Episode 4

Hatiku bergetar saat melihat lelaki yang aku cintai duduk di sana bersama seorang wanita. Siapakah gerangan?

"Mas Amir?" lirihku dengan lisan yang gemetar.

Tubuhku terguncang, mematung di tempat untuk beberapa saat lamanya. Dia asyik masyuk dengan perempuan, dan mengabaikan janjinya padaku. Hatiku hancur begitu saja, dinding kepercayaan yang aku bangun dengan kokoh perlahan mulai retak.

"May!" Rani mengusap bahuku yang bergetar, mungkin dia mendengar suara lirihku yang menyebut nama Mas Amir.

Mataku berkabut, tapi enggan berpaling dari dua insan yang berada tepat di jarak sepuluh meter dari mejaku. Luruh air mataku, terlepas dari pertahanan. Kurasakan sapuan berulang-ulang di punggung dilakukan Rani sahabatku.

"Dia jahat banget, Ran. Apa perempuan itu yang kamu maksud tadi?" tanyaku terbata dan sesak.

"Iya, dia yang aku lihat," jawab Rani semakin membuat hatiku tercabik.

"Kenapa? Apa dia bukan Maisya?" tanya Rani selanjutnya.

Aku menggelengkan kepala. Bukan, dia bukan Maisya. Apa yang harus aku lakukan? Apakah aku harus pergi, ataukah bertahan menonton mereka berdua yang tak biasa.

"Sabar, May. Mungkin mereka cuma temen aja, kita nggak tahu, 'kan? Tenangin hati kamu, ya." Rani masih mengusap punggungku.

Aku mencoba untuk menenangkan diri juga hatiku. Selera makanku telah hilang, kusapu air di pipi dan kutepis segala kesedihan. Air di atas meja menggugah rasa hausku, dengan cepat kusambar jus milik Rani dan kureguk hingga tandas.

"Eh?"

Rani ikut berdiri ketika tiba-tiba tubuhku bangkit.

"Kamu mau ngapain?" tanyanya panik.

Aku tersenyum sinis, tak ingin menampakkan kelemahan di depan lelaki itu. Jangan pikir aku akan menyerah begitu saja. Tidak!

"Katanya mau lihat mereka cuma temen biasa atau temen jadi-jadian. Kamu di sini aja tunggu Tsabit, aku mau nemuin suamiku dulu. Perempuan itu tadi aku lihat di lampu merah, dia kayak lihatin aku dan manggil Mas Amir. Aku pergi dulu, ya," ucapku dengan pelan sambil menahan getar dalam dada.

"Kamu jangan nekad, May. Ini tempat umum, banyak orang. Lihat, kamu juga pakai seragam olahraga sekolah. Ingat profesi kita." Rani menahanku untuk tidak pergi.

Aku menoleh padanya dan mengembangkan senyum termanisku.

"Siapa juga yang mau marah-marah? Aku cuma mau duduk nenemin suami aku makan. Itu aja. Kamu tenang aja, ya. Aku masih waras, kok," ucapku seraya mulai meniti langkah mendekati meja suamiku.

Sembari menahan segala rasa yang bergejolak dalam jiwa, aku terus menghitung langkah. Menenangkan hati bahwa semuanya akan baik-baik saja. Kuukir senyum semanis mungkin, wanita itu biasa saja jika tidak berdandan.

Benar kata Rani, aku harus mulai memperhatikan diriku sendiri. Melakukan perawatan untuk menjaga kesehatan kulitku. Yah, aku tidak boleh kalah begitu saja.

"Mas! Kamu makan di sini juga?" tegurku sambil mendaratkan bokong di kursi samping Mas Amir.

Coba lihat wajah mereka? Mas Amir terbatuk hebat karena aksiku.

"Minum, Mas!" Kuberikan air padanya sembari melirik perempuan itu.

Ia nampak terkejut, tertunduk sambil menyelipkan rambut ke belakang telinga ketika pandang kami beradu. Aku mencibir, dari segi fisik akulah pemenangnya. Dia lebih pendek dariku, kulitnya tidaklah putih, perut berisi dan tidak ada bodi. Hanya saja polesan make-up tebal di wajah itu yang membuatnya terlihat menarik.

Berbeda denganku, meski aku tidak melakukan perawatan, tapi tubuhku ramping. Itu karena setiap hari aku bergerak bersama anak-anak. Tak jarang juga aku mendapat panggilan untuk menjadi instruktur senam di sebuah acara.

"Ka-kamu, kenapa di sini?" tanya Mas Amir terlihat gugup.

Wajahnya memerah, menatap cemas padaku. Sesekali kudapati ia melirik wanita yang bersamanya.

"Tuh, aku diajak makan Rani di sini. Katanya ini baru buka. Karena Mas nggak jadi ajak aku makan siang, jadi aku ikut mereka aja ke sini. Nggak nyangka kita bisa ketemu," ucapku berpura-pura tak merasakan perih.

"O."

Mas Amir membulatkan bibir sembari berpaling dan mengusap peluh di dahi.

"Mas, aku ikut makan di sini boleh, 'kan? Aku mau makan sama kamu. Nggak apa-apa, deh, sama perempuan ini juga," rengekku sambil menempelkan kepala di lengan Mas Amir.

Kulirik perempuan itu mengangkat wajah menatapku, aku tersenyum tajam mengancamnya.

"Iya, sayang. Boleh, kok. Kebetulan Mas juga belum makan. Dia sekretaris Mas, sebenarnya kita lagi nunggu Iyan datang sama klien. Jadi, makan dulu nggak apa-apa," jawab Mas Amir sembari merangkul bahuku.

Hmm ... klien dia bilang? Klien yang mana di hari libur seperti ini? Baiklah, aku ingin melihat apakah dia berkata jujur atau hanya berkilah. Awas kamu, Mas. Aku akan buat kamu menyesal karena udah selingkuh dari aku.

Hatiku menggeram marah, tapi aku harus tetap berakting seolah-olah tak tahu apapun. Pandanganku berpijak pada Rani dan Tsabit yang tengah memperhatikan aku. Pandangan keduanya sulit kuartikan. Entah apa yang ada di dalam pikiran mereka saat ini.

Mas Amir memesan makanan, tiga porsi dengan perempuan itu. Dengan manja aku minta disuapi makan. Rasanya sudah lama sekali aku tidak bermanja dengannya. Setelah dua tahun pernikahan kami ini.

"Sayang, nanti abis makan kamu langsung pulang, ya. Mas pulang cepat nanti malam, kamu masakin mas pindang bandeng. Mas kangen masakan kamu," pinta Mas Amir secara tidak langsung mengusirku.

Kamu ngusir aku, Mas. Kamu pikir aku akan pergi? Nggak! Aku mau tetap di sini.

"Tapi aku masih mau di sini sama kamu. Nggak apa-apa, ya, sekali-kali aku ikut ketemu klien kamu itu. Ngga apa-apa, ya," rengekku sambil terus menempel padanya.

Kulihat kedua orang itu tampak kesal, aku tidak peduli.

"Tapi kamu pakai seragam. Coba lihat," katanya berkilah.

Aku melirik tubuhku sendiri, kemudian tersenyum padanya.

"Mas tunggu di sini, ya. Aku ganti baju dulu. Itu di seberang sana ada butik, aku mau ganti di sana. Jam berapa klien Mas datang?" tanyaku antusias.

Ia melirik jam yang melingkar di tangannya dan menjawab, "Sekitar jam dua nanti."

Masih ada setengah jam, cukup untukku mengganti pakaian.

"Baik, aku nggak akan lama. Tunggu di sini, ya." kukecup pipi suamiku dan berlari mengajak Rani ke butik di seberang jalan, sedangkan Tsabit mengawasi suamiku.

"Kita mau ke mana?" tanya Rani.

"Ke butik. Mereka mau ketemu klien katanya dan aku harus mengganti pakaian. Kamu bawa make-up, 'kan? Aku pinjem dulu," jawabku sambil terus menarik tangan Rani memasuki butik.

Jika perempuan itu berhasil merebut hati suamiku dengan dandannya yang seksi dan menor itu, maka aku akan merebutnya kembali dengan penampilanku sendiri.

Kuambil sebuah celana berwarna pastel, kemeja, juga cardigan untuk melengkapi penampilanku hari ini. Sepatu olahraga kubiarkan terpasang, tidak masalah. Terakhir aku ganti kerudungku dengan pashmina. Sempurna.

"Waw! Kamu kelihatan beda, May. Coba tiap hari dandan kayak gini, suami kamu itu dijamin nggak akan berpaling dari kamu," puji Rani sembari memutari tubuhku. Beruntung, temanku yang satu itu selalu membawa make-up ke mana pun pergi.

"Ayo!" ajakku.

Kutitipkan pakaian pada Rani, sedangkan aku terus berjalan menghampiri meja suamiku yang kini telah terisi oleh empat orang.

"May?" tegur Tsabit saat langkahku melewati kursinya.

"Kenapa?"

"Kamu beneran Mayang? Gila! Beda banget!"

Aku hanya terkekeh seraya melanjutkan langkah pada tujuanku. Kupasang senyum tatkala mata Mas Amir tertuju padaku. Ia berkedip dengan mulut terbuka, ternganga melihat istrinya ini.

Kamu kaget, 'kan, Mas? Hhmm ... aku juga bisa cantik kayak orang-orang itu.

"Maaf, aku terlambat," ucapku seraya duduk di samping Mas Amir.

Mereka tertegun termasuk perempuan itu.

Terpopuler

Comments

Sepriyanti Adelina

Sepriyanti Adelina

matamu Mirr arep copot..
ngerti nek bojomu ayu taaa
makane punya istri itu diperhatikan,diragati
ojo bingung nglirik wedokan liyoo
huuuhhh gemesshh aku pengen tak hakdess😡😡😡

2022-12-04

1

‼️n

‼️n

O iya meski kulitnya ga kinclong, pasti body si Mayang ok....guru or!!!

PD aja May...libas tu si pelakor menor.
Smooth tp ga kan bsa dilupain ma suami lucknut mu!!!!!

2022-12-04

1

lihat semua
Episodes
1 Episode 1
2 Episode 2
3 Episode 3
4 Episode 4
5 Episode 5
6 Episode 6
7 Episode 7
8 Episode 8
9 Episode 9
10 Episode 10
11 Episode 11
12 Episode 12
13 Episode 13
14 Episode 14
15 Episode 15
16 Episode 16
17 Episode 17
18 Episode 18
19 Episode 19
20 Episode 20
21 Episode 21
22 Episode 22
23 Episode 23
24 Episode 24
25 Episode 25
26 Episode 26
27 Episode 27
28 Episode 28
29 Episode 29
30 Episode 30
31 Episode 31
32 Episode 32
33 Episode 33
34 Episode 34
35 Episode 35
36 Episode 36
37 Episode 37
38 Episode 38
39 Episode 39
40 Episode 40
41 Episode 41
42 Episode 42
43 Episode 43
44 Episode 44
45 Episode 45
46 Episode 46
47 Episode 47
48 Episode 48
49 Episode 49
50 Episode 50
51 Episode 51
52 Episode 52
53 Episode 53
54 Episode 54
55 Episode 55
56 Episode 56
57 Episode 57
58 Episode 58
59 Episode 59
60 Episode 60
61 Episode 61
62 Episode 62
63 Episode 63
64 Episode 64
65 Episode 65
66 Episode 66
67 Episode 67
68 Episode 68
69 Episode 69
70 Episode 70
71 Episode 71
72 Episode 72
73 Episode 73
74 Episode 74
75 Episode 75
76 Episode 76
77 Episode 77
78 Episode 78
79 Episode 79
80 Episode 80
81 Episode 81
82 Episode 82
83 Episode 83
84 Episode 84
85 Episode 85
86 Episode 86
87 Episode 87
88 Episode 88
89 Episode 89
90 Episode 90
91 Episode 91
92 Episode 92
93 Episode 93
94 Episode 94
95 Episode 95
96 Episode 96
97 Episode 97
98 Episode 98
99 Episode 99
100 Episode 100
101 Episode 101
102 Episode 102
103 Episode 103
104 Episode 104
105 Episode 105
106 Episode 106
107 Episode 107
108 Episode 108
109 Episode 109
110 Episode 110
111 Episode 111
112 Episode 112
113 Episode 113
114 Episode 114
115 Episode 115
116 Episode 116
117 Episode 117
118 Episode 118
119 Episode 119
120 Episode 120
121 Bab 121 (END)
Episodes

Updated 121 Episodes

1
Episode 1
2
Episode 2
3
Episode 3
4
Episode 4
5
Episode 5
6
Episode 6
7
Episode 7
8
Episode 8
9
Episode 9
10
Episode 10
11
Episode 11
12
Episode 12
13
Episode 13
14
Episode 14
15
Episode 15
16
Episode 16
17
Episode 17
18
Episode 18
19
Episode 19
20
Episode 20
21
Episode 21
22
Episode 22
23
Episode 23
24
Episode 24
25
Episode 25
26
Episode 26
27
Episode 27
28
Episode 28
29
Episode 29
30
Episode 30
31
Episode 31
32
Episode 32
33
Episode 33
34
Episode 34
35
Episode 35
36
Episode 36
37
Episode 37
38
Episode 38
39
Episode 39
40
Episode 40
41
Episode 41
42
Episode 42
43
Episode 43
44
Episode 44
45
Episode 45
46
Episode 46
47
Episode 47
48
Episode 48
49
Episode 49
50
Episode 50
51
Episode 51
52
Episode 52
53
Episode 53
54
Episode 54
55
Episode 55
56
Episode 56
57
Episode 57
58
Episode 58
59
Episode 59
60
Episode 60
61
Episode 61
62
Episode 62
63
Episode 63
64
Episode 64
65
Episode 65
66
Episode 66
67
Episode 67
68
Episode 68
69
Episode 69
70
Episode 70
71
Episode 71
72
Episode 72
73
Episode 73
74
Episode 74
75
Episode 75
76
Episode 76
77
Episode 77
78
Episode 78
79
Episode 79
80
Episode 80
81
Episode 81
82
Episode 82
83
Episode 83
84
Episode 84
85
Episode 85
86
Episode 86
87
Episode 87
88
Episode 88
89
Episode 89
90
Episode 90
91
Episode 91
92
Episode 92
93
Episode 93
94
Episode 94
95
Episode 95
96
Episode 96
97
Episode 97
98
Episode 98
99
Episode 99
100
Episode 100
101
Episode 101
102
Episode 102
103
Episode 103
104
Episode 104
105
Episode 105
106
Episode 106
107
Episode 107
108
Episode 108
109
Episode 109
110
Episode 110
111
Episode 111
112
Episode 112
113
Episode 113
114
Episode 114
115
Episode 115
116
Episode 116
117
Episode 117
118
Episode 118
119
Episode 119
120
Episode 120
121
Bab 121 (END)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!