Perceraian yang Indah

Perceraian yang Indah

1. Gaun Pengantin

Prapto menatapi hamparan bangunan perkotaan yang menjulang tinggi tanpa berkedip. Ia tidak begitu yakin bahwa kehidupan seperti inilah yang diinginkannya. Kehidupan dimana banyak orang berlomba-lomba dengan tujuan yang sama sekali tidak terkesan untuk mencari nafkah dan bertahan hidup, melainkan serakah dalam mengejar uang.

Tapi desakan kedua orang tuanya membuat Prapto akhirnya memutuskan juga untuk kuliah. Setelah diwisuda, ia pun mendapatkan perkerjaan sebagai seorang manajer pada salah satu perusahaan ternama yang ada di Jakarta.

Banyak tetangga Prapto yang berdecak kagum. Para tetangga itu menyatakan bahwa mereka sangat salut kepada kedua orang tua Prapto atas pencapaian karier yang diraih oleh sang anak.

Namun, jauh di lubuk hati Prapto yang dalam, bahkan lebih dalam dari jurang terdalam yang ada di dunia ini, Prapto sama sekali tidak merasa bahagia dengan karirnya, apalagi merasa bangga, sedikit pun tidak.

Kehidupan yang diimpikan oleh Prapto bukanlah kehidupan mewah di perkotaan, dimana orang-orang berlomba dalam mencari uang dan gelar yang menurut Prapto tidaklah seharusnya dipajang pada deretan nama.

Prapto sendiri tidak mau memakai gelar sarjana ekonominya. Ia bukannya tidak mau menjadi kaya, sama sekali bukan. Namun kaya raya menurut Prapto adalah kaya yang bahagia, kaya dengan melakukan pekerjaan yang ia sukai.

Prapto menyulut rokoknya. Ia menghisap asap rokok dalam-dalam lalu menghembuskannya dengan penuh kegetiran. Usia Prapto dua puluh lima tahun sekarang, dan kedua orang tuanya terus saja mendesaknya untuk segera menikah dengan kekasihnya yang bernama Silvi.

Prapto bukannya tidak mau menikah, ia bukan pula tidak mencintai Silvi, namun keinginan Silvi untuk tetap terus menjadi wanita karier setelah mereka menikah membuat Prapto ragu apakah rumah tangganya akan berlangsung bahagia.

“Aku mencintaimu, Prapto, dan hanya kau lah yang ada di hatiku. Meskipun aku tetap bekerja setelah kita menikah nanti, aku akan tetap memasak serta membuatkan kopi untukmu, sebelum dan setelah aku pulang kerja, Prapto Sayang,” kata Silvi pada suatu hari, ketika mereka membicarakan tentang pernikahan.

Dalam hatinya Prapto sama sekali tidak percaya pada kata-kata Silvi tersebut. Dan yang lebih penting lagi, dengan otaknya yang cerdas, Prapto paham betul bahwa kata-kata calon istrinya itu hanyalah kata-kata manis yang isinya banyak busuk.

Banyak hal yang tidak Prapto sukai dari Silvi. Silvi mengatakan dirinya bisa berteman dengan pria. Ia juga menganut paham feminis, yang dimana dalam paham tersebut dikatakan bahwa kedudukan wanita dalam rumah tangga adalah setara dengan kedudukan pria.

Tiba-tiba ponsel Prapto berdering. Pria yang berambut panjang melewati telinga itu kemudian mengambil ponselnya dengan malas. Prapto bisa menebak dering telepon itu pasti dari Silvi. Ponsel Prapto pun tampak sangat malas untuk menampilkan nama Silvi pada menu panggilan, terlihat dari layarnya yang mendadak jadi redup.

“Halo, Sayang! Pukul lima sore nanti kita jadi melihat gaun pengantin, 'kan?” tanya Silvi dengan nada suara yang manis seperti biasanya.

Prapto diam sejenak. Ia lalu menjawab dengan singkat, “Ya, jadi Sil. Aku tunggu di toko itu saja nanti, Silvi. Aku tidak bisa menjemputmu. kerjaanku banyak.”

Di seberang telepon sana Silvi mengumpat karena Prapto mematikan panggilan itu tanpa mengucapkan see you ataupun bye.

Rini, teman sekantor Silvi memberi tanda dengan tangan kanannya agar Silvi berhenti mengumpat. Perempuan yang menganut paham feminis itu kemudian bangkit untuk duduk di meja Silvi.

“Tak usah mengumpat! Nanti dia akan tunduk padamu setelah kalian menikah. Apakah Prapto masih membahas tentang dia ingin kau berhenti bekerja setelah kalian menikah nanti? Dan juga, apakah dia masih membahas tentang pria dan wanita tidak bisa berteman?” tanya Rini.

Silvi mengangguk. “Ya. Dia masih membahas keduanya. Tapi tenang saja, aku selalu menolak untuk setuju kok. Kita adalah wanita modern yang tidak akan mau menganggap pria sebagai pemimpin rumah tangga. Bukankah kita bisa mencari uang sendiri dan tidak butuh dipimpin oleh suami?”

Rini yang berambut panjang sepunggung itu mengangguk-angguk bangga dengan raut wajah yang angkuh. “Benar sekali. Bagus! Hanya wanita bodoh saja yang mau memasak dan bersih-bersih.”

***

Sebelum berangkat untuk membeli gaun pengantin, Prapto singgah terlebih dahulu ke rumah salah seorang temannya yang bernama Timo. Usia Timo sepantaran dengan Prapto, dan Timo telah menikah dengan seorang wanita karier. Jadi, menurut Prapto, Timo mungkin adalah pria yang tepat untuk ditanyai tentang kegalauan hatinya.

Prapto memarkir mobilnya di halaman rumah Timo yang cukup luas. Ia lalu mengetuk pintu rumah. “Timo! Ini aku, Prapto.”

Terdengar suara langkah kaki dari dalam rumah, yang tak lama kemudian disusul oleh suara pintu dibuka. Penampakan wajah Timo yang selalu tampak sok bijaksana namun banyak kosongnya itu pun muncul. "Masuklah, Prapto!” ajaknya. “Atau kita ngobrol di pendopo saja?’

“Di pendopo saja lah, Timo,” jawab Prapto. Prapto kemudian langsung pergi ke pendopo yang ada di taman tanpa menunggu jawaban dari Timo.

“Tunggu! Kau mau kopi atau teh?” sorak Timo.

“Kopi saja.”

Dalam hatinya Prapto mengumpat, ‘Sial! Sudah kuduga bahwa bertanya kepada Timo tentang pernikahanku dengan Silvi adalah keputusan yang salah. Kakek-ku tak pernah sekalipun bercerita bahwa ia sendiri yang membuatkan minum untuk tamunya.’

Setelah Prapto merokok sejenak, Timo muncul dari balik pintu rumahnya membawa dua gelas kopi panas.

“Minumlah! Istriku masih belum pulang bekerja. Jadi, sangat mungkin sekali kopi buatanku ini rasanya tidak enak, Prapto,” kata Timo tertawa.

Prapto tak menanggapi kata-kata Timo. “Nanti sore aku dan Silvi akan membeli gaun pernikahan, Timo. Orang tuaku terus saja mendesakku untuk menikah. Aku mencintai Silvi, tapi kau 'kan tahu bahwa aku tidak mau punya istri seorang wanita karier,” jelas Prapto.

Prapto melirik pada Timo sejenak. “Aku tidak mau bila kau datang ke rumahku tapi yang membuatkan kopi untukmu adalah aku,” sindirnya.

“Jaman sudah modern, Bro. Dan gagasan tentang istri menjadi ibu rumah tangga itu sudah ketinggalan jaman. Silvi cantik, pekerjaannya pun bergaji besar, sama seperti istriku. Setidaknya kau tak perlu terlalu keras bekerja nanti karena Silvi juga bekerja,” jawab Timo dengan wajah yang sok bijaksana.

Prapto menggeleng. Ia menghembuskan asap rokoknya ke atas seolah-olah asap itu akan menembus langit-langit pendopo. “Suami itu memiliki tanggung jawab untuk mencari nafkah, Timo, dan juga tanggung jawab kepada istri serta anaknya. Maka dari itulah, seorang suami harus mencari nafkah, sedangkan istrinya mengurus anak dan rumah.

"Akan jadi apa anakku nanti bila ibunya saja pulang kerja sore hari? Aku tak akan menitipkan anakku di jasa penitipan anak, karena itu bukanlah tindakan yang mencerminkan kasih sayang dan tanggung jawab, Timo.”

Timo merasa tersindir lagi, namun ia tetap mempertahankan raut wajah sok bijaksananya sambil berkata, “Setidaknya, Prapto, setelah menikah nanti kau bisa mengajak Silvi berkompromi dan mengatakan kepadanya untuk berhenti bekerja.”

Prapto muak karena ia tidak mendapatkan solusi sama sekali dari temanya itu. Ia ingin segera pergi, namun Prapto mengurungkan niatnya ketika ia melihat sebuah mobil berhenti di depan gerbang rumah Timo.

Jelas terlihat dari pendopo bahwa yang mengemudikan mobil tersebut adalah seorang pria. Dari mobil itu turun Tini, istrinya Timo. Setelah Tini melambaikan tangan pada si pengemudi mobil, mobil itu pun berlalu.

Prapto menyeringai. Ia mendapat ide tentang suatu pembahasan yang akan membuat temannya itu kehilangan raut wajah sok bijaksananya.

Terpopuler

Comments

selalu bagus penulisannya

2022-12-03

1

Dydy Ailee

Dydy Ailee

permulaan yang bagus

2022-11-30

1

lihat semua
Episodes
1 1. Gaun Pengantin
2 2. Menikah
3 3. Menunggu Malam Tiba
4 4. Petir Menyambar Tepat di Depan Wajah Silvi
5 5. Desa Kejora
6 6. Suami
7 7. Pertanyaan
8 8. Penawaran
9 9. CEO Cuek
10 10. Pertemuan Silvi dengan CEO Cuek
11 11. Undangan
12 12. Kau Benar, Prapto
13 13. Pelaksanaan Rencana Dimulai
14 14. Petir Perceraian Menyambar Lagi
15 15. Kesimpulan dan Rencana
16 16.Saling Rindu
17 17. Kupu-kupi atau Kumbang?
18 18. Dari Oscar untuk yang Tercinta
19 19. Aku Merindukanmu, Prapto
20 20. Serius
21 21. Kesetiaan Nirwana
22 22. Sudah Cantik, Nona
23 23. Ancaman dan Tawaran
24 24. Kerling dan Senyum
25 25. Cover Crop
26 26. Setan
27 27. Meskipun Hujan
28 28. Nasihat Pak Oscar
29 29. Pedagang Keliling
30 30. Ide
31 31. Kau Pilih yang Mana?
32 32. Orang Berpayung
33 33. Gerombolan Burung Melintas
34 34. Indah Sekali, Bos
35 35. Truk Amerika
36 36. Gotong Royong Dimulai
37 37. Kak Pinaka
38 38. Bisnis
39 39. Dawn
40 40. Penyelidikan Timo
41 41. Tiga Sayuran
42 42. Di Atas Langit Sana, Hujan Juga Turun
43 43. Kembali ke Mall
44 44. Petuah Nimo
45 45. Warna
46 46. Peresmian Bangunan Penampung Desa Kejora
47 47. Tiga Sayuran Datang
48 48. Memancing Ikan
49 49. Ke Rumah Pinaka
50 50. Hujan akan Turun
51 51. Masalah
52 52. Keheningan di Teras Pak Oscar
53 53. Kenyataan di Dalam Kertas Roti
54 54. Rencana Jahat Rini
55 55. Selamat Sore, Pinaka
56 56. Kecap Asin
57 57. Cinta, Rindu, dan Caping Bambu
58 58. Bos!
59 59. Akhir Pekan
60 60. Jawaban Prapto
61 61. Festival Memancing Ikan
62 62. Permintaan Pinaka
63 63. Tanah Kuno
64 6. Tiga Sesepuh
65 65. Ke Dalam Hutan
66 66. Tidak Pulang?
67 67. Petani yang Katanya Aneh
68 68. Polisi India
69 69. Rahul & Kajol
70 70. Rindu
71 71. Bola Tanah
72 72. Pohon Anggur
73 73. Hilang
74 74. Golek Kayu
75 75. Memilih Desain Rumah
76 76. Ujian Terakhir
77 77. Hati
78 78. Terpana
79 79. Hadiah dari Tiga Payung
80 80. Cinta yang Murni dan Membahagiakan
81 81. Undangan Pak Oscar
82 82. Membuat dan Mewarnai
83 83. Permintaan Pak Oscar
84 84. Tersenyum
85 85. Corak
86 86. Ungkapan Terima Kasih
87 87. Kuning Kemerahannya Langit Senja
88 88. Apa Bedanya, Bos?
89 90. Alunan Sendu Harmonika
90 91. Rindu dan Sedih
91 92. Mobil Tua Pak Oscar
92 93. Anting
93 94. Es Teh Lemon
94 95. Gandum dan Roti
95 96. Kebahagiaan
96 97. Aininda
97 98. Menjelang Festival Musim Panas
98 99. Menuju Balai Desa Kejora
99 100. Festival Musim Panas
Episodes

Updated 99 Episodes

1
1. Gaun Pengantin
2
2. Menikah
3
3. Menunggu Malam Tiba
4
4. Petir Menyambar Tepat di Depan Wajah Silvi
5
5. Desa Kejora
6
6. Suami
7
7. Pertanyaan
8
8. Penawaran
9
9. CEO Cuek
10
10. Pertemuan Silvi dengan CEO Cuek
11
11. Undangan
12
12. Kau Benar, Prapto
13
13. Pelaksanaan Rencana Dimulai
14
14. Petir Perceraian Menyambar Lagi
15
15. Kesimpulan dan Rencana
16
16.Saling Rindu
17
17. Kupu-kupi atau Kumbang?
18
18. Dari Oscar untuk yang Tercinta
19
19. Aku Merindukanmu, Prapto
20
20. Serius
21
21. Kesetiaan Nirwana
22
22. Sudah Cantik, Nona
23
23. Ancaman dan Tawaran
24
24. Kerling dan Senyum
25
25. Cover Crop
26
26. Setan
27
27. Meskipun Hujan
28
28. Nasihat Pak Oscar
29
29. Pedagang Keliling
30
30. Ide
31
31. Kau Pilih yang Mana?
32
32. Orang Berpayung
33
33. Gerombolan Burung Melintas
34
34. Indah Sekali, Bos
35
35. Truk Amerika
36
36. Gotong Royong Dimulai
37
37. Kak Pinaka
38
38. Bisnis
39
39. Dawn
40
40. Penyelidikan Timo
41
41. Tiga Sayuran
42
42. Di Atas Langit Sana, Hujan Juga Turun
43
43. Kembali ke Mall
44
44. Petuah Nimo
45
45. Warna
46
46. Peresmian Bangunan Penampung Desa Kejora
47
47. Tiga Sayuran Datang
48
48. Memancing Ikan
49
49. Ke Rumah Pinaka
50
50. Hujan akan Turun
51
51. Masalah
52
52. Keheningan di Teras Pak Oscar
53
53. Kenyataan di Dalam Kertas Roti
54
54. Rencana Jahat Rini
55
55. Selamat Sore, Pinaka
56
56. Kecap Asin
57
57. Cinta, Rindu, dan Caping Bambu
58
58. Bos!
59
59. Akhir Pekan
60
60. Jawaban Prapto
61
61. Festival Memancing Ikan
62
62. Permintaan Pinaka
63
63. Tanah Kuno
64
6. Tiga Sesepuh
65
65. Ke Dalam Hutan
66
66. Tidak Pulang?
67
67. Petani yang Katanya Aneh
68
68. Polisi India
69
69. Rahul & Kajol
70
70. Rindu
71
71. Bola Tanah
72
72. Pohon Anggur
73
73. Hilang
74
74. Golek Kayu
75
75. Memilih Desain Rumah
76
76. Ujian Terakhir
77
77. Hati
78
78. Terpana
79
79. Hadiah dari Tiga Payung
80
80. Cinta yang Murni dan Membahagiakan
81
81. Undangan Pak Oscar
82
82. Membuat dan Mewarnai
83
83. Permintaan Pak Oscar
84
84. Tersenyum
85
85. Corak
86
86. Ungkapan Terima Kasih
87
87. Kuning Kemerahannya Langit Senja
88
88. Apa Bedanya, Bos?
89
90. Alunan Sendu Harmonika
90
91. Rindu dan Sedih
91
92. Mobil Tua Pak Oscar
92
93. Anting
93
94. Es Teh Lemon
94
95. Gandum dan Roti
95
96. Kebahagiaan
96
97. Aininda
97
98. Menjelang Festival Musim Panas
98
99. Menuju Balai Desa Kejora
99
100. Festival Musim Panas

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!