marni mendatangi meja makan dan duduk berseberangan denganku. Ia terus saja menatapku, tatapan keibuan yang aku rindukan. Aku rindu ibuku, aku ingin pulang.

"Yang sabar, Bu. Semua akan ada waktunya, mungkin bapak emang lagi sibuk. Nanti kalo udah senggang bapak pasti akan sering ada di rumah," ucapnya menasihatiku.

Aku memaksakan senyum, seraya mengangguk untuk ucapannya itu. Kuberikan sebuah piring padanya agar ia ikut makan denganku. Ia tampak ragu menatap piring ditangannya juga wajahku.

"Nggak apa-apa, mulai hari ini kita akan makan sama-sama terus. Supaya aku nggak kesepian," ucapku lagi sambil tersenyum.

Bi Marni mengangguk pelan, kulihat bibirnya yang mulai keriput itu tersenyum. Ia menyentong nasi dan mengambil lauk pauk. Makan bersama seperti ini, membuatku sedikit berselera.

Kuharap malam ini, suamiku pulang cepat.

"Biar saya saja, Bu. Ibu istirahat saja, muka Ibu kelihatannya capek banget," sergah Bi Marni seraya merebut piring bekas makanku.

Dengan cekatan ia membereskan meja makan dan aku hanya melihatnya saja. Kutarik diri dari ruang makan menuju kamarku sendiri. Kamar yang kini selalu sepi setiap malamnya. Kamar yang tak lagi sama seperti saat kami baru menikah dulu.

Entah sudah berapa kali kuhembuskan napas berat lagi panjang, rasa sesak selalu merebak ketika mengingat hubunganku dengannya yang kian hari kian merenggang dan jauh. Kurebahkan tubuh, kupandangi figura di atas nakas dengan perasaan sedih.

Foto pernikahan kami yang terlihat bahagia sekali. Kuraihnya dan kupeluk penuh kerinduan. Tak terasa air mata jatuh membasahi sprei putih yang sudah dua hari tak aku ganti.

****

Lamat-lamat kudengar suara langkah juga percakapan seseorang, tapi mataku enggan terbuka. Tak lama, ranjang berderit membuatku tergugah. Aku bergeming, kutahu itu adalah suamiku.

Sebuah sapuan kurasakan di dahi disusul kecupan hangat nan mesra. Aku rindu, ya Allah. Kubiarkan tangannya melingkar di perutku, hembusan napasnya yang hangat menerpa tengkuk membangunkan hasrat yang tertidur selama beberapa waktu ini.

"Maafin Mas, sayang. Maaf karena Mas udah nyakitin kamu. Mas harap kamu masih mau maafin Mas," lirihnya bergetar di telingaku.

Ia mendaratkan kecupan di tengkuk, sedikit menyesapnya membuat tubuhku meremang seketika.

Maaf? Tapi buat apa? Apa karena akhir-akhir ini dia jarang nemenin aku? Ya udahlah.

Beberapa saat kurasakan hangat peluknya, senyumku terkembang tanpa sadar. Sepertinya aku akan mimpi indah malam ini, tapi getaran ponselnya sungguh menganggu. Ia melepas pelukan dan beralih pada benda pipih itu.

Entah apa yang dia lakukan, tapi hal itu cukup membuatku menangis dalam diam.

Apa aku udah nggak penting lagi? Sepenting itu ponsel kamu sekarang, Mas. Ya Allah, aku ngerasa dikhianati.

Berselang, kurasakan kembali pelukannya. Malam ini, terasa lebih hangat dari malam-malam sebelumnya.

****

"Mas, bangun! Kita sholat subuh jama'ah, yuk. Udah lama banget, lho, kita nggak sholat sama-sama."

Kubangunkan Mas Amir dengan pelan dan lembut. Aku rindu menghadap Tuhan bersamanya. Tidak seperti sebelum-sebelumnya, subuh itu suamiku terus terbangun dan mengambil wudhu. Kami sholat subuh berjamaah.

Kutengadahkan tangan mengikutinya, berdoa memintal asa pada sang Kholiq untuk kebaikan rumah tanggaku. Kulirik punggung Mas Amir, berguncang sedikit. Suara tangis menguar lirih darinya. Apakah dia menangis? Tapi kenapa?

Ia berbalik usai mengusap wajahnya sendiri, jatuh tersungkur di pangkuanku sambil menciumi kedua tangan ini. Ibu, ada apa ini? Kenapa dengan Mas Amir?

Segala rasa berkecamuk dalam dada, entah harus apa? Aku sendiri bingung.

"Mas, kenapa?" tanyaku dengan pelan.

Ia menggelengkan kepala, belum berucap sepatah kata pun.

"Mas, jangan begini. Kalo ada masalah mari kita bicarakan baik-baik," ucapku lagi sembari mengangkat tubuhnya pelan-pelan.

Kebingunganku bertambah tatkala melihat matanya memerah, dia menangis.

"Maafin Mas, Mayang. Mas merasa berdosa sama kamu, kamu mau maafin Mas, 'kan?" ujarnya yang semakin membuatku bingung.

"A-apa maksud, Mas? Aku nggak ngerti."

Ia mengangkat wajah, menatapku dengan mata merah dan senyum yang terlihat getir.

"Akhir-akhir ini Mas jarang temenin kamu di rumah. Kamu pasti kesepian. Bukannya Mas nggak mau, tapi karena kerjaan Mas yang menumpuk. Mas harap kamu ngerti dan mau bersabar sampai semuanya selesai. Kamu ngerti, 'kan?" tanyanya memohon.

Sedikit lega perasaanku. Aku sempat berburuk sangka padanya, kupikir dia akan mengakui yang orang-orang katakan tentangnya. Nyatanya, hanya soal waktu. Aku tersenyum haru mendengar itu, dia terlihat tulus.

"Nggak apa-apa, Mas. Aku ngerti, kok. Asal kamu nggak macem-macem aja di luar sana," ucapku.

Sekilas kulihat wajahnya berubah gugup, tapi kemudian ia tersenyum dan mengangguk.

"Nggak akan pernah, sayang. Mas janji. Makasih, ya," janjinya seraya memelukku.

Betapa lega rasa hatiku, kecurigaanku tak beralasan, ketakutan pun mulai pudar. Dia sayang padaku.

Terpopuler

Comments

Hanipah Fitri

Hanipah Fitri

mampir lagi nih thor

2023-12-02

0

🌈Rainbow🪂

🌈Rainbow🪂

Lanjut kesini aja deh

2023-03-17

0

Hafifah Hafifah

Hafifah Hafifah

jangan mau peryaca siapa tau dia minta maaf karna dia udah selingkuh.

2022-12-01

2

lihat semua
Episodes
1 Episode 1
2 Episode 2
3 Episode 3
4 Episode 4
5 Episode 5
6 Episode 6
7 Episode 7
8 Episode 8
9 Episode 9
10 Episode 10
11 Episode 11
12 Episode 12
13 Episode 13
14 Episode 14
15 Episode 15
16 Episode 16
17 Episode 17
18 Episode 18
19 Episode 19
20 Episode 20
21 Episode 21
22 Episode 22
23 Episode 23
24 Episode 24
25 Episode 25
26 Episode 26
27 Episode 27
28 Episode 28
29 Episode 29
30 Episode 30
31 Episode 31
32 Episode 32
33 Episode 33
34 Episode 34
35 Episode 35
36 Episode 36
37 Episode 37
38 Episode 38
39 Episode 39
40 Episode 40
41 Episode 41
42 Episode 42
43 Episode 43
44 Episode 44
45 Episode 45
46 Episode 46
47 Episode 47
48 Episode 48
49 Episode 49
50 Episode 50
51 Episode 51
52 Episode 52
53 Episode 53
54 Episode 54
55 Episode 55
56 Episode 56
57 Episode 57
58 Episode 58
59 Episode 59
60 Episode 60
61 Episode 61
62 Episode 62
63 Episode 63
64 Episode 64
65 Episode 65
66 Episode 66
67 Episode 67
68 Episode 68
69 Episode 69
70 Episode 70
71 Episode 71
72 Episode 72
73 Episode 73
74 Episode 74
75 Episode 75
76 Episode 76
77 Episode 77
78 Episode 78
79 Episode 79
80 Episode 80
81 Episode 81
82 Episode 82
83 Episode 83
84 Episode 84
85 Episode 85
86 Episode 86
87 Episode 87
88 Episode 88
89 Episode 89
90 Episode 90
91 Episode 91
92 Episode 92
93 Episode 93
94 Episode 94
95 Episode 95
96 Episode 96
97 Episode 97
98 Episode 98
99 Episode 99
100 Episode 100
101 Episode 101
102 Episode 102
103 Episode 103
104 Episode 104
105 Episode 105
106 Episode 106
107 Episode 107
108 Episode 108
109 Episode 109
110 Episode 110
111 Episode 111
112 Episode 112
113 Episode 113
114 Episode 114
115 Episode 115
116 Episode 116
117 Episode 117
118 Episode 118
119 Episode 119
120 Episode 120
121 Bab 121 (END)
Episodes

Updated 121 Episodes

1
Episode 1
2
Episode 2
3
Episode 3
4
Episode 4
5
Episode 5
6
Episode 6
7
Episode 7
8
Episode 8
9
Episode 9
10
Episode 10
11
Episode 11
12
Episode 12
13
Episode 13
14
Episode 14
15
Episode 15
16
Episode 16
17
Episode 17
18
Episode 18
19
Episode 19
20
Episode 20
21
Episode 21
22
Episode 22
23
Episode 23
24
Episode 24
25
Episode 25
26
Episode 26
27
Episode 27
28
Episode 28
29
Episode 29
30
Episode 30
31
Episode 31
32
Episode 32
33
Episode 33
34
Episode 34
35
Episode 35
36
Episode 36
37
Episode 37
38
Episode 38
39
Episode 39
40
Episode 40
41
Episode 41
42
Episode 42
43
Episode 43
44
Episode 44
45
Episode 45
46
Episode 46
47
Episode 47
48
Episode 48
49
Episode 49
50
Episode 50
51
Episode 51
52
Episode 52
53
Episode 53
54
Episode 54
55
Episode 55
56
Episode 56
57
Episode 57
58
Episode 58
59
Episode 59
60
Episode 60
61
Episode 61
62
Episode 62
63
Episode 63
64
Episode 64
65
Episode 65
66
Episode 66
67
Episode 67
68
Episode 68
69
Episode 69
70
Episode 70
71
Episode 71
72
Episode 72
73
Episode 73
74
Episode 74
75
Episode 75
76
Episode 76
77
Episode 77
78
Episode 78
79
Episode 79
80
Episode 80
81
Episode 81
82
Episode 82
83
Episode 83
84
Episode 84
85
Episode 85
86
Episode 86
87
Episode 87
88
Episode 88
89
Episode 89
90
Episode 90
91
Episode 91
92
Episode 92
93
Episode 93
94
Episode 94
95
Episode 95
96
Episode 96
97
Episode 97
98
Episode 98
99
Episode 99
100
Episode 100
101
Episode 101
102
Episode 102
103
Episode 103
104
Episode 104
105
Episode 105
106
Episode 106
107
Episode 107
108
Episode 108
109
Episode 109
110
Episode 110
111
Episode 111
112
Episode 112
113
Episode 113
114
Episode 114
115
Episode 115
116
Episode 116
117
Episode 117
118
Episode 118
119
Episode 119
120
Episode 120
121
Bab 121 (END)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!