part 5

Flash Back On

Suasana panti siang itu berbeda. Irwan dan ibu Nur yang menyambut kedatangan ibu-ibu komplek lembah kuning disambut hangat dengan peluk dan salam perkenalan.

Ketika ibu Nur bersalaman dengan ibu Hanifah, mereka seperti terkaget dengan wajah yang tak asing di ingatannya.

" Ibu Hanifah??, nama ibu Hanifah Daud bukan?? apa ibu dari Aceh??," tanya bu Nur yang tak melepaskan jabat tangan keduanya seraya mengenyitkan dahi memastikan bahwa ia tak salah dalam mengenali teman sekolahnya dulu.

" Nur?? Nur Asyifah??" jawab ibu Hanifah yang lebih kaget dengan pernyataan bu Nur yang mengenal nama panjangnya.

" Iyya saya Hanifah, Hanifah Daud dari Aceh, MasyaAllah, " sontak keduanya berpelukan bercampur haru.

Seisi ruangan jadi riuh karena kedua sahabat ini sudah lama tak bertemu sekian tahun lamanya.

" MasyaAllah Nur, gak nyangka saya kita ketemu disini dikondisi sudah tua begini yaa, masyaAllah sehat Nur??, " ibu Hanifah bertanya pernuh arti karena sahabat pertama ketika ia menjadi anak rantau setelah orang tua ibu Hanifah pindah kerja dari Aceh ke Jakarta. Kembali bayang-bayang masa-masa sekolah dulu terlintas di benak ibu Hanifah betapa banyak yang berubah seiring waktu baik fisik dan keadaan.

" Alhamdulillah kalo dibilang sehat ya jelas gak sesehat dulu, sakit usia terus menerpa tapi Allah masih percayakan saya untuk kelola panti dengan segala keterbatasan ini, ibu Hanifah sendiri bagimana??, oh iya, ayo ibu-ibu lain silahkan, dinikmati hidangan sederhana ini, maaf kan dengan keterbatasan kami dalam menyambut ibu-ibu sekalian,," ujar ibu Nur dengan senyum lembut menyapa ibu-ibu yang lain untuk mencicipi hidangan.

" Terima kasih ibu Nur, jawab ibu-ibu komplek lembah kuning hampir bersamaan. Ibu Hanifah yang sedari tadi duduk disebelah ibu Nur tak sengaja beradu tatap dengan Irwan yang berselang duduk dengan ibu Rudi dan bu Dani, dan tersenyum kepada Irwan yang sedari tadi ikut memyambut mereka.

Dan perbincangan ringan dengan ibu Nur bersama ibu-ibu komplek Lembah Kuning tentang kondisi panti asuhan " Nurmala ", yang kini menampung anak yatim dan piatu berjumlah 70 orang, rata-rata usia anak panti masih usia tanggungan sekolah, bahkan ada yang masih balita, terceritalah kisah haru dari sosok anak-anak yatim itu bagaimana mereka bisa sampai berada di panti asuhan dibawah naugan kasih sayang ibu Nur.

Irwan yang sedari tadi mendampingin ibu Nur juga ikut merasa kan bahwa sejarah hidup anak-anak panti ini memang sanggat luar biasa, iya pun salah satu dari anak panti yang telah lama tinggal dan tumbuh besar berkat kasih sayang ibu Nur.

Tiba-tiba saja ibu Rudi yang duduk di samping Irwan mengajak bicara.

" Aduh ini anak tampan,kamu bekerja disini ya??," tanya bu Rudi yang sedari tadi menyadari anak laki-laki ini hanya diam saja.

" Saya Irwan bu, saya salah satu anak panti ini yang sudah lama tinggal disini," jawab Irwan yang canggung karena tiba-tiba ditanya.

" MasyaAllah," bu Rudi setengah kagum.

" Jadi kamu udah lama tinggal di panti ini??, saya pikir nak Irwan ini pekerja di panti asuhan".

" Iyaa begitu bu, karena sudah lama tinggal dipanti walau sudah bekerja diluar, tapi kalo untuk kemaslahatan panti asuhan saya selalu berusaha membantu , jadi bisa dikatakan mengurus panti juga, karena ini rumah saya sedari kecil, " jawab Irwan setenggah kaku karna ia tau ibu-ibu ini pasti penasaran dengan kisahnya juga.

Mata ibu Hanifah terteguh dengan sosok Irwan, ia teringat akan mendiang suaminya yang juga seorang anak yatim piatu. Suaminya tidak punya keluarga selain dari kerabat-kerabat jauh yang bergantian merawatnya dari kecil hingga remaja sehingga menempanya jadi sosok yang tangguh di usia muda. " Anak ini menginggatkan ku pada mu sayang," gumam batin ibu Hanifah tersenyum memgenang sosok suaminya yang amat sanggat ia banggakan.

" Maaf nak ibu tanya, kamu udah nikah?? berapa usia mu nak Irwan?? " tanya ibu Deni.

" Saya belum menikah bu, kalo usia yaa udah dikepala 3 juga," senyum Irwan agak kecut, karena pertanyaan ini terlalu kursial di kondisi ini.

" Nah loh ibu-ibu disini siap yang anak gadisnya masih singel, ini ada calon mantu anak baik, ganteng lagi yaa,, " seru bu Deni promosi.

Dan hal itu disambut tawa-tawa riuh ibu-ibu komplek Lembah Kuning yang asyik sendiri menerka-nerka calon mantu siapa ini??.

Irwan yang terjebak dipusara candaan ini cuma bisa tersenyum-senyum.

Sebelum jam 4 sore ibu-ibu komplek Lembah Kuning berpamitan dengan ibu Nur dan Irwan, mereka saling peluk dan berharap silaturahmi ini terus berlanjut. Ibu-ibu juga berharap bantuan yang mereka berikan dapat membantu ibu Nur dalam merawat anak-anak panti asuhan tersebut.

Setelah ibu-ibu yang lain masuk kedalam mobil, ibu Hanifah menghampiri ibu Nur dan Irwan.

Ibu Hanifah meminta Irwan untuk mengambil foto kedua sahabat tersebut sebagai kenang-kenangan dan bergantian no handphone.

Dan Irwan pun mengabadikan moment ibu Nur dan ibu Hanifah di kamera ponsel ibu Hanifah.

Setelah dirasa cukup Irwan mengembalikan ponsel milik ibu Hanifah.

Tapi, tiba-tiba ibu Hanifah menyuruh Irwan berdiri berdua dengan ibu Nur.

" Oke, tahan yaa 1,,2,,3" cekles dan picture itu tersimpan di handphone ibu Hanifah.

" Terima kasih yaa ibu Nur dan nak Irwan," ujar ibu Hanifah.

" Iyya ibu Hanifah sama-sama terima kasih banyak atas kedatangannya" sambut Irwan.

Tapi bu Hanifah menarik tangan ibu Nur untuk menjauh dari Irwan.

Dengan setengah berbisik ke ibu Nur

" Nur, nanti aku telfon yaa, ada hal yang sepertinya akan menjadi jalinan baik nantinya," kata ibu Hanifah sambil tersenyum melirik nak Irwan yang sedang menatap ponselnya.

Ibu Nur yang masih tak mengerti hanya mengiyakan saja, karena rombongan ibu-ibu komplek sudah memanggil ibu Hanifah untuk naik mobil.

" Assalamualaikum," pamit bu Hanifah seraya berlari kecil untuk menuju mobilnya.

" Wa'alaikumsalam, " jawab ibu Nur masih bingung dengan kata-kata ibu Hanifah tadi.

🍃🍃🍃

Hari rabu siang Irwan yang agak sedikit flu mendapat telfon dari ibu Nur untuk singgah ke panti asuhan sore ini, ada perihal penting yang hendak ia beritau pada Irwan.

" Lebih baik cari obat dulu biar mendingan flu ini, " pikirnya sembari keluar dari kantor cafe & bistro miliknya.

" Pak Agus, saya keluar mungkin agak lama laporan pegawai untuk cabang cafe baru taruh aja dulu dimeja nanti saya cek setelah balik dari panti, " ujar irwan seraya berjalan melewati dapur cafe dan terlihat 3 koki masak tengah membuat menu andalan dari cafenya ini.

" Baik mas Irwan," jawab Pak Agus siap.

Irwan bukan pegusaha kaya raya, tapi dengan ke gigihannya usaha cafe dan bistronya kini sudah membuka 5 cabang di beberapa mall dan 2 di daerah tempat favorit anak muda nongkrong.

Sepahit dan sejatuh apa pun sudah pernah dilewati Irwan untuk membangun usaha cafe dan bistronya ini.

Irwan sendiri bukan lulusan Ekonomi, ia lulusan teknik Mesin yang lulus dengan nilai terbaik dan di tawarkan bekerja ditempat bergengsi oleh perusahaan perminyakan kelas Internasional.

Namun, semua ia tolak karena ia tidak ingin meninggalkan panti asuhan dan ibu Nur.

Itu terlalu berat untuknya meninggalkan semua kenangan masa kecilnya yang kelam. Ia tak mau menjadi lupa diri dengan semua itu, sehingga ia merintis usaha cafe dan bistro ini dengan tekat yang kuat untuk bisa terus berada di dalam keluarga panti asuhan dan ibu Nur.

Laju mobil sedan Civic putih milik Irwan pum mulus menusuri jalan Ibu Kota yang sudah agak padat di jam siang menjelang sore, butuh 1 jam untuk melewati padatnya jalan raya di jam-jam begini karena seluruh warga kantoran dan anak sekolah sudah masuk jam pulang.

Sesampai di panti Asuhan, Irwan tak bertemu dengan ibu Nur. Namun ia terus mencari ibu Nur yang mungkin sedang tak di ruangannya, seraya hendak keluar dari kantor panti Asuhan tak sengaja ia berpas-pasan dengan mas Bambang, dan Irwan pun menyapa.

" Mas, ibu kemana??," Tanya Irwan.

" Waah, Mas gak tau kemana ibu, mungkin didapur sama Mbok Sri untuk persiapan masak makan malam," kata Mas Bambang ikut melihat-lihat sekitaran mencari dimana ibu Nur.

" Oh, oke Mas, Irwan coba ke dapur yaa, duluan ya Mas, " ucap Irwan dengan sergah berjalan memasuki lorong samping untuk menuju dapur.

Namun kelihatan Irwan tidak menemukan sosok ibu Nur disana, hanya ada Mbok Sri cs yang sedang gotong royong masak untuk hidangan makan malam panti.

Namun, tiba-tiba seorang anak perempuan kecil berlari dan berhenti untuk mencubit samping paha Irwan, dan terlihat Irwan menyeringai kesakitan .

" Auww, " erang Irwan yang kaget, karena kesakitan dan melihat siapa yang mencubit paha sampingnya seraya mengusap bekas cubitan kecil tadi.

" Dek Wulan??, kamu kenapa sampai cubit paha kak Irwan sakit tau," ujar Irwan sembaru menunduk menyajarkan diri kepada gadis kecil itu.

" Kamu mau kemana?? " tanya irwan seraya merapi kan rambu depan Wulan yang acak-acak sampai menutup matanya.

Gadis kecil itu tak menjawab, ia hanya menegadah tangan ke Irwan.

Irwan mengenyit dahi dan melihat mata Wulan,

" Kamu mau minta uang lagi?? buat apa?? kan tadi pagi sudah dibagi kak Sari untuk jajan disekolah??, " ujar Irwan.

Namun gadis kecil itu tetap tak menjawab, ia hanya terus menegadah tangan pada Irwan.

" Oke, kak Irwan akan kasih, tapi dengan satu syarat, coba jawab untuk apa??," Irwan tau itu mustahil untuk di turuti oleh Wulan, gadis kecil itu tetap tak bergeming.

Walau Wulan bukan bisu, tapi suaranya hilang setelah kejadian tragis menimpa keluarga gadis kecil ini didepan kedua matanya, sehingga setelah kejadian naas itu senyum dan suara Wulan hilang karena trauma 2 tahun lalu.

" Irwan,, Irwan??" suara khas ibu Nur terdengar jelas sehingga Irwan reflek bangun.

" Iya bu, Irwan disini," jawab Irwan sambil memberi uang dua ribu ke Wulan dan berlalu meninggalkan gadis kecil itu menuju ibu Nur yang berada di depan teras kamar ibu Nur.

" Irwan,, ayuk duduk sini deket ibu, ada yang mau ibu bicarakan ," ujar ibu Nur sambil membimbing lengan Irwan untuk duduk di kursi disebelahnya.

Tanpa disadari ibu nur merasa suhu tubuh irwan agak hangat,

" Kamu sakit nak??, " tanya ibu Nur cemas.

" Iyya bu, agak flu dari kemarin mungkin kena rintik hujan sewaktu pulang dari belanja barang untuk pembukaan cafe baru.," jawab Irwan senang dengan perhatian ibu Nur.

" Tapi Irwan sudah minum obat, ibu jangan cemas ini hanya flu biasa,," jawab Irwan menyakinkan ibu Nur.

" Semoga sakit mu ini bisa sembuh dengan berita ini yaa Irwan, dan mungkin sudah seharusnya juga kamu ada yang rawat," ujar ibu Nur.

" Irwan ibu harap ini tidak menyinggung perasaanmu, kalo boleh ibu bertanya apa kamu ada gadis yang disuka??," tanya ibu Nur dengan ragu menunggu jawaban dari Irwan.

Irwan agak sedikit kaget dengan pertanyaan ibu Nur, karena teramat jarang ibu Nur menyinggung urusan pribadi.

" Hhmm, gak ada bu,," jawab Irwan singkat.

" Irwan kamu mau gak kalau ibu perkenalkan dengan anak gadis dari sahabat ibu??, " tanya ibu Nur dengan antusias.

" Maaf kalo ibu kurang sopan bertanya begini sama kamu, umur mu sudah cukup matang untuk membina sebuah keluarga baru, ibu tau kamu masih enggan karena latar belakang mu tapi percaya lah Allah pasti kirim satu keluarga yang menerima mu apa adanya nak,," jelas bu Nur sembari menepuk pundak Irwan sebagai penyemangat untuk bisa membuka diri.

Dan irwan pun hanya menarik nafas panjang dan tersenyum mendengar nasehat ibu angkatnya ini.

" Yaa,," jawab Irwan dengan lembut.

" kalau ini yang terbaik insyaAllah Irwan menurut apa kata ibu, Irwan mau bertemu dengan gadis yang ibu maksud, " tukas Irwan tersenyum mencoba berdamai dengan hatinya yang masih kaku.

" MasyaAllah,, ibu bangga sama kamu Irwan" jawab ibu Nur dengan penuh haru tak menyangka Irwan yang sedari dulu amat sangat tertutup dan susah untuk masuk kedunia baru kini dengan yakin ingin membuka lembaran baru. Bulir air mata bahagia terpancar di mata ibu Nur, kini anak angkatnya sudah benar-benar berubah jadi pria dewasa yang matang.

Flash Back Off.

Terpopuler

Comments

Meta Lia

Meta Lia

dan tak di sangka Allah telah merencanakan segalanya dengan begitu indah,,,Irwan yang dalam diam mengagumi wanita kini wanita yang selalu ada dalam bayangannya akan menjadi pendamping hidupnya

2023-03-28

0

Siti Fatimah Fatimah

Siti Fatimah Fatimah

rasanya cerita ini Indonesia banget.....apa ya sederhana real banget

2022-03-05

0

rinny

rinny

aku paling suka cerita kayak gini, cerita yang nggak terlalu muluk muluk dengan tingkat kehaluan yg tinggi. cerita yg sederhana tp enak untuk di baca.

2022-01-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!