Mendadak Jadi Istri Presdir

Mendadak Jadi Istri Presdir

1. Bad Performance

Note : Cerita ini awalnya berjudul My Mysterious Hubby, lalu diganti menjadi Sekretaris Plus². Karena ada sedikit problem, jadi Author memutuskan untuk mengganti nya menjadi : Mendadak Jadi Istri Presdir.

Karya ini ASLI milik Author. Don't copy my story!

Selamat membacanya semua 🫂

Hentakan musik yang begitu  menggema menambah riuh suasana di ruangan sebuah ruangan dengan pencahayaan remang. Puluhan orang tampak bergoyang riang di area dance floor. Diiringi dengan lantunan musik keras yang berdebum di dalam rongga dada.

Mereka bernyanyi, bergoyang, tertawa dan melupakan segala urusan dunia sekalipun berada di antara lautan manusia yang tak saling mengenal.

Di atas panggung, seorang Discjokey bertugas melantunkan music yang menghentak-hentakan dada hingga mereka lupa. Lupa sesaat akan dunia beserta isinya.

Melihat para pendengar musiknya kian menggila, dia semakin bersemangat untuk membuat suasana semakin huru-hara. Ada suatu kebanggan tersendiri bagi saat berhasil membuat orang-orang mabuk kepayang dibawah kuasa lantunan melodinya.

“Mantap, Aru. You’re the best one we have,” ujar salah seorang pria berjas berperut buncit yang menghadang jalannya saat turun dari panggung. Bau batang nikotin dan cairan haram yang cukup menyengat tercium dari arahnya.

Wajah ayu di balik topi hitam itu tampak menyunggingkan senyum jemu. Tubuh semampai nya terbalut atasan T-shirt, dilapisi oleh jaket denim, kemudian dipadukan dengan bawahan jeans belel berwarna biru. Untuk alas kaki, malam ini dia memilih menggunakan pump shoes warna hitam.

“Jangan lupa bayarannya. Ada pertunjukan, ada uang,” ucapnya.

Pria berperut buncit yang bertugas sebagai manager Club night itu tersenyum mahfum. “Ikutlah denganku, aku akan bayar cash seperti perjanjian di awal.”

Seringai tipis tersungging di bibir si wanita bertopi. Dia berkacak pinggang sambil menoleh ke arah samping. “Ikut sama dia, Ling. Ambil harus ambil hasil jerih payah kita.”

Aling—wanita yang bertugas sebagai assisten DJ Aru mengangguk paham.

“Gue ke toilet dulu bentar.” DJ Aru menepuk bahu Aling pelan sebelum melenggang pergi meninggalkan mereka.

Sepasang kaki yang dialami pump shoes hitam itu kemudian melangkah membelah kerumunan. Beberapa orang tampak menyapa saat dia melewati mereka. Namun, DJ Aru memilih abai. Tidak ada guna juga basa-basi dengan mereka yang sebagian besar berada dalam ambang kesadaran.

Tidak sampai lima menit, tempat yang dia sampai di toilet. Sudah terlalu hafal dengan seluk-beluk tempat yang menjadi sumber penghasilan semenjak beberapa tahun ke belakang, membuatnya tidak sulit menemukan letak toilet.

Dia memang ingin buang air kecil sejak berada di atas panggung. Sayang kepalang tanggung, jadi dia hanya bisa menahannya hingga selesai manggung.

“Huft.”

Hembusan nafas lega terdengar merasa kantung kemihnya sudah kembali kosong. Dia tidak lagi perlu menahan buang air kecil yang bisa bahaya bagi kesehatan ginjal.

Sambil bersiul, DJ Aru keluar dari toilet. Dia berjalan dengan abai, tidak peduli ada sepasang atau dua pasang manusia yang tengah bercumbu terganggu akan siulannya. Aru dan siulan adalah satu kesatuan yang kompleks dan tidak bisa dipisahkan. Siapa lagi yang suka bersiul di toilet club night selain DJ Aru?

“Mampos. Punya burung kok nafsuan. Nyari kamar kek, nganu kok di toilet. Gak modal banget,” cecar nya seraya berjalan santai.

Dengan irama langkah yang tidak dibuat terburu-buru, DJ Aru berjalan menyusuri lorong-lorong dengan pencahayaan minim yang menghubungkan toilet dengan area utama. Di tengah jalan dia berpapasan dengan dua pria bertubuh tinggi dan tegap. Keduanya tampak sedang bercakap-cakap.

Niat hati ingin mendahului, urung karena tiba-tiba mendengar namanya di sebut-sebut.

“Menurut lo penampilan DJ tadi gimana? Denger-denger dia DJ terlaris sepanjang masa.”

Aru tersenyum bangga di belakang mereka. Bohong jika manusia tidak suka di puji. Nah, dirinya juga termasuk ke dalam golongan manusia yang suka jika dipuji-puji. Apalagi jika dipuji karena skill yang dia miliki.

“Hm.”

“Njirr, keturunan Sabyan,” ujar Aru di dalam hati saat mendengar respon pria yang satunya lagi.

“Hm itu maksudnya apa? Bad or good?” tanya pria yang satu lagi, penasaran akan maksud lawan bicaranya.

“Pasti good. Gue kan—“ ucapan hati kecil DJ Aru terhenti kala pria yang tadi merespon hanya dengan dehaman itu memotong. Sontak manik hazelnut milik DJ Aru membola mendengarnya.

“Biasa aja.”

“Wah, dia nggak ngakuin kehebatan gue!” gumam DJ Aru tidak terima. “Dia budeg atau gimana? Padahal udah jelas-jelas kalau penampilan gue itu perfect banget malam ini.”

Dj Aru tak habis pikir dengan jalan pikiran pria itu. Pria yang sayangnya sudah terlebih dulu hilang di antara lautan manusia kala DJ Aru sibuk menggerutu.

DJ Aru tentu kesal sekali karena performance malam ini dikatakan Biasa saja. Padahal tadi semua audience begitu hanyut dalam irama musik yang dia racik.

“Pria keturunan Nisa Sabyan itu harus diberi pelajaran. Kalau tuh orang sampai jelek-jelekin nama baik gue, kredibilitas gue pasti dipertanyakan!”

DJ Aru menatap punggung kedua pria yang sudah menjauh itu sengit. Dia baru menemukan mereka lagi setelah kehilangan jejak beberapa saat yang lalu.

“Eh, ngapain lo minum-minum? Duitnya udah gue ambil nih,” ujar Aling yang datang sambil menepuk-nepuk tas selempang yang melingkar di bagian depan tubuhnya. Tas yang tadi kempes itu sekarang terlihat mengembang seperti perut ikan buntal.

“Crazy. Beneran dibayar cash dong,” tambah Aling.

Wanita itu mengernyitkan alis dalam saat melihat Aru sedang minum alkohol di dekat meja bar. Tidak seperti biasanya. Dia mengenal DJ Aru bukan kemarin sore. Dia tahu betul jika DJ Aru itu memiliki toleransi rendah terhadap minuman beralkohol.

“Iya. Gak biasanya DJ Aru minum sampe teler gini,” ujar si bartender.

“Lo juga Rik, ngapain kasih dia minuman beralkohol, hah? Dia 'kan memang anti sama gituan.”

“Lah, tadi dia minta cocktail. Gue udah nawarin moktail yang gak ada alkoholnya, dia gak mau,” ujar lelaki bernama Arik—bartender club night tersebut.

Aling mengguyar rambutnya frustasi. Walaupun bekerja di dunia malam bukan sehari-dua hari. DJ Aru tidak pernah sekalipun mabuk-mabukan sebelumnya. Orientasi wanita cantik tersebut tehadap beralkohol sangatlah rendah. Dia bisa tak sadarkan diri hanya dengan menengguk sedikit minuman beralkohol.

“Any*ng banget tuh cowok Sabyan, bisa-bisanya gue dibilang bad performance,” racau DJ Aru. “Untung mukanya good looking, kalo enggak, udah gue damprat sekalian!”

“Ribet nih kalau udah teler gini,” pusing Aling seraya mencoba membuat Aru sadar. “Ru, balik yuk. Lo udah teler.”

“Teler? Gue suka tuh es teler xixi.”

“Duh, udah hangover nih bocah. Gue balik dulu, Rik. Thanks buat minumannya.”

“Ok,” jawab Arik sambil mengangguk.

“Udah, balik yuk,” ajak Aling sambil memapah tubuh lunglai DJ Aru.  “Ngapain juga lo pake acara mabuk segala, Ru?”

“Apaan sih? Gue nggak mabuk. Cuma gue minum dikit tadi, Ling. Sekarang anterin gue pengen pulang, gue ngantuk,” racau DJ Aru tak jelas.

“Iya. Ini kita juga mau pulang,” jawab Aling sambil menahan tubuh DJ Aru susah payah.

Cukup sulit keluar melewati lautan manusia yang ada di club night tersebut. Mereka masih menggila di berbagai penjuru, membuat Aling kesulitan membawa keluar DJ  Aru.

Bruk!

“Aww,” pekik Aru dan Aling bersamaan saat mereka terdorong ke depan karena ada yang menubruk mereka dari belakang.

“Ru, lo nggak papa?” cemas Aling sembari membenarkan kacamata yang dikenakannya. Tubuhnya terdorong lumayan kuat barusan, sampai-sampai pegangannya pada DJ Aru terlepas.

“Hm.”

DJ Aru bergumam kecil dengan kelopak mata yang tertutup rapat.

“Oh my goodness. Lo peluk laki siapa, Ru? Ganteng banget!” gumam Aling.

“Kalau jalan lihat-lihat, Mbak. Untung aja nggak luka,” semprot suara di dekat Aling.

Aling terlonjak, lantas mengalihkan pandangan. “Ah, iya. Maaf banget. Tadi ada yang dorong dari belakang,” ujar Aling meluruskan.

“Hey?” pria yang tidak sengaja ditabrak DJ Aru itu bertanya sambil mengguncang bahu.

Bukannya sadar dan menjauh, DJ Aru malah makin merapatkan tubuhnya pada lelaki yang membantu menangkap tubuhnya saat hampir jatuh karena terdorong.

“Duh, nyari kesempatan dalam kesempitan si Aru,” gumam Aling sambil tersenyum kikuk. “Maaf, mas. Temen saya lagi nggak sadar. hangover dia.”

“Tunggu dulu. Dia DJ Aru yang perform tadi, ‘kan?” tanya pria yang tadi menyemprot Aling dengan kalimat pedasnya.

Aling mengangguk sebagai jawaban.

“Wih, rezeki nomplok Al. Lo dapat gift ketemu DJ Aru tanpa banyak cingcong.”

Pria yang  memiliki nama tersebut hanya menatapnya datar. “Lepas,” ujarnya mencoba melepaskan pelukan DJ Aru pada tubuhnya.

“Enggak mau,” jawab Aru kekeuh.

“Mau sampai kapan kamu begini?”

Alih-alih menjawab, DJ Aru malah diam seribu bahasa. Dia lalu mendongkrak, memperlihatkan manik hazelnut sayu yang langsung kontak dengan obsidian hitam pekat milik lawan bicaranya.

“Kamu yang tadi, ya?”

“Hm?”

Pria yang masih dipeluk oleh DJ Aru itu tampak kebingungan.

“Lo, cowok Sabyan di lorong toilet tadi.”

Alis Al makin menaut. Tanda jika dirinya bingung akan maksud dari ucapan lawan bicaranya. Kapan dia bertemu wanita ini?

Aling dan pria yang berdiri di dekat keduanya juga sama-sama kebingungan. Mereka masih menonton interaksi DJ Aru dan pria yang dipanggil Al tersebut.

“What are you doing—“ Tanya Al kebingungan saat wanita di hadapannya mendusel-dusel di dada bidangnya. Bukannya menjauh, dia juga malah mengeratkan pelukan. Namun, belum usai Al bertanya, suara horor yang cukup keras membuat ketiganya terkejut. Diiringi dengan bau menyengat yang keluar bersama dengan cairan kental yang berhasil mengotori bagian depan pakaian yang Al gunakan.

“Hoek….”

“Astaga!” kaget Aling dan pria yang berdiri di dekat Al.

Sedangkan Al sendiri, jangan ditanya lagi bagaimana horor ekspresi nya menatap Aru.

Wanita itu baru saja memuntahkan isi perutnya ke baju Al. Sampai-sampai si empunya terkejut bukan main dengan tangan mengepal kuat menahan amarah.

“Salam kenal dari DJ Aru ....hoeeekk ….” lagi, wanita itu memuntahkan isi perutnya.

'Tamat riwayat Lo, Ru?! batin Aling di dalam hati.

...🍄🍄...

...TBC...

Cerita ini pertama kali dirilis pada Juli tahun 2021 untuk event di platform lain. Menempati posisi keempat dalam even tersebut. Sekarang berpindah ke Noveltoon/Mangatoon dengan wajah dan judul yang baru.

Semoga suka ❤️

Jangan lupa add ke library, like, komentar, dan vote dan share.

Tanggerang 28-12-22

Terpopuler

Comments

Ibelmizzel

Ibelmizzel

qu mampir Thor.

2024-04-23

1

Bzaa

Bzaa

awal yg menarik 🫰

2024-02-05

1

Darmiati Thamrin

Darmiati Thamrin

langsung tekan tanda😍

2023-12-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!