3. Menunggu Malam Tiba

Mata Timo membelalak, apalagi setelah ia mendengar perkataan pria tua yang duduk tak jauh di sampingnya tadi. 'Sialan,' ucap Timo dalam hati. Prapto yang tidak ingin acara pernikahannya itu menjadi kusut lalu meminta pembawa acara mengatakan kepada Timo untuk melemparkan kembali bunga itu.

"Baiklah. Banyak sekali yang ingin menikah rupanya," kata sang pembawa acara. "Silakan kembali dilempar bunganya, Bapak Timo!"

Timo melempar bunga tersebut dengan pandangan kosong. Sampai acara pernikahan Prapto selesai Timo tak pernah tersenyum lagi. Begitu pula dengan istrinya, Tini, yang juga merupakan seorang feminis.

***

Hari-hari awal pernikahan Prapto berlangsung sangat bahagia bagi keduanya. Setiap pagi Silvi selalu membuatkan Prapto kopi dan memasak untuknya. Silvi dan Prapto sama-sama mendapatkan cuti bekerja selama dua bulan. Mereka juga mengunjungi beberapa daerah sesekali dalam dua bulan itu.

Mereka tinggal di rumah Prapto, karena sang ibu mendesak agar mereka tinggal di rumahnya saja. Lagi pula rumah Prapto sangat besar dan memiliki sekitar lima buah kamar yang kosong.

Dua bulan terasa berlalu begitu cepat bagi Prapto dan Silvi. Masa cuti mereka pun kini telah habis. Silvi tampak amat bersemangat bekerja, seolah-olah menjadi ibu rumah tangga selama dua bulan itu hanya lah kepura-puraan saja baginya. Berbeda dengan Silvi, Prapto sangat benci masa cutinya itu habis karena istrinya akan kembali bekerja.

Pada suatu malam di balkon kamar, Prapto mengajak Silvi untuk mengobrol serius.

Setelah menyulut rokoknya Prapto berkata, "Sil. Sudah berapa hari ini kau tidak lagi membuatkanku kopi dan kau juga tidak pernah lagi memasak untukku. Dan tadi, aku melihat notif pesan di ponselmu. Isi pesan itu adalah seorang pria mengajakmu untuk bertemu di cafe. Bisa kau jelaskan?"

Silvi menunduk. Ia berpikir keras jawaban apa yang akan ia katakan kepada Prapto. "Aku lelah pulang bekerja, Sayang. Akhir-akhir ini kerjaanku numpuk. Soal notif pesan itu, dia hanya temanku yang sudah lama tidak bertemu, Sayang," katanya.

"Sebelum kita menikah kau telah berjanji bahwa kau akan selalu membuatkanku kopi dan memasak untukku. Tapi kini, bahkan aku sampai meminta kopi dulu padamu tapi kau tetap tidak membuatkannya karena lelah bekerja. Tak ada yang namanya pertemanan antara pria dan wanita, Silvi. Aku tidak mengizinkan kau bertemu dengannya."

Wajah Silvi berubah. "Aku lelah, Prapto. Kerjaanku banyak. Aku tak mau karir yang sudah kubangun jadi merosot karena terlalu sibuk di rumah. Kan ada Bi Asih yang bisa membuatkanmu kopi, Sayang. Aku tak suka kau mengontrol dan cemburu begini. Aku dan dia cuma teman, tidak lebih," jawab Silvi. Ia lalu pergi dari balkon tanpa berkata apa-apa.

Baru enam bulan menikah Prapto sudah bisa merasakan bahwa keputusannya untuk menikahi Silvi benar-benar salah. Silvi tak lagi mengurusnya sebagai suami, bahkan beberapa hari yang lalu Silvi mengatakan kepada Prapto bahwa kedudukan suami dan istri itu adalah setara, yaitu 50:50.

Ditambah dengan notif pesan dari seorang pria di ponsel Silvi itu, sungguh Prapto semakin muak dengan pernikahannya. Bagaimana anaknya nanti? Apakah anaknya akan tumbuh tanpa kasih sayang penuh dari seorang ibu?

Tiba-tiba Prapto menyadari satu hal. Ia lalu menyulut rokoknya sebatang lagi dan duduk di kursi balkon sambil menatapi langit malam yang tanpa bintang.

Prapto merenung. Ia merasa bahwa dirinya telah salah karena selama ini tidak tegas. Sebelum mereka menikah Prapto tidak menegaskan kepada Silvi tentang prinsip hidupnya dan prinsipnya dalam berumah tangga.

Prapto merasa bahwa ia telah menjadi pria yang lemah karena lebih memilih untuk memohon pada Silvi daripada berkata tegas sebelum menikah. Alhasil, istrinya itu sudah tidak menghormatinya lagi, istrinya tetap tidak mau menjadi ibu rumah tangga, dan istrinya tidak setia kepada Prapto.

Prapto paham betul bahwa ia sama sekali tidak mengontrol dan cemburu, melainkan itu hanya lah alasan Silvi saja untuk mendukung ketidak setiaannya sebagai istri. Senyum seringai muncul di sudut bibir Prapto ketika ia kembali berpikir bahwa mereka belum mempunyai anak.

***

Prapto duduk di meja kerjanya dengan wajah kusut, ketika salah seorang anak buahnya yang bernama Nimo datang membawakan kopi panas. "Kenapa, Bos? Akhir-akhir ini Bos tampak kusut sekali," tanya Nimo sambil meletakkan kopi di atas meja.

"Tidak apa-apa, Nimo. Aku hanya capek saja."

Nimo tidak menanggapi jawaban bosnya. Ia tahu apa sebenarnya yang membuat bosnya itu selalu tampak kusut setelah masuk kerja lagi. Nimo akrab dan sering bercerita dengan Prapto, sehingga ia tahu bahwa penyebab utama kekusutan bosnya itu adalah Silvi.

Nimo paham betul bahwa bosnya sangat menginginkan istrinya menjadi ibu rumah tangga. Diam-diam Nimo berpikir keras bagaimana caranya agar ia dapat membantu sang bos.

Setelah Nimo keluar dari ruangannya, Prapto meneguk kopi lalu menyulut rokok. Prapto sudah tidak sabar menunggu malam tiba. Keputusan Prapto sudah bulat, ia akan menceraikan istrinya malam ini. Persetan dengan protes kedua orang tuanya.

Prapto akan pergi dari rumah dan membeli sebidang tanah di sebuah desa dengan uang pengunduran diri serta tabungannya. Prapto bangkit dari duduknya. Ia lalu berjalan menuju ruangan petinggi perusahaan untuk segera menyatakan pengunduran diri.

***

Sore itu setelah pulang dari kantor, Prapto tidak langsung pulang ke rumah, ia singgah terlebih dahulu di sebuah restoran untuk makan. Prapto memilih meja yang terletak di halaman restoran. Ketika Prapto hendak menyuap makanan, gerakan menyuapnya terhenti karena ia melihat Nimo sedang berjalan santai di trotoar. "Hei, Nimo!" sorak Prapto.

Nimo menoleh lalu pergi ke meja Prapto. "Hai, Bos!"

"Ayo, makan dulu! Aku mau ngobrol denganmu. Kau ada waktu?" tanya Prapto.

"Ada, Bos." Nimo lalu ikut duduk. Mereka mengobrol dan merokok sambil menunggu pesanan Nimo datang.

Pramusaji datang menghidangkan ikan teri lado hijau dan segelas kopi dingin pesanan Nimo. Prapto dan Nimo pun mulai bersantap sambil sesekali mengobrol. Setelah keduanya selesai makan, mereka menyulut rokok. Nimo lalu meminta bosnya itu untuk mulai bercerita.

"Aku tadi sudah mengundurkan diri, Nimo," kata Prapto sambil memperlihatkan surat pengunduran dirinya.

Nimo kaget. Betapa tidak? Posisi Prapto di perusahaan terbilang tinggi dan Prapto juga tidak pernah bermasalah. Bahkan Prapto memiliki banyak prestasi selama bekerja di perusahaan tersebut. "Ke ... kenapa, Bos?" tanya Nimo masih tak percaya.

"Karena sejak dulu aku memang tidak tertarik bekerja di kantor ataupun di perusahaan, Nimo. Dan juga, nanti malam aku akan menceraikan istriku. Karena kedua orang tuaku pasti menentang keras keputusanku untuk bercerai itu, maka aku akan pergi ke suatu desa," terang Prapto.

Prapto melanjutkan, "Di desa itu nanti aku akan membeli tanah dan membangun rumah di sana. Kau tahu? Kakek-ku dulu adalah seorang petani dan peternak. Ketika libur sekolah dan libur kuliah aku selalu berkunjung ke tempatnya.

"Aku selalu bahagia berada di sana, bahkan lebih bahagia dibandingkan dengan ketika aku berada di rumahku sendiri, Nimo. Namun ibuku bersama anak kakek-ku yang lain membuat sebuah keputusan yang amat serakah. Tanah warisan kakek-ku yang luas itu mereka jual semuanya untuk pindah ke kota. Sialan memang."

Nimo mengangguk-angguk, sementara Prapto menghembuskan asap rokoknya dengan wajah yang muram.

"Nenekku adalah seorang ibu rumah tangga sejati yang merasa amat bahagia mengurus suami, anak, serta rumahnya, Nimo. Pada jaman sekarang pasti sudah tidak ada lagi wanita yang seperti Nenek. Pernikahan bahagia di jaman sekarang ini mustahil, Nimo, karena wanita modern menganut paham feminis."

Nimo tak perlu bertanya lagi tentang keputusan bosnya itu. Ia tahu betul apa alasan bosnya ingin bercerai. Nimo juga tahu bosnya itu pria yang seperti apa. Nimo lalu tersenyum karena ia mendapat akal untuk membantu bosnya.

Terpopuler

Comments

Airhujan

Airhujan

Semangat up ka jangan mudah down kaya aku😌

2022-12-02

1

Shining Light17

Shining Light17

bagus ceritanya, beda dri yg lain, semangat thor

2022-12-01

1

lihat semua
Episodes
1 1. Gaun Pengantin
2 2. Menikah
3 3. Menunggu Malam Tiba
4 4. Petir Menyambar Tepat di Depan Wajah Silvi
5 5. Desa Kejora
6 6. Suami
7 7. Pertanyaan
8 8. Penawaran
9 9. CEO Cuek
10 10. Pertemuan Silvi dengan CEO Cuek
11 11. Undangan
12 12. Kau Benar, Prapto
13 13. Pelaksanaan Rencana Dimulai
14 14. Petir Perceraian Menyambar Lagi
15 15. Kesimpulan dan Rencana
16 16.Saling Rindu
17 17. Kupu-kupi atau Kumbang?
18 18. Dari Oscar untuk yang Tercinta
19 19. Aku Merindukanmu, Prapto
20 20. Serius
21 21. Kesetiaan Nirwana
22 22. Sudah Cantik, Nona
23 23. Ancaman dan Tawaran
24 24. Kerling dan Senyum
25 25. Cover Crop
26 26. Setan
27 27. Meskipun Hujan
28 28. Nasihat Pak Oscar
29 29. Pedagang Keliling
30 30. Ide
31 31. Kau Pilih yang Mana?
32 32. Orang Berpayung
33 33. Gerombolan Burung Melintas
34 34. Indah Sekali, Bos
35 35. Truk Amerika
36 36. Gotong Royong Dimulai
37 37. Kak Pinaka
38 38. Bisnis
39 39. Dawn
40 40. Penyelidikan Timo
41 41. Tiga Sayuran
42 42. Di Atas Langit Sana, Hujan Juga Turun
43 43. Kembali ke Mall
44 44. Petuah Nimo
45 45. Warna
46 46. Peresmian Bangunan Penampung Desa Kejora
47 47. Tiga Sayuran Datang
48 48. Memancing Ikan
49 49. Ke Rumah Pinaka
50 50. Hujan akan Turun
51 51. Masalah
52 52. Keheningan di Teras Pak Oscar
53 53. Kenyataan di Dalam Kertas Roti
54 54. Rencana Jahat Rini
55 55. Selamat Sore, Pinaka
56 56. Kecap Asin
57 57. Cinta, Rindu, dan Caping Bambu
58 58. Bos!
59 59. Akhir Pekan
60 60. Jawaban Prapto
61 61. Festival Memancing Ikan
62 62. Permintaan Pinaka
63 63. Tanah Kuno
64 6. Tiga Sesepuh
65 65. Ke Dalam Hutan
66 66. Tidak Pulang?
67 67. Petani yang Katanya Aneh
68 68. Polisi India
69 69. Rahul & Kajol
70 70. Rindu
71 71. Bola Tanah
72 72. Pohon Anggur
73 73. Hilang
74 74. Golek Kayu
75 75. Memilih Desain Rumah
76 76. Ujian Terakhir
77 77. Hati
78 78. Terpana
79 79. Hadiah dari Tiga Payung
80 80. Cinta yang Murni dan Membahagiakan
81 81. Undangan Pak Oscar
82 82. Membuat dan Mewarnai
83 83. Permintaan Pak Oscar
84 84. Tersenyum
85 85. Corak
86 86. Ungkapan Terima Kasih
87 87. Kuning Kemerahannya Langit Senja
88 88. Apa Bedanya, Bos?
89 90. Alunan Sendu Harmonika
90 91. Rindu dan Sedih
91 92. Mobil Tua Pak Oscar
92 93. Anting
93 94. Es Teh Lemon
94 95. Gandum dan Roti
95 96. Kebahagiaan
96 97. Aininda
97 98. Menjelang Festival Musim Panas
98 99. Menuju Balai Desa Kejora
99 100. Festival Musim Panas
Episodes

Updated 99 Episodes

1
1. Gaun Pengantin
2
2. Menikah
3
3. Menunggu Malam Tiba
4
4. Petir Menyambar Tepat di Depan Wajah Silvi
5
5. Desa Kejora
6
6. Suami
7
7. Pertanyaan
8
8. Penawaran
9
9. CEO Cuek
10
10. Pertemuan Silvi dengan CEO Cuek
11
11. Undangan
12
12. Kau Benar, Prapto
13
13. Pelaksanaan Rencana Dimulai
14
14. Petir Perceraian Menyambar Lagi
15
15. Kesimpulan dan Rencana
16
16.Saling Rindu
17
17. Kupu-kupi atau Kumbang?
18
18. Dari Oscar untuk yang Tercinta
19
19. Aku Merindukanmu, Prapto
20
20. Serius
21
21. Kesetiaan Nirwana
22
22. Sudah Cantik, Nona
23
23. Ancaman dan Tawaran
24
24. Kerling dan Senyum
25
25. Cover Crop
26
26. Setan
27
27. Meskipun Hujan
28
28. Nasihat Pak Oscar
29
29. Pedagang Keliling
30
30. Ide
31
31. Kau Pilih yang Mana?
32
32. Orang Berpayung
33
33. Gerombolan Burung Melintas
34
34. Indah Sekali, Bos
35
35. Truk Amerika
36
36. Gotong Royong Dimulai
37
37. Kak Pinaka
38
38. Bisnis
39
39. Dawn
40
40. Penyelidikan Timo
41
41. Tiga Sayuran
42
42. Di Atas Langit Sana, Hujan Juga Turun
43
43. Kembali ke Mall
44
44. Petuah Nimo
45
45. Warna
46
46. Peresmian Bangunan Penampung Desa Kejora
47
47. Tiga Sayuran Datang
48
48. Memancing Ikan
49
49. Ke Rumah Pinaka
50
50. Hujan akan Turun
51
51. Masalah
52
52. Keheningan di Teras Pak Oscar
53
53. Kenyataan di Dalam Kertas Roti
54
54. Rencana Jahat Rini
55
55. Selamat Sore, Pinaka
56
56. Kecap Asin
57
57. Cinta, Rindu, dan Caping Bambu
58
58. Bos!
59
59. Akhir Pekan
60
60. Jawaban Prapto
61
61. Festival Memancing Ikan
62
62. Permintaan Pinaka
63
63. Tanah Kuno
64
6. Tiga Sesepuh
65
65. Ke Dalam Hutan
66
66. Tidak Pulang?
67
67. Petani yang Katanya Aneh
68
68. Polisi India
69
69. Rahul & Kajol
70
70. Rindu
71
71. Bola Tanah
72
72. Pohon Anggur
73
73. Hilang
74
74. Golek Kayu
75
75. Memilih Desain Rumah
76
76. Ujian Terakhir
77
77. Hati
78
78. Terpana
79
79. Hadiah dari Tiga Payung
80
80. Cinta yang Murni dan Membahagiakan
81
81. Undangan Pak Oscar
82
82. Membuat dan Mewarnai
83
83. Permintaan Pak Oscar
84
84. Tersenyum
85
85. Corak
86
86. Ungkapan Terima Kasih
87
87. Kuning Kemerahannya Langit Senja
88
88. Apa Bedanya, Bos?
89
90. Alunan Sendu Harmonika
90
91. Rindu dan Sedih
91
92. Mobil Tua Pak Oscar
92
93. Anting
93
94. Es Teh Lemon
94
95. Gandum dan Roti
95
96. Kebahagiaan
96
97. Aininda
97
98. Menjelang Festival Musim Panas
98
99. Menuju Balai Desa Kejora
99
100. Festival Musim Panas

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!