New Season

Angin sore Negara I atau lebih tepatnya di Kota Mawar yang semilir sejuk memasuki celah jendela mobil yang sengaja dibuka sedikit oleh Bryna. Nuansa baru dari jalanan kota tak jauh berbeda dengan Negara A, yaitu sama-sama memiliki gedung tinggi dan papan billboard besar terpajang di sepanjang bangunan.

Udara di Negara I tidak sama dengan Negara A. Bryna merasakannya, ada sedikit lega jika di sini tidak memiliki musim dingin ataupun salju yang akan membekukan jalanan. Jujur Bryna tidak suka dingin, tubuhnya secara rela menolak.

"Daddy, Mommy, apa boleh Bryna memilih sekolahan sendiri?" tanyanya kepada Jay yang menjadi kendali kemudi serta Roseta yang berada di jok sampingnya.

Bryna sedikit berlagak sok tahu mana sekolah yang bagus untuk menjadi tempat menempuh pendidikannya. Mendenar permintaan putrinya membuat Jay dan Roseta menyunggingkan sebuah senyuman.

"Oke, tapi coba kasih tahu Daddy dulu adek mau sekolah dimana? Biar Daddy sama Mommy rundingkan dulu, deal?"

Jay Argiato Samanta yang menjadi kepala keluarga memilih untuk menuruti namun mengajak berdiskusi juga, sekaligus mengajarkan Beyna menjadi anak yang tidak manja.

"Bryna memilih Roses Revolution Elementary School," ucapnya girang.

Langsung saja Jay dan Roseta saling memandang dengan kerutan di dahi mereka yang muncul bersamaan oleh sebab penasaran. Keduanya mencoba mencari jawaban atas permintaan anaknya yang diluar dugaan.

"Adek, Mommy mau tanya deh. Bagaimana adek bisa tau tentang sekolahan itu?"

Wajar bukan sebagai seorang Ibu yang tidak pernah mengajak Bryna untuk menginjakkan kaki di Negara ini dibuat kebingungan dan penasaran? Psalnya darimana anaknya itu tahu menahu tentang sekolahan itu? Pun pengucapan dan pelafalannya begitu fasih, seperti sudah terencana dan menjadi incaran.

"Ayolah Mom, di Negara A akses internet sangat lancar. Sudah cukup jelas bukan, Bryna mencari informasi dimana sekolahan terbagus seantero Kota Mawar, sekolah itu salah satunya, dan poin pentingnya lagi, letaknya begitu strategis Mom, dekat sekali dengan rumah sakit Marveen, Beyna bisa main ke rumah sakit sepulang sekolah, sambil menunggu Mommy pulang kerja," jawab Bryna menggebu.

Ya Tuhan, Roseta praktis menjatuhkan rahang. Kenapa disini ia yang justru terlihat bodoh dengan melupakan tingkat kecerdasan anaknya sendiri, wanita itu jadi malu. Bahkan dirinya pula yang memberi akses bebas untuk Bryna berselancar di dunia maya meski harus ia pantau setiap harinya.

Baiklah. Karena alasan Bryna sangat masuk di akal, maka Jay dan Roseta saling melempar pandang, menunjukkan isyarat hingga ijinlah yang keluar dari keduanya. "Daddy dan Mommy setuju sayang," jawab final Jay.

Sekolah yang bisa dikatakan kelewat mahal itu bukanlah hal sulit bagi Jay dan Roseta untuk masalah biaya. Bahkan, itu sangat mudah mengingat mereka termasuk orang yang sangat berkecukupan. Jay adalah seorang CEO perusahaan mobil yang sukses di Negara A bahkan ia bergelut di bidang otomotif lainnya, sedangkan Roseta seorang Dokter bedah, seperti yang dikatakan Bryna tadi.

"Yaaaaay......" sontak saja Bryna turun dari jok penumpang belakang, melonjak-lonjak kegirangan hingga mobil yang ditumpangi mereka bergoyang.

...\~\~\~...

Mungkin, hari Senin adalah hari yang menyebalkan untuk memulai aktivitas lagi setelah di timang-timang kesenangan tempo hari, baik itu untuk anak-anak yang akan terkuras otaknya oleh sebab bergumbul dengan guru dan buku pelajaran, ataupun para orang dewasa yang sibuk akan pekerjaan.

Tapi tidak untuk Bryna, gadis itu sangat menantikan hari di mana ia akan menempuh pendidikan di sekolah barunya. Karena terlalu semangatnya, gadis itu sampai rela bangun pagi. Menyiapkan segala keperluannya sendiri tanpa merepotkan Rose sama sekali.

Bagai menanam buah jeruk di padang pasir, tidak akan tumbuh. Biarlah ibarat itu mengisi otak Bryna, bagaimana tidak, perkiraan gadis itu sangatlah jauh dari ekspektasi; benar saja dia sudah siap, tapi mau sesiap apa pun akan percuma apabila ia harus menunggu sang ibu tercinta yang belum bangun dari alam mimpinya.

"Huh. Semangat membaraku hilang ditelan ikan paus." Bryna menggerutu sendiri.

Baiklah. Untuk mengisi waktu kosongnya, Bryna bergegas membuka laptop untuk sekedar mengirim surel kepada sahabat laki-laki yang dikenalnya sejak tiga tahun yang lalu.

^^^(brynasamanta@gmail.com )^^^

^^^Hello Swan, I will wait a little longer and you will get the huge surprise.^^^

...\~\~\~...

Nuansa ini begitu asing, itu pikir Bryna. Jika di Negara A, ia akan sampai sekolah pukul sembilan, maka, setelah informasi yang ia dapat, bersekolah di sekolah dasar Negara I mempunyai jam belajar yang jauh berbeda, lebih pagi.

Hilir mudik sepasang kaki panjang dengan tangan berpegangan erat saling menuntun sama lain antara orang tua dan anak-anaknya yang mengantar untuk menempuh pendidikan.

Berbeda juga dengan yang Bryna alami dulunya. Gadis itu terbiasa dijemput bus sekolah, makanya Ibunya itu sangat jarang mengantarnya langsung.

Bryna tidak ingin melewatkan kesempatan, ia juga tak kalah, masing-masing tangannya digantung oleh Jay dan Roseta sampai masuk halaman sekolahan, sangat menyenangkan.

"Mom, Dad, stop." Jay dan Roseta pun ikut berhenti sesuai arahan Bryna.

"Cukup sampai sini, Bryna bisa masuk sendiri," pintanya tegas sekaligus menggemaskan, membuat kedua orang tuanya tersenyum memgembang.

"Have a good day, sweetheart." Roseta tak lupa memberikan kecupan pada pucuk kepala Bryna, lalu diikuti oleh Jay juga.

"Bye, Mommy, Daddy," pamit Bryna seraya melangkahkan kaki masuk ke area sekolah, tak lupa juga dengan melambaikan tangannya keudara.

Setelah beberapa hari menetap di Negara I, memang hari inilah yang paling ditunggu oleh gadis berkuncir kuda itu. Bryna bisa dikatakan sedikit tomboy, sama sekali tidak ada anggun-anggunnya, jika gadis kecil lainnya berdandan rapi, tidak untuk Bryna, kemeja putih tepat di lengan digulung ke atas, jika nanti ada teguran, barulah ia akan merapikan, itu rencananya.

Bryna memiliki kulit dengan warna tan, meskipun ia baik-baik saja, tapi ada satu fakta yang tidak dapat ia cerna; Ibu dan Ayahnya memiliki kulit putih bersih, kenapa Bryna tidak seperti orang tuanya?

Apa mungkin karena Bryna yang sering keluar berjemur matahari untuk bermain basket dan skeatboard?

Entahlah.

"Swaaaaan," teriak Bryna setelah mendapati anak laki-laki diujung sana, sedang bercengkrama dengan gadis yang berada disampingnya.

Bryna berlari kecil ke arah Swan yang baru saja dipanggilnya. Laki-laki bergigi kelinci itu tidak sendirian, disamping Swan ada gadis kecil yang terlihat seumuran dengannya.

"Apa aku tidak salah lihat? Apa ini maksud dari emailmu tadi pagi?" Swan masih meninggalkan keterjutannya meskipun sudah diyakini bahwa di depannya ini adalah Bryna, gadis yang sudah menjadi temannya sejak tiga tahun tang lalu.

"Ayolah Swan, ini aku Bryna Samanta," ucap Bryna meyakinkan.

Bryna menunjukkan muka datarnya tidak lupa merotasikan bola matanya, gadis itu sedikit melirik kearah seoseorang yang sedari tadi hanya diam disamping Swan sembari memandangnya.

Swan yang merasa yakin pun akirnya memegang pipi gembul milik Beyna serta mencubitnya dengan gemas. "Harusnya kamu bilang saja terus terang, tidak perlu memberi kode-kode aneh."

"Swan lepas," pinta Bryna menggerutu.

Bryna tidak berani membentak seperti kebiasaannya bersama Swan. Bryna cukup tahu malu karena ada gadis cantik disebelah Sean, ia tidak ingin memberi kesan urakan pada teman baru yang belum dikenalnya itu.

Swan akhirnya melepaskan cubitannya dari pipi gembul milik Bryna, tersenyum sejenak lalu menarik tangan Bryna yang sontak membawa tubuh gadis itu kedalam pelukannya.

"Dasar gadis gembul, aku sangat merindukanmu, aku tidak sabar menunggu liburan selanjutnya untuk datang menemuimu, dan sekarang sudah tidak perlu.”

Bryna sangat terkejut atas perlakuan yang diberikan oleh Swan. "Oke, aku sudah disini, jadi, cepat lepaskan." Bryna masih dipelukan Swan tanpa memberontak, dalam hal ini, mereka memang sering melakukannya saat bertemu.

"Why hold on to someone when you know you must let them go?" ucap Swan penuh godaan.

Ekspresi Bryna bertambah suram, astaga, Swan memang keterlaluan, bagiamana bisa dia berbicara dengan lantang kalimat rayuan.

"Stup up, teman-temanmu terus melihatku, Swan," bisik Bryna lirih agar teman yang sebenarnya dimaksud oleh gadis itu tidak mendengarkannya. Alhasil, Swan melepas pelukan eratnya, tersenyum kikuk ala-ala remaja, dasar bocah piyik memaksa dewasa sebelum waktunya.

"Rahel, ini Bryna temanku dari Negara A." Swan mengenalkan Bryna pada temannya yang memang sedari tadi tak berkutik melihat interaksi antara ia dan Bryna.

"Hai Bryna, aku Rahel, kita bisa berteman mulai sekarang," ucapnya dengan senyum mengembang.

Bryna tidak bodoh untuk melihat bahwa gadis bernama Rahel itu menunjukkan ekspresi tidak suka. Namun Bryna mencoba untuk bersikap biasa saja.

"Hai, Rahel, tentu saja, mari berteman."

Beyna dan Rahel berjabat tangan saling berkenalan, sungguh interaksi yang manis mengesampingkan perasaan aneh didalamnya, entah Rahel yang cemburu atau hanya perasaan anak-anak yang merasa jengkel apabila teman dekatnya berusaha diambil oleh orang lain.

Terpopuler

Comments

Arunika

Arunika

Hem ada bumbu cemburu

2022-12-18

0

Arunika

Arunika

Gemoi parah

2022-12-18

0

Merita

Merita

Wkwkkwkw ngakak

2022-12-16

0

lihat semua
Episodes
1 Masa Lalu dan Sekarang
2 New Season
3 Gundah
4 Dia Dengan Umpatannya
5 Pelukan Jay
6 Apa Boleh?
7 Penasaran Yang Terkubur
8 Theo dan Kenangan
9 Bertemu Bryna
10 Sial
11 Dongkol
12 Musibah
13 Basket Sebelum Fajar
14 Khawatir
15 Akal Bulus
16 Buruk
17 Rahasia
18 Kacau
19 What?
20 Mencari Tahu
21 Vante
22 Mencurigakan
23 Pertemuan Tak Terduga
24 Jackpot
25 Jebakan
26 Jalan Yang Benar
27 Bryna, Oh Bryna!
28 Takut
29 Pemaksa
30 Bryna Bingung
31 Tegang
32 Canggung
33 Bryna and Daddy
34 Sebuah Rencana
35 Miss but Sad
36 Biarkan Aku Memelukmu
37 Berlutut
38 Ada Yang Salah
39 Waktunya Bermain
40 Sedikit Saja
41 Dewasa
42 Anderson
43 Terjebak
44 Time
45 Kesalahan Yang Harus Ditebus
46 Bola Basket
47 Bingung
48 Panik
49 Roseta Datang
50 Sengit
51 Cerdik
52 Meet
53 Berpisah?
54 Twin
55 Masa Lalu
56 Roseta Terganggu
57 Jealous
58 Bercanda?
59 Dengan Benar
60 Berita Apa?
61 Maaf
62 Marah
63 Keras Kepala
64 Dilema
65 Ungkapan
66 Save Us
67 Kembali
68 Tidak Bisa Berkata-Kata
69 Siasat
70 Difficult
71 Kejutan
72 Secret
73 Mimpi
74 Marah
75 Feeling
76 Promise
77 Makan Malam
78 Sampai Jumpa
79 Ringkus
80 Pergi
81 Not Same
82 Kembali
83 Proposal
84 Lagi?
85 Wedding
Episodes

Updated 85 Episodes

1
Masa Lalu dan Sekarang
2
New Season
3
Gundah
4
Dia Dengan Umpatannya
5
Pelukan Jay
6
Apa Boleh?
7
Penasaran Yang Terkubur
8
Theo dan Kenangan
9
Bertemu Bryna
10
Sial
11
Dongkol
12
Musibah
13
Basket Sebelum Fajar
14
Khawatir
15
Akal Bulus
16
Buruk
17
Rahasia
18
Kacau
19
What?
20
Mencari Tahu
21
Vante
22
Mencurigakan
23
Pertemuan Tak Terduga
24
Jackpot
25
Jebakan
26
Jalan Yang Benar
27
Bryna, Oh Bryna!
28
Takut
29
Pemaksa
30
Bryna Bingung
31
Tegang
32
Canggung
33
Bryna and Daddy
34
Sebuah Rencana
35
Miss but Sad
36
Biarkan Aku Memelukmu
37
Berlutut
38
Ada Yang Salah
39
Waktunya Bermain
40
Sedikit Saja
41
Dewasa
42
Anderson
43
Terjebak
44
Time
45
Kesalahan Yang Harus Ditebus
46
Bola Basket
47
Bingung
48
Panik
49
Roseta Datang
50
Sengit
51
Cerdik
52
Meet
53
Berpisah?
54
Twin
55
Masa Lalu
56
Roseta Terganggu
57
Jealous
58
Bercanda?
59
Dengan Benar
60
Berita Apa?
61
Maaf
62
Marah
63
Keras Kepala
64
Dilema
65
Ungkapan
66
Save Us
67
Kembali
68
Tidak Bisa Berkata-Kata
69
Siasat
70
Difficult
71
Kejutan
72
Secret
73
Mimpi
74
Marah
75
Feeling
76
Promise
77
Makan Malam
78
Sampai Jumpa
79
Ringkus
80
Pergi
81
Not Same
82
Kembali
83
Proposal
84
Lagi?
85
Wedding

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!