The Necromancer
Malam terasa begitu sunyi dan tenang, sekelompok orang sedang beraktivitas di dekat gerbang pintu utama bagian utara di Kota Farihiora.
"Apakah kita akan mendapat untung hari ini?"
"Ya. Seharusnya kita akan untung hanya dengan menjual mereka dengan harga yang mahal."
Di sudut gang, sekelompok orang yang membawa gerbong kereta kuda yang bermuatan berbagai macam ras yang ada, kedua lengan dan kaki dari masing-masing ras diikat menggunakan rantai, mereka tertawa terbahak-bahak.
Mereka berpikir dengan menjual Demi-humam akan membuat mereka kaya.
Apalagi mereka akan menjual Demi-human dengan harga tinggi jika kondisi tubuh mereka sehat sepenuhnya, tanpa ada sakit maupun cacat pada anggota tubuh mereka.
Itulah mengapa ekspresi mereka terlihat senang, mereka membayangkan kalau hari esok, dan hari-hari berikutnya dapat mereka gunakan sebagai hari dimana mereka menghamburkan uang mereka demi kesenangan semata.
"Ibu, aku takut!"
"Jangan khawatir, Nak. Kita akan baik-baik saja."
Di dalam kurungan, seorang anak kecil yang berasal dari Demi-human yang memiliki ekor dan telinga kelinci memeluk seorang wanita dewasa yang penampilannya serupa dengannya, yang diduga dia adalah ibu dari anak tersebut.
Ibunya mengelus kepala anaknya dengan lembut dan pelan, tersenyum dan mencoba untuk menenangkan anaknya agar tidak takut dan cemas atas keberadaan mereka.
Sebetulnya Ibunya tahu kalau mereka akan dijual di perdagangan budak. Apalagi dengan majikan yang akan menjadi Tuan mereka, Ibunya takut kalau mereka akan dipisahkan satu sama lain yang membuat mereka berada di kehidupan yang sulit daripada kehidupan biasa yang mereka jalani selama ini, seperti; dijadikan budak ****, dijadikan pekerja tanpa upah, serta dijadikan sebagai penarik pelanggan, Ibunya tahu kalau ras kelinci memiliki kelebihan pada tubuhnya yang seksi.
"Setelah kita keluar dari kota ini, kita akan kaya raya besok."
"Ya, kita akan berpesta ria sepuasnya esok malam."
Tepat ketika mereka tiba di dekat pintu utama gerbang Kota Farihiora, sebuah bayangan terlihat melewati bangunan tinggi yang mengarah ke arah mereka.
"Tidak secepat itu, Paman!"
"Siapa?"
"Tch... siapa kau? Keluarlah dan jangan bersembunyi!"
Dibalik suara yang terdengar muda, sekelompok orang panik atas ketahuannya rencana mereka dalam menangkap dan menyandera Demi-human untuk diperjualbelikan di luar kota, tanpa diketahui oleh Ksatria Kerajaan di Kota Farihiora.
"Keluar? Untuk apa aku melakukannya?"
"Kau..."
"Jangan pikir kau tidak mau keluar karena kau takut pada kami bukan?"
"Takut? Kenapa aku harus takut pada kalian?"
Suara yang seharusnya terlihat sudah tiada karena ejekan mereka, tidak menghilang sesuai perkiraan mereka, sebaliknya, suaranya seakan-akan semakin mengejek perkataan dari tiap-tiap orang yang mencoba untuk menghina dan merendahkan suara tersebut.
"Biar aku peringatkan satu hal pada kalian, Paman, tinggalkan dengan aman tanpa harus berhadapan denganku atau kalian ingin memilih jalur lain? Pilihan ada di tangan kalian!"
Dari balik kurungan besi, seorang pemuda muncul di depan mereka.
Mengenakan topeng besi bertanduk yang menyeramkan, pemuda itu berjalan tanpa rasa takut saat mendekati mereka.
"Tsk... aku pikir kau siapa? Ternyata hanya bocah yang ingin menjadi pahlawan ya."
"Pahlawan? Aku tidak menjadi pahlawan, sebaliknya, aku hanya pendosa sama seperti kalian."
"Pendosa? Jangan bercanda!"
"Itu benar. Kami melakukannya demi kebutuhan hidup sehari-hari sedangkan kau sendiri adalah sampah tak berguna."
Tidak mengatakan apapun pada perkataan mereka, sekilas pandangan sosok bertopeng besi bertanduk mengarahkannya ke langit-langit malam.
Cahaya bulan yang bersinar terang dengan indah di malam hari, awan yang sempat menutupi terangnya bulan, serta kesunyian yang berada di sekitar mereka, semuanya sesuai yang diinginkan oleh pemuda tersebut.
"Langit yang cerah bukan, Paman?"
"Cerah? Apa maksud—"
Belum selesai mengatakan apapun, pria bertubuh gemuk dengan kepala botak jatuh tergeletak di permukaan tanah.
Darah mengalir deras dari lehernya. Kepalanya yang terputus dari tubuhnya, dengan ekspresi takut di wajahnya membuat siapapun yang melihatnya merasa panik dan cemas pada apa yang akan dilakukan oleh sosok bertopeng itu pada mereka.
"Sejujurnya aku ingin menahannya sebaik mungkin, tapi kalian sendiri tidak memilih apapun jadi aku akan melenyapkan kalian dalam sekejap."
Dibalik topeng besi bertanduk yang menyeramkan, sepasang mata berwarna merah terang dapat dilihat oleh mereka.
Rasa takut, panik, cemas, dan benci menyelimuti hati dan pikiran mereka. Di satu sisi, mereka takut sesuatu yang buruk terjadi pada mereka. Tapi di sisi lain, mereka yakin itu hanya gertakan yang dapat dicegah dan diatasi dengan pengalaman mereka selama bekerja beberapa tahun sebagai penjual budak ilegal sekaligus petualang yang mereka jalani.
"Kalian, serang dan lawanlah dia!"
"Baik."
Pria bertubuh kurus dan berkulit putih menyuruh kedua rekannya, pria bertubuh gemuk dengan rambut panjang keriting yang mengenakan zirah dan senjata kapak besar, dan wanita yang membawa dua pisau belati dengan matanya yang sipit di wajahnya yang cantik, bersiap untuk mengepung dan menghabisi nyawa dari pemuda bertopeng besi.
"Aku akui kalian memiliki jiwa pemberani, tapi sayangnya... aku tidak sebaik yang kalian pikirkan."
Belum sempat melakukan apapun, pemuda yang seharusnya mereka serang berhasil melewatinya tanpa luka sedikitpun.
Meletakkan kedua pisau belati di pinggangnya, pemuda bertopeng besi menakutkan menatap ke langit-langit dan bergumam pada dirinya sendiri.
"Selamat tinggal, Manusia!"
Setelah kata-kata itu diberikan pada kedua orang yang menyerangnya tadi, tubuh mereka yang terpotong menjadi beberapa bagian membuat darah menyembul keluar kemana-mana dan genangan darah di permukaan tanah yang memenuhi tubuh mayat-mayat, serta jejak kaki dari pemuda itu juga terlihat.
"Kau... apakah kau monster atau iblis?"
"Monster? Iblis? Sayangnya aku tidak mirip dengan keduanya, sebaliknya, aku adalah seorang manusia yang memiliki banyak dosa di dalam diriku sendiri."
Sebelum ajalnya datang, pria bertubuh kurus dan berkulit putih terkejut pada penampilan wajah dibalik topeng besi yang dimiliki pemuda tersebut yang diperlihatkan sesaat, tersenyum padanya sambil merendahkannya seolah-olah menghina keberadaan pria yang terlihat ketakutan dihadapannya.
•••••
"Hei, apakah kau dengar tentang kejadian semalam?"
"Kejadian semalam?"
"Ya. Aku mendengar kalau pria iblis itu berhasil menangkap perdagangan budak ilegal dengan cara membunuh mereka."
"Apakah budak-budak yang dikurung dan disandera ikut tiada?"
"Tidak, mereka selamat dan dibebaskan."
Di tengah keramaian yang ada di Aula Guild Petualang, seorang pria dengan pakaian casual sedang menyeruput teh hijau hangat yang dinikmatinya di pagi hari.
"Menurut berita yang disampaikan oleh Ksatria Kerajaan, mereka dibebaskan karena mereka membutuhkan hak untuk hidup."
Sambil mendengarkan pembicaraan di tiap-tiap tempat yang ada, pria itu tanpa merasa risih menikmati apa yang sedang dilakukannya.
"Apakah kamu tidak penasaran atas apa yang terjadi semalam, Arthen?"
Tepat ketika hendak membalikkan halaman bukunya, seorang gadis mengejutkan pemuda yang sedang menikmati waktunya dengan membaca.
"Ya, aku penasaran."
"Benarkah?"
"Tentu. Lagipula siapa orang yang tidak penasaran terhadap penampilan yang ada dibalik topeng iblis tersebut."
Menyingkirkan salah satu lengan gadis yang menghentikannya membaca buku, Regard Arthen, pemuda itu melanjutkan kembali bacaannya yang sempat tertunda.
Gadis yang tahu kalau dia akan mengatakan itu padanya, duduk di sisinya dan tersenyum pada aktivitas biasa yang dijalani Regard selama ini.
"Aku harap mereka dapat tenang di alam sana."
"Mustahil. Jika mereka berbuat kebaikan, aku yakin mereka sudah masuk ke alam surga, begitupun sebaliknya."
"Kamu benar."
Menandai halaman yang dibaca, Regard menutup bukunya dan mengalihkan pandangannya ke arah sekitar untuk mengetahui apa yang sedang terjadi.
Kebanyakan dari petualang yang dilihatnya terlihat cemas, khawatir dan panik atas keberadaan dari sosok pria dengan topeng iblis besi yang diduga meresahkan penjahat manapun yang ada di Kota Farihiora.
Tiap kali kejahatan dilakukan, pria dengan topeng iblis akan melenyapkan nyawa mereka yang berdosa untuk kebaikan.
"Benar-benar menyebalkan sekali ya."
"Menyebalkan? Apa yang kamu maksud, Arthen?"
"Tidak ada."
Berdiri dari kursinya, Regard memutuskan untuk meninggalkan Aula Guild Petualang tanpa terganggu oleh tatapan mereka yang memperhatikan keberadaannya.
"Kemana kamu akan pergi, Arthen?"
"Aku akan pergi menyelesaikan misi. Ini, lihatlah!"
Menunjukkan selembar kertas yang terdapat misi yang dilakukan setiap petualang yang ada, gadis berambut pirang panjang yang mengikutinya terdiam saat membacanya.
Misi itu sendiri bukanlah misi mudah melainkan misi sulit. Misi yang mengharuskan petualang yang menerimanya melakukan penelusuran di reruntuhan yang belum terjamah oleh siapapun.
Kedengarannya sederhana dan mudah, tapi itu adalah sesuatu yang berbahaya bagi petualang manapun yang tahu tentang keberadaan misi tersebut. Kebanyakan dari petualang yang mengabaikan bahaya atas apa yang terjadi pada mereka, mereka akan berakhir tragis yang tidak diketahui oleh petualang lain.
Kebanyakan dari mereka pergi untuk melakukan misi, mereka tidak terlihat lagi usai mengerjakan misi tersebut yang dapat diartikan mereka telah tiada.
Singkatnya adalah misi yang diterima Regard bukanlah misi sembarang melainkan misi yang dapat merenggut nyawanya dalam sekejap mata bila dia lengah.
"Apakah kamu yakin ingin melakukan misi yang sulit seperti ini?"
"Ya."
"Tidakkah kamu seharusnya memikirkannya kembali untuk melakukannya?"
"Tidak perlu."
"Kenapa?"
Mendesah atas kekhawatiran dan kecemasan yang diarahkan pada dirinya, Regard merenung sejenak.
Memegang kepalanya, memejamkan matanya, dan mengatur nafas, Regard merasa bahwa dia harus menjelaskannya pada gadis di depannya sekarang atau dia akan menyesal.
"Dengarkan aku, Sasaki, aku melakukannya untuk kepentingan mereka, para petualang lain agar bisa menelusuri setiap tempat tanpa harus berhadapan dengan marabahaya yang menanti mereka."
"Apakah kamu yakin ingin melakukannya demi mereka?"
"Ya."
Menurut Sasaki, tujuan Regard sangat mulia dalam menjelajahi reruntuhan demi kepentingan mereka. Bahaya yang mengintai dirinya dibalik ketidaktahuan, monster-monster yang tidak dikenalnya, serta apakah ada iblis atau tidak di dalam reruntuhan tersebut, tujuannya benar-benar tidak berubah sama sekali.
"Bolehkah aku ikut denganmu?"
"Tidak, kau hanya akan menghalangi aku."
"Begitu ya."
Berjalan dalam posisi menundukkan kepalanya, Sasaki bersandar di dada milik Regard.
"Maaf bila aku mengatakan sesuatu yang menyinggung perasaanmu."
"Tidak. Justru akulah yang seharusnya meminta maaf padamu karena aku ingin ikut denganmu, padahal aku sendiri masih lemah darimu."
"Meminta maaf padaku?"
"Ya. Berkatmu, aku dapat menjalani kehidupan yang lebih baik sekarang."
Membayangkan tentang kehidupannya sebelum sekarang, Sasaki merasa kehidupannya dulu sebagai seorang budak dilepaskan dari majikannya dengan dibeli oleh Regard.
Tawar-menawar dilakukan oleh Regard dalam membeli keberadaan Sasaki. Apalagi nama yang dimiliki oleh Sasaki sebelumnya adalah Asahi. Asahi yang dulunya hidup sebagai seorang budak diharuskan melayani pengunjung yang mampir ke restoran dimana dia bekerja.
Permintaan aneh yang diminta oleh setiap pelanggan sangat tidak masuk akal untuk Asahi. Mulai dari meremas payudara miliknya, memegang bokongnya yang montok dan seksi, berpelukan dengannya, menyatakan cinta dan berpacaran dengannya, dan lain-lain sebagainya membuat Asahi hidup di dalam neraka kehidupan sehari-hari.
Jika Asahi menolaknya, dia akan disiksa oleh cambuk oleh tuannya yang akan membuat tubuhnya terluka atas apa yang terjadi yang menyebabkan trauma mendalam atas perlakuan majikannya terhadapnya.
Tapi, semuanya telah berlalu bagi Asahi.
Asahi yang dulu hidup sebagai seorang budak yang telah dibebaskan oleh Regard mengganti nama dan kehidupannya yang baru sebagai Sasaki.
"Terimakasih atas kebaikanmu, Arthen."
"Ya."
Selesai berpelukan satu sama lain, Sasaki menyudahinya dan tersenyum pada Regard dengan tulus menandakan bahwa dia rela membiarkan Regard pergi.
"Hati-hati dengan penelusuran yang kamu lakukan, Arthen."
"Ya, serahkan saja semuanya padaku."
"Ya, aku serahkan semuanya padamu."
Memandang kepergian Regard, Sasaki paham atas kehebatan dan kelebihan yang dimiliki oleh Regard Arthen, sang penyelamat hidupnya dari kehidupan neraka sebagai seorang budak.
Pernah beberapa kali, Sasaki diajak berpetualang bersama Regard yang membuat dia bertanya-tanya darimana kekuatan dan kemampuan yang dimiliki Regard selama ini.
Secara keseluruhan, Sasaki bingung atas kekuatan dan kemampuannya melebihi batas wajar yang berbeda dari manusia pada umumnya. Apalagi ada beberapa kemampuan yang diketahui oleh Sasaki yang sangat menyimpang dari kemampuan manusia lainnya seperti; menyembuhkan luka yang tidak dapat disembuhkan, membangkitkan orang yang sudah tiada, serta menjadikan mayat monster sebagai pelindung dan prajuritnya, semua itu tampak jelas di ingatan Sasaki yang dia sendiri masih tidak tahu seberapa menakutkan dan mengerikan Regard dalam segi kekuatan dan kemampuannya.
Walaupun Sasaki merasa takut pada keberadaannya, dia tetap memandang Regard sebagai pahlawan bukan iblis, yang berhasil merubah hidupnya yang lama, kehidupannya yang suram menjadi lebih baik di kehidupannya yang baru yang dijalaninya sekarang.
•••••
Matahari begitu menyilaukan di ketinggian langit diiringi dengan hembusan angin yang berhembus di sekitar, serta cuacanya yang terang membuat siapapun yang beraktivitas di siang hari merasa nyaman dan tenang tanpa terganggu oleh cuaca yang ada.
"Sepertinya kau berniat melakukannya ya, Bocah."
"Berhenti memanggilku seperti itu, Paman Veru!"
"Paman Veru? Seharusnya kau memanggilku dengan nama Veru. Apakah kau paham?"
"Tidak bisa."
"Kenapa tidak bisa?"
"Karena kau lebih tua dariku."
Menghela nafas panjang, Veru mendekati Regard yang berdiri di sisi gerbang.
Veru, seorang Ksatria Kerajaan yang berambut cokelat muda, mengenakan zirah perak di seluruh tubuhnya, dan pedang yang tersingkap di pinggangnya berhenti di sisi Regard.
"Apakah kau sudah tidak masalah dengan class yang kau miliki, Arthen?"
"Sejauh ini aku baik-baik saja."
"Benarkah?"
"Ya. Selama aku mendapatkan darah dan daging yang cukup, gejolak aneh di dalam tubuhku tidak dapat kurasakan saat ini.
Melihat ke kedua telapak tangannya, Regard ingat betapa sulitnya dia dalam mengendalikan kekuatan dan kemampuan yang dimilikinya di masa lalu.
"Syukurlah kalau begitu."
Menepuk bahu Regard, Veru dengan senyum kecilnya berjalan mendekatinya dan membisikkan sesuatu padanya.
"Aku ingin kau terus hidup, Arthen. Tidak peduli apakah orang-orang akan membencimu atau tidak saat tahu kau adalah Necromancer, aku akan tetap ada untuk menyemangati dirimu. Apakah kau paham?"
"Ya, aku paham. Terimakasih atas kata-katamu."
Usai mengatakan itu di dekat telinganya, Veru berjalan melewatinya dan menjauh dari Regard, tersenyum ringan padanya. Kemudian dia pergi meninggalkan Regard sendirian yang masih berdiam diri di tempatnya berada, dan melambaikan tangan padanya selama dia menjauh dari tempat Regard.
"Berjuang dan berhati-hatilah!"
Kata-kata itu sempat terdengar keras hingga mencapai telinga Regard.
Mendapatkan dukungan darinya, Regard tersenyum dan melangkahkan kakinya menuju ke luar gerbang pintu utama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
perakatheomega
mereka menjual mereka akan mereka menjadi kaya wkwk
2023-10-18
0
Manusia Biasa
Semangat kak, prolog yang menarik. Bahasa yang digunakan juga bagus, narasi di setiap dialog sangat pas. Kayak light novel
2023-05-13
0
ROY
up terus Thor,jangan berhenti sebelum tamt
2022-12-24
5