Episode 5

Kenapa semua diam? Seketika dunia menjadi sunyi setelah kedatanganku. Bukankah mereka sedang membahas sesuatu? Aku melirik bingung pada Mas Amir, lelaki itu pun tak berkedip menatapku. Ingin rasanya terkekeh melihat cairan bening merembes dari salah satu sudut bibirnya.

"Mas ... eces," bisikku sambil menunjuk sudut bibir bagian kiriku sendiri.

Mas Amir gelagapan, buru-buru ia menyusutnya sambil menunduk. Aku ingin terbahak karenanya, tapi tak enak. Segan karena ada Iyan juga seorang laki-laki asing di sampingnya.

Kutatap kedua-duanya terdiam sambil memandang ke arahku. Terlebih lagi Iyan, rekan kerja Mas Amir itu seperti baru pertama kali melihatku.

"Ah, saya Mayang. Istri Mas Amir."

Aku memperkenalkan diri sembari menangkupkan kedua tangan di dada pada laki-laki asing itu. Ia tak menjawab, membulatkan mulutnya dengan alis terangkat dan kepala mengangguk-angguk.

"Istri Pak Amir?" tanyanya sembari menunjukku.

Aku mengangguk sambil tersenyum, kulirik Mas Amir. Ia mencuri pandang ke arahku dengan salah tingkah.

"Nggak disangka ternyata Pak Amir punya istri yang cantiknya luar biasa. Saya Surya, kami sedang membahas soal produk terbaru dari perusahaan," katanya memperkenalkan diri.

Kurasa aku tersipu karena pujiannya, mataku iseng melirik perempuan yang bersama Mas Amir. Ia terlihat kesal, bibirnya mengerucut panjang ingin kukuncir saja dengan karet gelang.

Tak lama tangan Mas Amir merayap dan menggenggam jemariku. Rasa hangatnya menjalar hingga ke relung hati terdalam. Aku ingin melayang ke awang-awang. Berdegup-degup jantung hatiku, tak menentu rasanya.

"Benar, Pak, ini istri saya. Sayang, Pak Surya ini pimpinan di perusahaan tempat Mas bekerja. Beliau sedang mencari ide untuk iklan produksi minuman terbaru kita dan Melina sudah membuat konsepnya," ucap Mas Amir mengakuiku dengan bangga.

Dia boleh berbangga hati karena memiliki konsep iklannya, tapi aku juga bangga karena akulah yang diakui Mas Amir di hadapan pimpinannya.

"Saya berjanji tidak akan menganggu, silahkan dilanjut," ucapku pada mereka.

"Sebenarnya, kalo Mbaknya ini punya ide yang lebih menarik nggak masalah kita bahas di sini. Selama itu memberikan keuntungan pada perusahaan, kenapa nggak?" ujar Pak Surya dengan bijak.

Aku tersenyum sambil mengangguk-anggukkan kepala. Dimulailah rapat itu, pasti terasa membosankan. Akan tetapi, demi Mas Amir aku rela mati karena bosan di sini. Lihat saja perempuan gatal itu, berkali-kali mencoba berinteraksi dengan suamiku, tapi Mas Amir sedikit cuek dan mengeratkan genggamannya pada tanganku.

Rasain kamu perempuan gatel, makanya jangan suka godain suami orang. Kamu ngerasa paling cantik dan seksi, kayak nggak ada lagi aja perempuan cantik di kota ini.

Dia menjelaskan konsep miliknya, berkali-kali matanya melirik Mas Amir juga tangan kami yang saling bertaut. Entah mengapa aku rasa ada yang kurang dari konsep ini, tema iklannya mengusung bulan ramadhan. Mungkin akan diluncurkan nanti saat awal bulan suci.

"Gimana, Pak?" tanya perempuan bernama Melina itu setelah menjelaskan konsep iklan miliknya.

Kulirik pak Surya tampak menimbang, berpikir sambil melihat lembaran di depannya. Pandanganku beralih pada Iyan yang langsung berpaling sambil mengusap tengkuk tatkala lirikan kami bertemu. Ada apa dengannya?

"Gimana, Pak? Kalo ada yang kurang kita bisa cari sama-sama supaya iklan kita jadi sempurna," ucap Mas Amir menunggu dengan was-was pendapat pimpinannya itu.

"Hhmm ... ya, sebenarnya udah bagus. Cuma kenapa rasanya ada yang kurang, ya," gumam Pak Surya sama seperti pendapatku.

"Di mana kurangnya, Pak? Biar kami perbaiki." Melina menyambar dengan cepat, kegelisahan jelas terdengar dari nada suaranya yang bergetar. Oh, mungkin dia sedang menahan cemburu.

"Mungkin hanya tinggal diperbaiki sedikit saja dan dibuat berbeda dengan yang lain. Itu saja, selebihnya sudah bagus," ucap Pak Surya.

Dari raut wajahnya ia tidak terlihat puas, aku ingin berpendapat setelah mendengarkan semua konsep itu. Bolehkah?

"Gimana sama Mbak Mayang? Ada ide tambahan?"

Eh?

Aku tersentak kaget, kenapa dia menatapku seperti itu? Aku tidak terbiasa dengan hal ini, dan tangan Mas Amir yang menguat menyadarkan aku dari lamunan. Apa dia cemburu pada pimpinannya sendiri?

"Mmm ... duh, gimana, ya, Pak? Saya kurang ahli di bidang ini, tapi mungkin sedikit saran saja dari saya. Gimana kalo misalnya kita libatkan semua suku juga semua agama dalam iklan ini. Itu artinya produk terbaru dari perusahaan Bapak bisa dinikmati semua orang tak hanya kita sebagai muslim saja. Temanya bisa mengusung toleransi antar bangsa dan agama."

Aku tertawa dalam hati, mungkinkan ideku ini bisa diterima. Aku teringat pada Tsabit seorang guru kelas ahli dalam ilmu sosial. Dia sering membahas soal toleransi antar suku bangsa dan agama. Konyol, aku bahkan menertawakan ideku sendiri.

"Ide yang bagus!" seru Iyan tiba-tiba.

Aku mengangkat alis tak percaya, kulirik Mas Amir yang tersenyum dengan kedua mata berbinar padaku. Apakah ini lelucon? Lalu, perempuan itu tampak cemberut tak senang.

"Yah, boleh juga. Kita akan mencoba keduanya, setelah itu akan tahu mana yang paling cocok untuk iklan produk ini," ucap Pak Surya semakin membuatku canggung.

Benarkah ideku akan dipakai? Meskipun hanya sebagai percobaan, tapi itu tetap membuatku sedikit senang. Aku tertunduk sambil tersenyum, kenapa rasa hatiku lain hari ini. Seperti baru saja mendapatkan rezeki nomplok.

Diskusi hari itu tak berlangsung lama, Pak Surya berpamitan dan tinggallah kami berempat.

"Iyan, kamu antar Melina pulang, ya. Aku masih mau di sini sama istriku," titah Mas Amir tiba-tiba.

Kulihat Iyan membelalak terkejut. Kenapa? Juga wanita itu yang berekspresi tak terima jika Iyan mengantarnya. Apa dia pikir aku akan membiarkan Mas Amir mengantarnya pergi? Tidak akan!

"Tapi-"

"Udah, sana! Nanti kesorean. Aku mau ajak jalan-jalan Mayang, udah lama juga kita nggak jalan berdua," sela Mas Amir sembari melirikku menggoda.

Aku tersipu dibuatnya, kuangkat kepala dan mengangguk ketika Rani berpamitan pulang. Aku sudah baik-baik saja sekarang, tapi belum bisa tenang selama perempuan yang bernama Melina itu masih selalu berada di dekat suamiku.

Perang ini belum berakhir, aku tidak boleh lengah. Jika tidak, maka dia akan merusak semuanya.

"Hah, ya udah. Selamat bersenang-senang," kata Iyan lesu.

Kulambaikan tangan padanya, ia membalas dengan malas. Aku tersenyum penuh kemenangan kala mataku bertatapan dengan Melina. Hari ini dia kalah telak, dan aku pemenangnya. Tidak! Jangan berpuas hati dulu!

"Sayang, kamu mau ke mana?" tanya Mas Amir padaku.

Sekarang aja kamu kayak gini, Mas. Nggak tahu besok-besok. Penyakit kamu pasti kambuh.

"Mmm ... ke mana aja, deh. Aku suntuk soalnya di rumah terus," sahutku malas berpikir.

Untuk saat ini ke mana pun Mas Amir membawaku pergi, aku akan menurut. Yah, walaupun hanya sekedar berjalan-jalan di Monas, ataupun kebun binatang. Haha ... tidak apa-apa, tidak apa-apa. Tenang saja, yang penting Mas Amir bersamaku.

"Ya udah, ayo kita pergi. Nonton aja, ya."

Mas Amir menatapku, tidak masalah. Menonton pun jadi. Ayolah, sayang. Kita nikmati waktu berdua ini.

Sepanjang jalan kenangan ....

Eh?

Sepanjang jalan menuju bioskop, Mas Amir sama sekali tak melepaskan tautan tangan kami. Hari ini, kami seperti remaja yang sedang jatuh cinta. Membeli es krim, berjalan-jalan di mall sebelum masuk ke bioskop dengan membawa popcorn dan minuman cola.

Teringat pada masa-masa pacaran dulu, Mas Amir sering mengajakku pergi meski ayah dan ibu melarang. Kusandarkan kepala di bahunya, aku rindu masa-masa seperti ini. Terima kasih untuk hari ini, suamiku.

Terpopuler

Comments

Sepriyanti Adelina

Sepriyanti Adelina

Mayang jangan terlena sesaat karena kebaikan Amir....
hati2 lhoo sekali buaya walaupun kelihatan baik dan sayang tapi kalau lengah sedikit pasti udah berpetualang kemana2😅😅😅😂😂😂

2022-12-05

3

‼️n

‼️n

Ga jd interogasi ke Amir, May???

Udah gitu aja???

2022-12-05

1

v

v

mungkin itu ibunya si amir kali ya

2022-12-04

1

lihat semua
Episodes
1 Episode 1
2 Episode 2
3 Episode 3
4 Episode 4
5 Episode 5
6 Episode 6
7 Episode 7
8 Episode 8
9 Episode 9
10 Episode 10
11 Episode 11
12 Episode 12
13 Episode 13
14 Episode 14
15 Episode 15
16 Episode 16
17 Episode 17
18 Episode 18
19 Episode 19
20 Episode 20
21 Episode 21
22 Episode 22
23 Episode 23
24 Episode 24
25 Episode 25
26 Episode 26
27 Episode 27
28 Episode 28
29 Episode 29
30 Episode 30
31 Episode 31
32 Episode 32
33 Episode 33
34 Episode 34
35 Episode 35
36 Episode 36
37 Episode 37
38 Episode 38
39 Episode 39
40 Episode 40
41 Episode 41
42 Episode 42
43 Episode 43
44 Episode 44
45 Episode 45
46 Episode 46
47 Episode 47
48 Episode 48
49 Episode 49
50 Episode 50
51 Episode 51
52 Episode 52
53 Episode 53
54 Episode 54
55 Episode 55
56 Episode 56
57 Episode 57
58 Episode 58
59 Episode 59
60 Episode 60
61 Episode 61
62 Episode 62
63 Episode 63
64 Episode 64
65 Episode 65
66 Episode 66
67 Episode 67
68 Episode 68
69 Episode 69
70 Episode 70
71 Episode 71
72 Episode 72
73 Episode 73
74 Episode 74
75 Episode 75
76 Episode 76
77 Episode 77
78 Episode 78
79 Episode 79
80 Episode 80
81 Episode 81
82 Episode 82
83 Episode 83
84 Episode 84
85 Episode 85
86 Episode 86
87 Episode 87
88 Episode 88
89 Episode 89
90 Episode 90
91 Episode 91
92 Episode 92
93 Episode 93
94 Episode 94
95 Episode 95
96 Episode 96
97 Episode 97
98 Episode 98
99 Episode 99
100 Episode 100
101 Episode 101
102 Episode 102
103 Episode 103
104 Episode 104
105 Episode 105
106 Episode 106
107 Episode 107
108 Episode 108
109 Episode 109
110 Episode 110
111 Episode 111
112 Episode 112
113 Episode 113
114 Episode 114
115 Episode 115
116 Episode 116
117 Episode 117
118 Episode 118
119 Episode 119
120 Episode 120
121 Bab 121 (END)
Episodes

Updated 121 Episodes

1
Episode 1
2
Episode 2
3
Episode 3
4
Episode 4
5
Episode 5
6
Episode 6
7
Episode 7
8
Episode 8
9
Episode 9
10
Episode 10
11
Episode 11
12
Episode 12
13
Episode 13
14
Episode 14
15
Episode 15
16
Episode 16
17
Episode 17
18
Episode 18
19
Episode 19
20
Episode 20
21
Episode 21
22
Episode 22
23
Episode 23
24
Episode 24
25
Episode 25
26
Episode 26
27
Episode 27
28
Episode 28
29
Episode 29
30
Episode 30
31
Episode 31
32
Episode 32
33
Episode 33
34
Episode 34
35
Episode 35
36
Episode 36
37
Episode 37
38
Episode 38
39
Episode 39
40
Episode 40
41
Episode 41
42
Episode 42
43
Episode 43
44
Episode 44
45
Episode 45
46
Episode 46
47
Episode 47
48
Episode 48
49
Episode 49
50
Episode 50
51
Episode 51
52
Episode 52
53
Episode 53
54
Episode 54
55
Episode 55
56
Episode 56
57
Episode 57
58
Episode 58
59
Episode 59
60
Episode 60
61
Episode 61
62
Episode 62
63
Episode 63
64
Episode 64
65
Episode 65
66
Episode 66
67
Episode 67
68
Episode 68
69
Episode 69
70
Episode 70
71
Episode 71
72
Episode 72
73
Episode 73
74
Episode 74
75
Episode 75
76
Episode 76
77
Episode 77
78
Episode 78
79
Episode 79
80
Episode 80
81
Episode 81
82
Episode 82
83
Episode 83
84
Episode 84
85
Episode 85
86
Episode 86
87
Episode 87
88
Episode 88
89
Episode 89
90
Episode 90
91
Episode 91
92
Episode 92
93
Episode 93
94
Episode 94
95
Episode 95
96
Episode 96
97
Episode 97
98
Episode 98
99
Episode 99
100
Episode 100
101
Episode 101
102
Episode 102
103
Episode 103
104
Episode 104
105
Episode 105
106
Episode 106
107
Episode 107
108
Episode 108
109
Episode 109
110
Episode 110
111
Episode 111
112
Episode 112
113
Episode 113
114
Episode 114
115
Episode 115
116
Episode 116
117
Episode 117
118
Episode 118
119
Episode 119
120
Episode 120
121
Bab 121 (END)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!