Malam terasa begitu sunyi dan tenang, sekelompok orang sedang beraktivitas di dekat gerbang pintu utama bagian utara di Kota Farihiora.
"Apakah kita akan mendapat untung hari ini?"
"Ya. Seharusnya kita akan untung hanya dengan menjual mereka dengan harga yang mahal."
Di sudut gang, sekelompok orang yang membawa gerbong kereta kuda yang bermuatan berbagai macam ras yang ada, kedua lengan dan kaki dari masing-masing ras diikat menggunakan rantai, mereka tertawa terbahak-bahak.
Mereka berpikir dengan menjual Demi-humam akan membuat mereka kaya.
Apalagi mereka akan menjual Demi-human dengan harga tinggi jika kondisi tubuh mereka sehat sepenuhnya, tanpa ada sakit maupun cacat pada anggota tubuh mereka.
Itulah mengapa ekspresi mereka terlihat senang, mereka membayangkan kalau hari esok, dan hari-hari berikutnya dapat mereka gunakan sebagai hari dimana mereka menghamburkan uang mereka demi kesenangan semata.
"Ibu, aku takut!"
"Jangan khawatir, Nak. Kita akan baik-baik saja."
Di dalam kurungan, seorang anak kecil yang berasal dari Demi-human yang memiliki ekor dan telinga kelinci memeluk seorang wanita dewasa yang penampilannya serupa dengannya, yang diduga dia adalah ibu dari anak tersebut.
Ibunya mengelus kepala anaknya dengan lembut dan pelan, tersenyum dan mencoba untuk menenangkan anaknya agar tidak takut dan cemas atas keberadaan mereka.
Sebetulnya Ibunya tahu kalau mereka akan dijual di perdagangan budak. Apalagi dengan majikan yang akan menjadi Tuan mereka, Ibunya takut kalau mereka akan dipisahkan satu sama lain yang membuat mereka berada di kehidupan yang sulit daripada kehidupan biasa yang mereka jalani selama ini, seperti; dijadikan budak ****, dijadikan pekerja tanpa upah, serta dijadikan sebagai penarik pelanggan, Ibunya tahu kalau ras kelinci memiliki kelebihan pada tubuhnya yang seksi.
"Setelah kita keluar dari kota ini, kita akan kaya raya besok."
"Ya, kita akan berpesta ria sepuasnya esok malam."
Tepat ketika mereka tiba di dekat pintu utama gerbang Kota Farihiora, sebuah bayangan terlihat melewati bangunan tinggi yang mengarah ke arah mereka.
"Tidak secepat itu, Paman!"
"Siapa?"
"Tch... siapa kau? Keluarlah dan jangan bersembunyi!"
Dibalik suara yang terdengar muda, sekelompok orang panik atas ketahuannya rencana mereka dalam menangkap dan menyandera Demi-human untuk diperjualbelikan di luar kota, tanpa diketahui oleh Ksatria Kerajaan di Kota Farihiora.
"Keluar? Untuk apa aku melakukannya?"
"Kau..."
"Jangan pikir kau tidak mau keluar karena kau takut pada kami bukan?"
"Takut? Kenapa aku harus takut pada kalian?"
Suara yang seharusnya terlihat sudah tiada karena ejekan mereka, tidak menghilang sesuai perkiraan mereka, sebaliknya, suaranya seakan-akan semakin mengejek perkataan dari tiap-tiap orang yang mencoba untuk menghina dan merendahkan suara tersebut.
"Biar aku peringatkan satu hal pada kalian, Paman, tinggalkan dengan aman tanpa harus berhadapan denganku atau kalian ingin memilih jalur lain? Pilihan ada di tangan kalian!"
Dari balik kurungan besi, seorang pemuda muncul di depan mereka.
Mengenakan topeng besi bertanduk yang menyeramkan, pemuda itu berjalan tanpa rasa takut saat mendekati mereka.
"Tsk... aku pikir kau siapa? Ternyata hanya bocah yang ingin menjadi pahlawan ya."
"Pahlawan? Aku tidak menjadi pahlawan, sebaliknya, aku hanya pendosa sama seperti kalian."
"Pendosa? Jangan bercanda!"
"Itu benar. Kami melakukannya demi kebutuhan hidup sehari-hari sedangkan kau sendiri adalah sampah tak berguna."
Tidak mengatakan apapun pada perkataan mereka, sekilas pandangan sosok bertopeng besi bertanduk mengarahkannya ke langit-langit malam.
Cahaya bulan yang bersinar terang dengan indah di malam hari, awan yang sempat menutupi terangnya bulan, serta kesunyian yang berada di sekitar mereka, semuanya sesuai yang diinginkan oleh pemuda tersebut.
"Langit yang cerah bukan, Paman?"
"Cerah? Apa maksud—"
Belum selesai mengatakan apapun, pria bertubuh gemuk dengan kepala botak jatuh tergeletak di permukaan tanah.
Darah mengalir deras dari lehernya. Kepalanya yang terputus dari tubuhnya, dengan ekspresi takut di wajahnya membuat siapapun yang melihatnya merasa panik dan cemas pada apa yang akan dilakukan oleh sosok bertopeng itu pada mereka.
"Sejujurnya aku ingin menahannya sebaik mungkin, tapi kalian sendiri tidak memilih apapun jadi aku akan melenyapkan kalian dalam sekejap."
Dibalik topeng besi bertanduk yang menyeramkan, sepasang mata berwarna merah terang dapat dilihat oleh mereka.
Rasa takut, panik, cemas, dan benci menyelimuti hati dan pikiran mereka. Di satu sisi, mereka takut sesuatu yang buruk terjadi pada mereka. Tapi di sisi lain, mereka yakin itu hanya gertakan yang dapat dicegah dan diatasi dengan pengalaman mereka selama bekerja beberapa tahun sebagai penjual budak ilegal sekaligus petualang yang mereka jalani.
"Kalian, serang dan lawanlah dia!"
"Baik."
Pria bertubuh kurus dan berkulit putih menyuruh kedua rekannya, pria bertubuh gemuk dengan rambut panjang keriting yang mengenakan zirah dan senjata kapak besar, dan wanita yang membawa dua pisau belati dengan matanya yang sipit di wajahnya yang cantik, bersiap untuk mengepung dan menghabisi nyawa dari pemuda bertopeng besi.
"Aku akui kalian memiliki jiwa pemberani, tapi sayangnya... aku tidak sebaik yang kalian pikirkan."
Belum sempat melakukan apapun, pemuda yang seharusnya mereka serang berhasil melewatinya tanpa luka sedikitpun.
Meletakkan kedua pisau belati di pinggangnya, pemuda bertopeng besi menakutkan menatap ke langit-langit dan bergumam pada dirinya sendiri.
"Selamat tinggal, Manusia!"
Setelah kata-kata itu diberikan pada kedua orang yang menyerangnya tadi, tubuh mereka yang terpotong menjadi beberapa bagian membuat darah menyembul keluar kemana-mana dan genangan darah di permukaan tanah yang memenuhi tubuh mayat-mayat, serta jejak kaki dari pemuda itu juga terlihat.
"Kau... apakah kau monster atau iblis?"
"Monster? Iblis? Sayangnya aku tidak mirip dengan keduanya, sebaliknya, aku adalah seorang manusia yang memiliki banyak dosa di dalam diriku sendiri."
Sebelum ajalnya datang, pria bertubuh kurus dan berkulit putih terkejut pada penampilan wajah dibalik topeng besi yang dimiliki pemuda tersebut yang diperlihatkan sesaat, tersenyum padanya sambil merendahkannya seolah-olah menghina keberadaan pria yang terlihat ketakutan dihadapannya.
•••••
"Hei, apakah kau dengar tentang kejadian semalam?"
"Kejadian semalam?"
"Ya. Aku mendengar kalau pria iblis itu berhasil menangkap perdagangan budak ilegal dengan cara membunuh mereka."
"Apakah budak-budak yang dikurung dan disandera ikut tiada?"
"Tidak, mereka selamat dan dibebaskan."
Di tengah keramaian yang ada di Aula Guild Petualang, seorang pria dengan pakaian casual sedang menyeruput teh hijau hangat yang dinikmatinya di pagi hari.
"Menurut berita yang disampaikan oleh Ksatria Kerajaan, mereka dibebaskan karena mereka membutuhkan hak untuk hidup."
Sambil mendengarkan pembicaraan di tiap-tiap tempat yang ada, pria itu tanpa merasa risih menikmati apa yang sedang dilakukannya.
"Apakah kamu tidak penasaran atas apa yang terjadi semalam, Arthen?"
Tepat ketika hendak membalikkan halaman bukunya, seorang gadis mengejutkan pemuda yang sedang menikmati waktunya dengan membaca.
"Ya, aku penasaran."
"Benarkah?"
"Tentu. Lagipula siapa orang yang tidak penasaran terhadap penampilan yang ada dibalik topeng iblis tersebut."
Menyingkirkan salah satu lengan gadis yang menghentikannya membaca buku, Regard Arthen, pemuda itu melanjutkan kembali bacaannya yang sempat tertunda.
Gadis yang tahu kalau dia akan mengatakan itu padanya, duduk di sisinya dan tersenyum pada aktivitas biasa yang dijalani Regard selama ini.
"Aku harap mereka dapat tenang di alam sana."
"Mustahil. Jika mereka berbuat kebaikan, aku yakin mereka sudah masuk ke alam surga, begitupun sebaliknya."
"Kamu benar."
Menandai halaman yang dibaca, Regard menutup bukunya dan mengalihkan pandangannya ke arah sekitar untuk mengetahui apa yang sedang terjadi.
Kebanyakan dari petualang yang dilihatnya terlihat cemas, khawatir dan panik atas keberadaan dari sosok pria dengan topeng iblis besi yang diduga meresahkan penjahat manapun yang ada di Kota Farihiora.
Tiap kali kejahatan dilakukan, pria dengan topeng iblis akan melenyapkan nyawa mereka yang berdosa untuk kebaikan.
"Benar-benar menyebalkan sekali ya."
"Menyebalkan? Apa yang kamu maksud, Arthen?"
"Tidak ada."
Berdiri dari kursinya, Regard memutuskan untuk meninggalkan Aula Guild Petualang tanpa terganggu oleh tatapan mereka yang memperhatikan keberadaannya.
"Kemana kamu akan pergi, Arthen?"
"Aku akan pergi menyelesaikan misi. Ini, lihatlah!"
Menunjukkan selembar kertas yang terdapat misi yang dilakukan setiap petualang yang ada, gadis berambut pirang panjang yang mengikutinya terdiam saat membacanya.
Misi itu sendiri bukanlah misi mudah melainkan misi sulit. Misi yang mengharuskan petualang yang menerimanya melakukan penelusuran di reruntuhan yang belum terjamah oleh siapapun.
Kedengarannya sederhana dan mudah, tapi itu adalah sesuatu yang berbahaya bagi petualang manapun yang tahu tentang keberadaan misi tersebut. Kebanyakan dari petualang yang mengabaikan bahaya atas apa yang terjadi pada mereka, mereka akan berakhir tragis yang tidak diketahui oleh petualang lain.
Kebanyakan dari mereka pergi untuk melakukan misi, mereka tidak terlihat lagi usai mengerjakan misi tersebut yang dapat diartikan mereka telah tiada.
Singkatnya adalah misi yang diterima Regard bukanlah misi sembarang melainkan misi yang dapat merenggut nyawanya dalam sekejap mata bila dia lengah.
"Apakah kamu yakin ingin melakukan misi yang sulit seperti ini?"
"Ya."
"Tidakkah kamu seharusnya memikirkannya kembali untuk melakukannya?"
"Tidak perlu."
"Kenapa?"
Mendesah atas kekhawatiran dan kecemasan yang diarahkan pada dirinya, Regard merenung sejenak.
Memegang kepalanya, memejamkan matanya, dan mengatur nafas, Regard merasa bahwa dia harus menjelaskannya pada gadis di depannya sekarang atau dia akan menyesal.
"Dengarkan aku, Sasaki, aku melakukannya untuk kepentingan mereka, para petualang lain agar bisa menelusuri setiap tempat tanpa harus berhadapan dengan marabahaya yang menanti mereka."
"Apakah kamu yakin ingin melakukannya demi mereka?"
"Ya."
Menurut Sasaki, tujuan Regard sangat mulia dalam menjelajahi reruntuhan demi kepentingan mereka. Bahaya yang mengintai dirinya dibalik ketidaktahuan, monster-monster yang tidak dikenalnya, serta apakah ada iblis atau tidak di dalam reruntuhan tersebut, tujuannya benar-benar tidak berubah sama sekali.
"Bolehkah aku ikut denganmu?"
"Tidak, kau hanya akan menghalangi aku."
"Begitu ya."
Berjalan dalam posisi menundukkan kepalanya, Sasaki bersandar di dada milik Regard.
"Maaf bila aku mengatakan sesuatu yang menyinggung perasaanmu."
"Tidak. Justru akulah yang seharusnya meminta maaf padamu karena aku ingin ikut denganmu, padahal aku sendiri masih lemah darimu."
"Meminta maaf padaku?"
"Ya. Berkatmu, aku dapat menjalani kehidupan yang lebih baik sekarang."
Membayangkan tentang kehidupannya sebelum sekarang, Sasaki merasa kehidupannya dulu sebagai seorang budak dilepaskan dari majikannya dengan dibeli oleh Regard.
Tawar-menawar dilakukan oleh Regard dalam membeli keberadaan Sasaki. Apalagi nama yang dimiliki oleh Sasaki sebelumnya adalah Asahi. Asahi yang dulunya hidup sebagai seorang budak diharuskan melayani pengunjung yang mampir ke restoran dimana dia bekerja.
Permintaan aneh yang diminta oleh setiap pelanggan sangat tidak masuk akal untuk Asahi. Mulai dari meremas payudara miliknya, memegang bokongnya yang montok dan seksi, berpelukan dengannya, menyatakan cinta dan berpacaran dengannya, dan lain-lain sebagainya membuat Asahi hidup di dalam neraka kehidupan sehari-hari.
Jika Asahi menolaknya, dia akan disiksa oleh cambuk oleh tuannya yang akan membuat tubuhnya terluka atas apa yang terjadi yang menyebabkan trauma mendalam atas perlakuan majikannya terhadapnya.
Tapi, semuanya telah berlalu bagi Asahi.
Asahi yang dulu hidup sebagai seorang budak yang telah dibebaskan oleh Regard mengganti nama dan kehidupannya yang baru sebagai Sasaki.
"Terimakasih atas kebaikanmu, Arthen."
"Ya."
Selesai berpelukan satu sama lain, Sasaki menyudahinya dan tersenyum pada Regard dengan tulus menandakan bahwa dia rela membiarkan Regard pergi.
"Hati-hati dengan penelusuran yang kamu lakukan, Arthen."
"Ya, serahkan saja semuanya padaku."
"Ya, aku serahkan semuanya padamu."
Memandang kepergian Regard, Sasaki paham atas kehebatan dan kelebihan yang dimiliki oleh Regard Arthen, sang penyelamat hidupnya dari kehidupan neraka sebagai seorang budak.
Pernah beberapa kali, Sasaki diajak berpetualang bersama Regard yang membuat dia bertanya-tanya darimana kekuatan dan kemampuan yang dimiliki Regard selama ini.
Secara keseluruhan, Sasaki bingung atas kekuatan dan kemampuannya melebihi batas wajar yang berbeda dari manusia pada umumnya. Apalagi ada beberapa kemampuan yang diketahui oleh Sasaki yang sangat menyimpang dari kemampuan manusia lainnya seperti; menyembuhkan luka yang tidak dapat disembuhkan, membangkitkan orang yang sudah tiada, serta menjadikan mayat monster sebagai pelindung dan prajuritnya, semua itu tampak jelas di ingatan Sasaki yang dia sendiri masih tidak tahu seberapa menakutkan dan mengerikan Regard dalam segi kekuatan dan kemampuannya.
Walaupun Sasaki merasa takut pada keberadaannya, dia tetap memandang Regard sebagai pahlawan bukan iblis, yang berhasil merubah hidupnya yang lama, kehidupannya yang suram menjadi lebih baik di kehidupannya yang baru yang dijalaninya sekarang.
•••••
Matahari begitu menyilaukan di ketinggian langit diiringi dengan hembusan angin yang berhembus di sekitar, serta cuacanya yang terang membuat siapapun yang beraktivitas di siang hari merasa nyaman dan tenang tanpa terganggu oleh cuaca yang ada.
"Sepertinya kau berniat melakukannya ya, Bocah."
"Berhenti memanggilku seperti itu, Paman Veru!"
"Paman Veru? Seharusnya kau memanggilku dengan nama Veru. Apakah kau paham?"
"Tidak bisa."
"Kenapa tidak bisa?"
"Karena kau lebih tua dariku."
Menghela nafas panjang, Veru mendekati Regard yang berdiri di sisi gerbang.
Veru, seorang Ksatria Kerajaan yang berambut cokelat muda, mengenakan zirah perak di seluruh tubuhnya, dan pedang yang tersingkap di pinggangnya berhenti di sisi Regard.
"Apakah kau sudah tidak masalah dengan class yang kau miliki, Arthen?"
"Sejauh ini aku baik-baik saja."
"Benarkah?"
"Ya. Selama aku mendapatkan darah dan daging yang cukup, gejolak aneh di dalam tubuhku tidak dapat kurasakan saat ini.
Melihat ke kedua telapak tangannya, Regard ingat betapa sulitnya dia dalam mengendalikan kekuatan dan kemampuan yang dimilikinya di masa lalu.
"Syukurlah kalau begitu."
Menepuk bahu Regard, Veru dengan senyum kecilnya berjalan mendekatinya dan membisikkan sesuatu padanya.
"Aku ingin kau terus hidup, Arthen. Tidak peduli apakah orang-orang akan membencimu atau tidak saat tahu kau adalah Necromancer, aku akan tetap ada untuk menyemangati dirimu. Apakah kau paham?"
"Ya, aku paham. Terimakasih atas kata-katamu."
Usai mengatakan itu di dekat telinganya, Veru berjalan melewatinya dan menjauh dari Regard, tersenyum ringan padanya. Kemudian dia pergi meninggalkan Regard sendirian yang masih berdiam diri di tempatnya berada, dan melambaikan tangan padanya selama dia menjauh dari tempat Regard.
"Berjuang dan berhati-hatilah!"
Kata-kata itu sempat terdengar keras hingga mencapai telinga Regard.
Mendapatkan dukungan darinya, Regard tersenyum dan melangkahkan kakinya menuju ke luar gerbang pintu utama.
Di sepanjang jalan di tengah hutan, seorang pria dengan pakaian casual memperhatikan area sekitar dengan serius.
Pandangannya yang mengitari pepohonan, semak-semak, dan ranting-ranting pohon, semuanya dilakukan untuk berjaga-jaga takut ada monster yang dapat mencelakainya.
"Biar aku ingat terlebih dahulu, reruntuhan yang dimaksud oleh orang-orang. Kalau tidak salah, reruntuhan itu berada di sekitar hutan ini."
Terdiam sejenak sambil berpikir dan merenung, Regard mencoba mengingat informasi yang didapatnya sebelum tiba di hutan ini.
Beberapa saat yang lalu.
Diluar Kota Farihiora, sebuah ladang hijau dengan pepohonan yang minim dan tidak ada satupun monster yang berada di tempat itu, kebanyakan para petualang sedang berkumpul bersama rekan-rekannya untuk bersiap melakukan misi yang akan mereka lakukan.
"Permisi, bolehkah aku tanya sesuatu padamu?"
"Ya. Apa yang ingin kau tanyakan, Nak?"
"Apakah kau tahu dimana Reruntuhan Sylvia berada?"
"Reruntuhan Sylvia? Aku belum pernah mendengarnya."
"Begitu ya. Terimakasih dan maaf mengganggu waktumu."
"Tidak apa-apa. Kami tidak keberatan sama sekali."
Tidak mendapatkan satu informasi dari satu kelompok petualang, Regard mencoba melanjutkannya dengan bertanya pada kelompok petualang lainnya.
Sekitar beberapa menit, dia menanyakan hal yang sama pada mereka, mereka sama sekali tidak tahu apapun tentang Reruntuhan Sylvia.
"Permisi, apakah aku boleh tanya sesuatu padamu?"
"Ya. Apa yang ingin kamu tanyakan pada kami, Nak?"
"Aku ingin tahu dimana Reruntuhan Sylvia berada. Apakah kalian tahu dimana tempatnya?"
"Reruntuhan Sylvia? Maaf, aku tidak tahu."
"Aku juga."
"Aku pun sama."
Meskipun hanya tersisa satu kelompok petualang yang tersisa untuk ditanya, harapan Regard ialah dia dapat menemukan informasi seminim mungkin tentang keberadaan Reruntuhan Sylvia.
Meskipun dia sudah tahu berdasarkan informasi dari kertas, dia sengaja bertanya pada mereka untuk berjaga-jaga agar dia tidak terlalu mempercayai informasi dari misi yang diambilnya.
Alasan Regard tidak terlalu mempercayai informasi dari misi yang diambilnya ialah dia takut kalau itu adalah informasi minim yang dapat membuatnya terjebak di tempat yang tidak diketahui, yang dapat berakibat fatal pada kehidupannya.
Itulah mengapa tindakan tambahan dibutuhkan karena itu berguna untuk berjaga-jaga kalau informasi di misi yang diambilnya salah atau keliru dalam memberikan informasi pada petualang yang mengambil misinya, Regard bisa selamat dari kekeliruan tersebut.
"Reruntuhan Sylvia? Aku rasa aku pernah mendengarnya."
"Benarkah?"
Di dalam kelompok petualang yang Regard duga tidak ada harapan lagi, salah seorang pria yang mengenakan sarung tangan besi di kedua tangannya, serta helm di kepalanya mengatakan sesuatu yang mengejutkan bagi dirinya dan orang-orang di sekitarnya.
"Kalau tidak salah, Reruntuhan Sylvia berada di Hutan Milant."
"Hutan Milant?"
"Aku pernah mendengar nama hutan itu."
"Ya, aku juga."
"Aku pun sama."
Merenungkan perkataan dari temannya yang seorang pria dengan sarung tangan besi dan helm di kepalanya, teman-temannya ikut memikirkan apa yang dikatakan oleh orang-orang yang pernah menjelajahi Hutan Milant sebelumnya.
"Apakah sesuatu yang buruk pernah terjadi di Hutan Milant?"
"Entahlah... aku tidak tahu, tapi aku mendengar ini dari beberapa rumor petualang yang pernah menginjakkan kaki di Hutan Milant."
"Ya. Mereka mengatakan pada kami bahwa Hutan Milant adalah hutan terlarang yang menyeramkan bila dimasuki oleh petualang lain."
"Seingat aku, Hutan Milant terdapat monster berbahaya yang menakutkan dan menyeramkan."
Mendengar dengan seksama tanpa rasa takut di wajah dan sikapnya, orang-orang yang mengatakan itu padanya merasa bingung dan heran.
"Apakah kau tidak takut?"
"Itu benar. Siapapun yang mendengarnya seharusnya takut, tapi kamu tidak takut ya, Nak."
"I-itu... karena aku pernah mengalami sesuatu yang lebih menakutkan daripada cerita kalian."
"Sesuatu yang menakutkan?"
"Ya."
Merasa tertarik pada kata-kata Regard, sekelompok petualang saling bertukar pandang dan mengangguk, mereka mulai mendekati Regard dengan wajah antusias yang tinggi yang mereka perlihatkan padanya.
Salah satu wanita dengan penampilan seperti penyihir memegang lengan kanannya, salah satu wanita berpakaian pendeta memegang kedua pundaknya dari depan, sisanya yaitu dua orang pria yang satunya mengenakan helm dan sarung tangan yang memegang punggung Regard, dan pria bertubuh kekar dan berotot yang mengenakan seluruh zirah di tubuhnya berada di sisi kiri Regard, keempatnya saling berdekatan.
"Bolehkah kami tahu tentang sesuatu yang lebih seram dari Hutan Milant?"
"Ya. Sederhananya aku hampir mati pada saat itu. Tapi karena aku berada di ambang kematian, aku sempat berpikir bahwa aku akan mati. Namun pada kenyataannya, aku telah selamat dan hidup berkat seseorang yang menolong aku."
"Seseorang?"
"Apakah dia adalah orang yang kuat?"
"Siapa yang berani membunuhmu, Nak?"
Mengangkat tangannya dan tersenyum kaku, keringat sempat mengalir di wajah Regard karena betapa banyaknya pertanyaan yang sengaja mereka lemparkan terhadapnya membuatnya bingung untuk menjawab rentetan pertanyaan dari mereka.
"Stahark, dia adalah monster yang menghancurkan desa aku, Desa Elforia."
"Stahark?"
"Mustahil."
"Ini bohong kan?"
Tatapan terkejut terlihat di ekspresi mereka.
Mereka tentu tahu tentang nama dari Stahark, monster yang keberadaannya setara dengan Iblis tingkat atas yang mampu menghancurkan desa maupun kota dalam semalam tanpa sisa sedikitpun. Tidak hanya itu, kebanyakan dari orang-orang yang dijadikan korban, mereka akan lenyap keberadaannya tanpa ada yang tersisa dari jasad mereka di muka bumi.
Itulah kekejaman dan ketakutan yang Stahark perlihatkan kepada manusia.
"Bagaimana kamu bisa selamat darinya, Nak?"
"Pahlawan. Dia telah menyelamatkan aku dan mengusir Stahark."
"Pahlawan?"
"Ya. Aku sempat bertemu dengannya sesaat. Rambutnya berwarna perak, tubuhnya yang gagah, serta wajahnya yang tampan benar-benar membuat aku yakin dia adalah pria keren yang mampu menyelamatkan aku dari amukan Stahark."
Mendengar dengan seksama dari perkataan Regard, orang-orang mengangguk paham pada ceritanya.
Memang benar bahwa Stahark adalah iblis tingkat tinggi yang keberadaannya berbahaya dan menakutkan bagi manusia manapun. Meskipun menakutkan dan berbahaya, dia tetap dapat dikalahkan oleh seorang pahlawan yang datang untuk menyelamatkan dunia.
"Hanya itu yang terjadi padaku."
Selesai mengatakan itu pada mereka, wajah Regard terkejut atas ekspresi yang mereka perlihatkan padanya.
Ekspresi yang mereka perlihatkan ialah sedih atas apa yang terjadi pada kehidupan Regard sebelumnya. Kehidupan dimana dia harus sebisa mungkin bertahan hidup dari amukan Stahark yang telah membinasakan seluruh penduduk di desa miliknya, Desa Elforia.
"Nak, kamu sudah melewati masa-masa sulit."
"Itu benar."
"Bahkan kami, orang dewasa tidak tega melihat anak sepertimu harus mengalami hal seperti itu."
Rasa simpati yang mereka berikan padanya, Regard tentu paham atas perasaan tulus mereka terhadapnya jadi ia hanya menampilkan senyum kecil di wajahnya sebagai ucapan terimakasih atas kebaikan dan kepedulian mereka terhadapnya.
Menurut Regard, orang-orang akan merasa kasihan pada mereka yang tertimpa musibah dari iblis yang menyerang kota maupun desa mereka. Apalagi jika itu merenggut banyak nyawa, mereka pasti akan bersedih sama seperti dirinya di masa lalu yang telah kehilangan banyak hal.
•••••
"Yah, setidaknya aku sudah tahu lokasinya."
"Tapi..."
Setelah berjalan beberapa langkah di kedalaman hutan, langkah kakinya terhenti.
Dari kejauhan Regard merasa ada sesuatu yang mengikutinya. Entah apakah itu monster, iblis atau manusia, dia bingung dan heran atas keberadaannya yang jauh dari dirinya yang sulit untuk diketahui siapa yang berani mengikutinya.
"Keluarlah!"
Tidak ada tanda-tanda bahwa dia akan keluar jadi Regard menekan suaranya selama berteriak.
"Cepat keluar atau kau akan aku bunuh!"
"....."
Satu-persatu dari mereka keluar dari tempat yang jauh dari dirinya berada.
Masing-masing dari mereka memiliki bentuk yang sama seperti manusia namun tubuh mereka terlihat seperti boneka berjalan yang terdapat benang tipis di udara.
Marionette ya.
Mengambil pedang dan bersiap-siap untuk kejadian tak terduga, pandangannya mengarah ke sekitar untuk memastikan kemana benang tipis yang terhubung dengan tubuh mereka pergi.
Tidak ada? Mustahil.
Tanpa menunggu lama, sekelompok orang mulai menerjang ke arahnya.
Mulai dari pria bertubuh kekar, dia dengan tinju dan tendangan yang kuat mengenai tubuh Regard yang membuatnya mundur beberapa langkah lalu terpental ketika terkena tendangan yang kuat darinya. Dilanjutkan dengan wanita bertelinga runcing yang panjang dengan seragam hitam yang dikenakannya, dia mengangkat salah satu lengannya dan mengeluarkan Wind Blade dari udara hampa untuk bersiap menghunuskan pedangnya ke tubuh Regard.
Di ujung pedang, pusaran angin dapat dilihat yang sudah siap untuk membuat lubang pada tubuh Regard.
"Begitu rupanya ya. Aku mengerti sekarang."
Sekilas, Regard mulai paham mengapa Hutan Milant dianggap berbahaya sehingga banyak orang melarangnya masuk.
Bukan karena monster maupun iblis, tapi semua itu karena keberadaan Marionette yang siap menyerang mereka disaat mereka lengah.
"....."
Tepat ketika Wind Blade menusuk tubuh Regard, pusaran angin berkekuatan tinggi mampu membuat lubang di tubuhnya yang dapat mengeluarkan darahnya dalam jumlah banyak, Regard memuntahkan darahnya.
Apakah aku akan mati?
Pandangannya terasa samar-samar. Tubuhnya terasa berat dan kepalanya yang terasa pusing membuat Regard memejamkan matanya.
Mendekati tubuh Regard, kedua boneka Marionette memeriksa dengan seksama apakah dia sudah mati atau belum.
Setelah memastikan bahwa dia sudah tiada, mereka pun pergi dan menghilang dalam sekejap dari tempat mereka berada sebelumnya.
Sudah kuduga, mereka benar-benar bodoh ya.
Bangkit dari tidurnya, Regard memegang perutnya dan menahannya dengan salah satu lengannya.
Tak hanya menahan lukanya, tangannya juga sempat dialirkan element kegelapan untuk dapat menyembuhkan tubuhnya yang terluka parah dalam sekejap.
Hasilnya dapat dilihat dengan jelas. Mulai dari darah yang sebelumnya terus-menerus keluar sekarang berhenti, lubang besar yang sebelumnya tercipta perlahan-lahan mulai menyatu dan menghilang, serta bekas dari luka telah sepenuhnya sirna dari tubuhnya.
Semuanya tampak seperti mimpi bagi Regard namun tetap menyisakan rasa sakit yang dapat dia rasakan saat ini.
"Aku harap mereka sudah pergi."
Tanpa berlama-lama lagi, Regard dengan segera meninggalkan tempatnya.
•••••
Regard POV
Aku harap ini adalah tempatnya.
Di kedalaman hutan, aku menemukan sebuah bangunan yang sebagiannya telah tertanam oleh tanah dan lumut, serta pintu masuk yang mengarah ke bawah.
Aku penasaran mengapa ada reruntuhan di tempat seperti ini?
Apakah ini dibuat berdasarkan informasi yang ada atau ini baru saja dibuat untuk menjebak seseorang?
Mari periksa terlebih dahulu.
Menuruni beberapa tangga, aku melihat ukiran yang terdapat di kedua sisi bangunan yang ada di tangga.
Ukiran yang menggambarkan sesuatu seperti pemberontakan, peperangan, dan pengurungan.
Pengurungan ya.
Kalau tidak salah ingat, Ayah dan Ibu pernah mengatakan bahwa lukisan yang berada di reruntuhan mengartikan kisah yang sesungguhnya dibalik penyebab reruntuhan ini berada.
Dengan kata lain, reruntuhan ini adalah tempat dimana seseorang dikurung di dalamnya?
Menarik.
Menelusuri setiap ruangan yang sebagian telah hancur, aku tidak menemukan apapun. Baik itu harta, jejak, petunjuk, semuanya tidak ada satupun di ruangan yang aku telusuri.
"....."
Bau ini....
Menghentikan langkah kakiku, samar-samar aku dapat merasakan hawa keberadaan monster di dalam reruntuhan yang mendekat ke arahku.
"Dark Eye."
Seluruh ruangan yang sebelumnya putih berubah menjadi gelap.
Di ruangan yang jauh berada di depan, segerombolan monster yang aku duga mereka adalah Traho mulai mendekat dalam jumlah banyak.
Sepertinya ini akan menjadi pertarungan yang menarik.
Menghilangkan pedang di lengan kananku, aku mengubah kabut hitam di tangan kanan menjadi [Black Sword] yang dapat aku banggakan saat ini.
Sebelum aku menggunakan kabut hitam untuk mengubahnya menjadi [Black Sword], aku mengaktifkan [Change Weapon], kemampuan untuk memanipulasi kegelapan agar aku ubah menjadi senjata yang kuinginkan, aku mengubahnya menjadi [Black Sword], pedang hitam legam yang ada di tanganku sekarang.
Pakaian yang aku kenakan sebelumnya yaitu pakaian kasual telah berubah menjadi jubah hitam yang menutupi seluruh pakaian kasual di dalamnya, kepalaku yang awalnya tidak tertutup memperlihatkan rambut dan wajahku sekarang telah tertutup oleh tudung jubah dan topeng besi bertanduk.
"Baiklah. Mari kita mulai pertarungannya."
•••••
Suara pertarungan terdengar memekikkan telinga manapun yang mendengarnya.
Bunyi dari adu besi antara pedang Black Sword dan cakar Traho membuat bunga api dapat terlihat di dalam kegelapan yang minim akan cahaya dari sela-sela reruntuhan.
"Enyahlah!"
Tanpa menunggu kesempatan untuk Traho berhasil mengenai tubuhnya, Regard dengan kuat menendang tubuh Traho yang tak terlihat dengan Dark Eye miliknya yang menyebabkan tubuhnya terpental jauh dari tempatnya berada.
Mengubah Black Sword menjadi Dual Knife menggunakan Change Weapon, Regard melemparkan pisau hitamnya ke kawanan Traho yang masih mengejarnya.
Pisau hitam yang mengenai tubuh Traho membuat pergerakan mereka melambat lalu terjatuh di permukaan tanah.
Menurut Regard, itu kejadian alami yang dimiliki oleh Traho. Terlepas dari pisau itu hanya pisau belati hitam biasa, Regard juga sempat menambahkan racun menggunakan kemampuannya yang dia dapatkan sebelumnya, Death Poison yang menyebabkan Traho mati dalam hitungan beberapa detik.
Death Poison, racun tingkat tinggi yang dilapisi di setiap senjata yang mampu membunuh siapapun yang terkena tebasan dari senjata tersebut, mereka akan tiada dalam hitungan beberapa detik.
Lemah.
Melemparkan rentetan pisau lagi pada Traho yang tersisa, Traho dalam sekejap tumbang di dekatnya.
Tubuhnya yang sebelumnya transparan telah terlihat sepenuhnya oleh Regard jadi dia mendekati Traho dan mengambil beberapa kebutuhan berupa kulit dan taringnya untuk diberikan kepada Guild Petualang usai dia menyelesaikan misinya nanti.
Tak lupa untuk mengambil darahnya, Regard menuangkan darah Traho ke dalam botol kaca kecil untuk dia netralisir racun yang dia buat agar dia bisa meminumnya tanpa khawatir akan racun yang dikonsumsinya nanti.
Selesai melakukannya, dia melanjutkan perjalanan menuju ruangan berikutnya.
Ruangan menurun lagi ya.
Memperhatikan tangga yang terus menurun, Regard dengan kesal menggaruk rambutnya memutuskan untuk turun ke bawah ke kedalaman reruntuhan.
Setiap kali Regard menelusuri ruangan, ia selalu bertemu dengan monster baru yang tidak dikenalnya.
Mulai dari cacing besar yang mampu berkamuflase menjadi dinding, kupu-kupu yang mampu membaur dengan kegelapan, kadal dan katak yang mampu membuat siapapun yang terkena serangannya berubah menjadi batu lalu pecah, serta kalajengking yang mampu membuat racun menyebar hanya dengan menembakkannya pada musuhnya, semua itu adalah monster asing untuknya.
"Berapa banyak mereka di reruntuhan ini?"
Kesal atas ketidaktahuannya dalam menjelajahi reruntuhan di kedalaman, Regard mengambil botol kecil berisikan darah untuk diminumnya.
Dikarenakan dia berada di pertengahan lantai, dia membuat beberapa bebatuan kaca di sekelilingnya, dan penjaga berupa [Skeleton Knight] untuk mengawasi kondisi diluar.
"Apakah mereka membuatnya untuk menyegel seseorang ataukah ada alasan lain mengapa mereka melakukannya?"
Masih tidak tahu atas apa maksud dari reruntuhan ini dibuat, kepala Regard mendongak ke langit-langit reruntuhan.
Di atas langit terlihat jelas kalau bebatuan berupa bijih material dapat ditemukan. Apalagi karena dia dulu tahu kualitas bijih material yang bagus atau tidak, ia memutuskan untuk mengambil beberapa dari mereka untuk digunakannya dalam keadaan terdesak.
•••••
Regard POV
"....."
Terhenti sejenak, aku melihat ruangan yang ada di depan yang terlihat berbeda dari ruangan lainnya.
Aneh sekali.
"Kenapa ada ruangan berbeda di tempat ini?"
Merasa ada yang tidak beres, aku mengambil Dual Knife dari balik penyimpanan tas di belakang untuk dilemparkan ke kedua patung yang ada di sisi ruangan.
Tidak ada tanda-tanda kalau mereka bergerak.
Itu bagus, namun aku masih meragukannya.
Jika aku maju dan membuka pintu, aku yakin mereka akan bergerak untuk mencegah aku membuka pintu ruangan, yang artinya ini adalah jebakan yang sudah disiapkan dan dipasang untuk orang sepertiku. Apabila aku lengah, aku akan tiada untuk kedua kalinya di dunia ini.
"Huh... baiklah. Sepertinya tidak ada pilihan lain."
Berjongkok dan meletakkan tanganku di atas permukaan tanah, aku memusatkan mana dalam pikiran pada lenganku.
Mungkin ini akan membutuhkan waktu sedikit lebih lama.
Membayangkan apa yang menurutku perlu dilakukan, aku membuka mata dan melihat hasilnya.
Tidak terlalu buruk.
Penampilan yang ada di depanku bisa dikatakan cukup sempurna jika dilihat dari segi tampilan.
Mengenai kemampuan dan kekuatan, aku tambahkan beberapa ke dalam tubuhku untuk mengetahui apakah ruangan itu jebakan atau tidak.
Yah, untuk berjaga-jaga kalau ada apa-apa, aku juga menyiapkan alat tambahan yaitu [Destruction] untuk dirinya berubah menjadi peledak berskala besar.
"Baiklah. Maju sekarang!"
Mengikuti perintahku, dia maju ke arah ruangan yang terdapat kedua patung di kedua sisi ruangan.
•••••
Dentuman terdengar keras memenuhi seisi ruangan.
Dibalik debu berhamburan, seorang pria dengan jubah dan tudung jubah hitam di kepalanya terjatuh dari ketinggian akibat ledakan yang dibuat oleh monster yang menahannya.
"Sial. Kenapa ini bisa terjadi!?"
Mengingat kembali ke kejadian sebelumnya, awalnya pria itu berpikir kalau rencananya telah sukses, namun dia telah salah memperkirakannya.
Beberapa saat yang lalu.
"Aku mengandalkan dirimu, Bayanganku!"
Bersembunyi dibalik pilar batu besar yang menyangga ruangan, tatapan pria itu, Regard tertuju pada bayangan yang mengarah mendekati ruangan yang terdapat dua patung di kedua sisi ruangan yang memiliki penampilan seperti Hellhound.
Tidak terjadi apa-apa ya.
Mendekati pintu dan berniat untuk membukanya, kedua patung di kedua sisi ruangan terdengar bunyi retakan lalu pecah dan berubah menjadi sosok Hellhound yang melompat ke depan Regard.
"Sudah kuduga mereka akan hidup begitu aku mendekatinya."
Melihat dari kejauhan, dugaan Regard benar. Kedua patung Hellhound yang sebelumnya tidak bergerak, bergerak untuk menyerangnya, yang dapat diartikan bahwa di dalam ruangan yang terdapat kedua patung Hellhound, ada rahasia yang tersembunyi dibalik semuanya. Rahasia itu sendiri Regard yakin ada kaitannya dengan lukisan yang ditemuinya selama dia memasuki Reruntuhan Sylvia.
Di dekat pintu ruangan, Regard yang di kedua lengannya memunculkan [Black Sword] dan mengubah penampilan kasualnya usai melakukan istirahat sejenak sebelumnya, ia bersiap untuk menerjang langsung ke arah salah satu Hellhound.
Hellhound yang tahu bahwa dia akan menerjang langsung, bersiap untuk menebasnya dengan cakarnya.
Menghindari cakarnya, Regard dengan cepat menebas udara ke arah Hellhound.
Kabut hitam yang sebelumnya terlihat di ujung pedang mengenai tubuh Hellhound, membuat Hellhound sedikit kesakitan atas lukanya.
Apakah berhasil?
Dalam sekejap, Hellhound yang terdiam di tempatnya bergegas menyerang Regard.
Mulutnya yang awalnya terbuka memunculkan partikel kecil dengan warna merah darah yang perlahan-lahan membentuk menjadi bola besar. Setelah membesar di mulutnya, Hellhound dengan segera menggigitnya lalu mengarahkan serangannya pada Regard.
Itu adalah Blood Shooter yang mampu merusak tubuh siapapun yang terkena serangannya dalam sekejap dapat binasa.
(Blood Shooter, tembakan yang dihasilkan dari bola-bola kecil yang perlahan membesar, digigit lalu ditembakkan yang mampu menyebabkan musuh yang terkena serangannya akan lenyap jiwanya keluar dari jasadnya, serta akan hancur jasadnya usai roh tersebut pergi ke alam lain)
Mengabaikan gerakan kakinya, Regard dengan segera melayang di udara dan menghilang dalam sekejap untuk segera menghindar dari tembakan yang dilakukan oleh Hellhound satunya terhadapnya.
Meskipun dia berhasil menghindar darinya, dia sempat terkena sedikit serangan dari Blood Shooter yang dapat membuat jiwanya sedikit tertarik keluar dari tubuhnya namun sempat ditahannya berkat kekuatan dan kemampuannya sendiri.
Sial. Mereka begitu kuat sekali.
Memperhatikan kondisi Hellhound yang terkena serangannya, Regard menduga bahwa pertahanan yang dimiliki oleh kedua Hellhound cukup tinggi sehingga sulit untuk ditembus dengan cara biasa.
Apalagi luka yang diterima sebelumnya oleh Black Sword dapat disembuhkan dengan mudah menggunakan Booster Heal yang membuat lukanya sembuh dalam sekejap.
Booster Heal, penyembuhan instan yang dihasilkan dari luka-luka ringan maupun fatal, pengguna dapat melakukannya dengan mana sedikit di dalam tubuhnya jadi aman untuk mengirit mana dalam jumlah banyak di pemakaian kemampuan ini.
Kedua Hellhound mengerang dan membungkukkan tubuhnya. Di keempat kakinya di kedua Hellhound terdapat percikan kilat yang dapat dilihat oleh Regard.
Ini gawat!
Mengaktifkan pelindung dari kegelapan miliknya, Regard menggunakan Dark Shield di sekitar tubuhnya. Dia juga sempat mengaktifkan Acceleration untuk dapat bergerak cepat demi menghindari serangan yang akan dilakukan oleh kedua Hellhound padanya.
(Dark Shield, pelindung berwarna hitam yang memiliki penampilan seperti kabut hitam tebal yang mengitari tubuh pengguna, pelindung ini mampu tahan dari serangan fisik maupun sihir jadi berguna untuk kondisi apapun, namun lemah terhadap serangan yang bersifat penyucian dan netral. Dark Shield termasuk dalam kategori yang sama seperti senjata yang ada di Change Weapon jadi memudahkan si pengguna untuk menggunakannya)
(Acceleration, kecepatan dalam bergerak dan berpindah tempat dengan mudah secara singkat, ini berguna tanpa perlu menggunakan mana melainkan kondisi fisik yang harus dapat beradaptasi atas kecepatan yang dapat digunakan sebaik mungkin)
"Raaaaaarrrrh!"
Kedua Hellhound berteriak keras lalu menerjang langsung ke arah Regard.
Regard tersenyum percaya diri melompat mundur dari tempatnya berada. Namun ketika dia mundur, salah satu Hellhound menghilang dan muncul tepat di belakangnya.
Di cakarnya terdapat percikan kilat yang siap untuk merobek tubuhnya.
Mustahil. Bagaimana mungkin dia bisa secepat itu?
Sebelum cakarnya mengenai tubuh Regard, dia dengan segera menghilang di tempatnya dan muncul di kejauhan.
Keringat sempat membasahi tubuh dan pakaiannya karena ia sudah menduga bahwa mereka dapat bergerak cepat, dia mampu menyelamatkan dirinya.
Seandainya Regard ceroboh dengan menganggap mereka lemah, dia akan mati oleh kedua Hellhound yang siap untuk mencabik-cabik tubuhnya.
Sepertinya ini akan menjadi situasi hidup dan mati ya.
Melepaskan Dark Shield di sekitarnya, Regard memfokuskan diri untuk menyerangnya.
Dalam sekejap udara di sekitar Regard terasa meningkat. Percikan kilat, mana berwarna kegelapan yang sempat terlihat di kedua kakinya, dan sepasang matanya berwarna hitam mulai terlihat jelas dari penampilannya. Di belakang punggungnya, sepasang sayap hitam mulai tumbuh dan mengepakkan sayapnya di udara kosong, begitupun sepasang tanduk yang mulai muncul di kepalanya.
Demon Mode.
Dalam bentuk yang menakutkan dan mengerikan, Regard telah mengaktifkan kemampuan terkuatnya Demon Mode.
(Dalam Demon Mode dia akan baik-baik saja tanpa ada yang dapat melukai tubuhnya, tapi sebagai gantinya dia harus merasakan emosi negatif yang meluap-luap dari dalam hatinya sendiri. Tak hanya emosi negatif yang meluap-luap dari dalam hati, Regard juga akan merasakan rasa lapar yang sangat kuat yang tak tertahankan yang tidak dapat mengenyangkan perutnya sendiri dari rasa haus akan darah.
Demon Mode, mode iblis yang tidak dapat dilukai baik fisik maupun sihir, serangan apapun tidak berefek pada Demon Mode melainkan hanya satu, sihir penyucian yang mampu mengalahkannya. Dalam kemampuan tersebut; serangan, kecepatan, kekuatan meningkat drastis hingga batas maksimal, tapi sebagai gantinya pengguna harus diselimuti oleh emosi negatif dalam dirinya untuk dapat menggunakan kemampuan Demon Mode)
"....."
Menghilang dalam sekejap, kedua Hellhound memperhatikan sekeliling untuk memastikan dimana Regard berada.
"Matilah, Makhluk Rendahan!"
Dalam kekuatan yang hebat yang besar, salah satu Hellhound yang terkena tembakan dari Dark Lance milik Regard meringis kesakitan.
(Dark Lance, senjata lain yang dihasilkan dari kegelapan milik si pengguna yang mampu berubah-ubah dari Black Sword ke Dark Lance. Sangat efektif dalam pertempuran yang tidak perlu mengkhawatirkan karatan di senjata tersebut, serta ketajamannya yang lebih kuat dari tombak biasa benar-benar berguna dalam pertarungan.
Dark Lance mampu digunakan sebagai satu senjata maupun dalam jumlah banyak, tergantung dari keinginan si pengguna dalam menggunakannya)
Tidak melewatkan kesempatan yang ada, Regard melesat dengan cepat ke salah satu Hellhound.
"Rasakan ini!"
Dengan kakinya yang terdapat kekuatan kegelapan, Burst Kick mengenai kepala Hellhound dalam sekejap dan meledak dalam hitungan beberapa detik.
(Burst Kick, tendangan yang dihasilkan dari ledakan yang berasal dari angin kuat yang mampu menghancurkan apapun hanya dengan menendangnya. Burst Kick terbilang cukup kuat untuk menghabisi musuh, bahkan kehebatannya bisa dikatakan lebih unggul dari kemampuan manapun, tapi sebagai gantinya mana yang diperoleh oleh si pengguna dalam jumlah banyak harus digunakan untuk melancarkan Burst Kick)
Darah mengalir deras di leher Hellhound karena kepalanya yang meledak. Cipratan darah tersebut menghujani ke seluruh tempat, membasahi pakaian Regard.
Sekarang serangan terakhir!
Meskipun kedua Hellhound tidak dapat bergerak, Regard memanfaatkan kesempatan sekali lagi untuk melenyapkan mereka.
Di ketinggian langit-langit, bola dalam jumlah banyak berwarna hitam mulai menyatu. Perlahan-lahan bola itu semakin membesar, merubah warnanya menjadi warna merah darah.
Itu adalah Blood Shooter yang dimiliki oleh Hellhound sebelumnya yang siap untuk menjadikan Regard sebagai mayat, tapi gagal untuk dilakukan.
Kedua lengan Regard yang menahannya, menutup kedua lengannya.
Dark Earthquake.
(Dark Earthquake, kemampuan versi baru dari Blood Shooter yang dipadukan dengan kekuatan yang dimiliki oleh Regard, kemampuan memanipulasi kegelapan, itu dapat diubah sesuka hati menjadi tanah bergerigi dalam jumlah banyak)
Secara mengejutkan, tanah yang awalnya terlihat biasa berubah menjadi bergerigi dan bergejolak membentuk gempa. Tanah itu kemudian merubah bentuknya menjadi hitam lalu menusuk setiap anggota tubuh Hellhound.
Darah mulai keluar di setiap tusukan yang tertancap di tubuh kedua Hellhound.
Memperhatikan dari langit-langit bahwa ini adalah akhirnya, Regard dengan segera mengaktifkan Dark Wind untuk dapat menapakkan kakinya di permukaan angin berwarna hitam miliknya.
(Dark Wind, Pusaran angin hitam yang mampu digunakan sebagai pijakan maupun serangan, semua tergantung dari Regard akan digunakan untuk apa)
Menyudahi kemampuannya, Demon Mode dilepaskan dari tubuhnya yang membuatnya terhuyung-huyung, kelelahan dan kewalahan dalam menahan beban yang telah dia gunakan sebagai akibat dari tubuhnya sendiri.
"Aku harap semuanya sudah berakhir."
Meskipun Regard tidak yakin apakah ini adalah akhirnya, dia hanya bisa yakin bahwa kemenangan berhasil diraihnya.
Walaupun efek samping dari Demon Mode terasa di tubuhnya, dia tetap sebisa mungkin mempertahankan kesadarannya sebagai seorang manusia.
•••••
Regard POV
Beristirahat sejenak, aku mengambil beberapa darah dan daging Hellhound untuk segera aku makan dan santap. Dikarenakan aku dalam kondisi lelah, aku tidak mungkin langsung menerjang masuk ke dalam ruangan yang berbeda ini dalam kondisi lemah seperti sekarang.
Yah, aku harap aku dapat pulih dengan segera setelah menyantap daging dan darah miliknya.
Dikarenakan emosi negatif dari class Necromancer dapat tenang kembali usai menikmati daging dan darah, mungkin aku akan memutuskan untuk masuk ke dalam ruangan usai tubuhku pulih sepenuhnya.
Ini benar-benar melelahkan.
Bertarung melawan monster, menjelajahi reruntuhan, bertarung hidup dan mati melawan Hellhound, semuanya aku lakukan sendirian tanpa ada yang menemani aku.
Sejujurnya aku tidak masalah atas kesendirian yang kumiliki, tapi entah kenapa terasa sunyi jika aku benar-benar hidup dalam kesendirian.
Ah... aku ingin memiliki rekan maupun teman yang dapat aku percayai.
Meskipun itu mustahil untuk terwujud, entah kenapa aku berharap ada orang yang dapat menemaniku dalam berpetualang di dunia ini.
Sasaki bukanlah temanku jadi aku menganggap dia sebagai satu-satunya peliharaan yang dapat aku manfaatkan.
Peliharaan yang telah terbebas dari budak yang dapat berguna mencari informasi yang ada selagi aku tidak ada di Kota Farihiora.
Aku mengakui bahwa itu terlalu berlebihan, tapi apa boleh buat, selama dia berada dalam perlindungan, aku dapat dengan sesuka hati menggunakannya.
Yah, aku sendiri tidak menginginkan dia untuk ikut bertarung karena dia masih jauh berada di bawah kemampuan rata-rata manusia lainnya jadi aku sengaja meletakkannya di kota sebagai pusat informasi dariku.
Mari kulihat sejenak.
Sejak aku masuk semakin dalam ke reruntuhan yang ada, aku telah memetakan seluruh tempat yang ada di beberapa kertas yang berhasil aku bawa sebelumnya.
Meskipun aku tidak yakin apakah ini akurat atau tidak, aku hanya merasa bahwa reruntuhan ini berbahaya bagi petualang pemula yang langsung masuk.
Tidak hanya akan merenggang nyawa, ada kemungkinan keputusasaan dan kebencian akan muncul di diri mereka ketika tahu bahwa Reruntuhan Sylvia merupakan reruntuhan berbahaya bagi pemula.
Kira-kira apa yang ada di dalam ruangan itu ya? Apakah ada harta terpendam yang mereka jaga atau sesuatu yang mereka kurung di dalamnya?
Aku mulai tertarik dan penasaran atas isi di dalam ruangan yang berbeda dari ruangan lainnya.
•••••
Sasaki POV
Apakah Arthen baik-baik saja?
Meskipun kata-katanya terlihat meyakinkan, aku takut kalau dia akan tiada ketika dia lengah.
Huh...
Memikirkan bagaimana kuatnya dia, hatiku merasa ragu bahwa dia selemah dan sebodoh itu untuk mati.
Sama halnya bagaimana dia menyelamatkan aku dulu, dia rela menggunakan kemampuannya untuk menyelamatkan aku.
Aku harap dia baik-baik saja.
Entah apa yang sedang dilakukannya, aku hanya bisa berpikir kalau dia dapat pulang dengan selamat tanpa luka di tubuhnya.
Hanya itu harapan yang kuinginkan darinya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!