5. Crazy Boss

Semenjak hidup berdua bersama adiknya, Arunika kerap kali membuat keputusan berdasarkan kebutuhannya dan sang adik. Namun, baru kali ini dia berpikir sekali jadi tanpa memikirkan sang adik sama sekali. Yang terpenting adalah uangnya. Dengan gajih yang lebih besar, Arunika bisa lebih cepat menyicil hutang yang ditinggalkan almarhum kedua orang tuanya semasa hidup. Alih-alih meninggalkan warisan yang biasa jadi ajang rebutan, orang tua Arunika malah meninggalkan hutang yang tak ternilai harganya.

Uang gajih tetap dan hasil manggung selama ini tentulah tidak mencukupi untuk menutupi semua itu. Hutang-piutang yang ditinggalkan kedua orang tuanya tidak sedikit. Oleh karena itu, Arunika berupaya keras membanting tulang untuk melunasi semua hutang tersebut.

"Intern," bunyi suara interkom di ruangan sekretaris yang baru saja disambangi oleh Arunika terdengar cukup memekikkan telinga.

Belum genap sepuluh menit mereka berlalu, sekarang pria yang menduduki posisi CFO itu sudah kembali memanggil. Padahal setelah pria itu mengarahkan dirinya ke tempat ini, Arunika pikir hari pertama bekerja sebagai sekretaris pria itu akan di start dari besok. Bukan sekarang.

"Kamu sekretaris barunya Al?"

Ketika hendak kembali ke ruangan CFO, seorang wanita paruh baya berkacamata menghentikan langkahnya. Wanita itu muncul dari balik pintu. Arunika cukup mengenal beliau. Anak-anak divisi micro biasa memanggil beliau dengan sebutan ibu Yangti. Sekretaris senior di D'A Cooperation yang terkenal akan loyalitas, etos kerja, serta keuletannya.

"Iya, Bu. Tadi Bapak mengarahkan saya ke sini. Tapi, barusan beliau sepertinya manggil saya lagi."

Ibu Yangti tersenyum tipis. "Masuk dulu, saya mau berbagi sesuatu sama kamu."

Arunika mengangguk sebagai jawaban.

"Jadi, siapa nama kamu?"

"Nama saya Arunika, Bu."

"Nama yang cantik," puji Bu Yangti. "Pekerjaan kamu sebelumnya sekretaris juga 'kan?"

Arunika mengangguk sambil tersenyum sopan. "Iya, Bu. Saya sekretarisnya Pak Irewes."

"Manager divisi micro finance?"

Arunika kembali mengangguk sebagai jawaban.

"Kalau begitu bukan hal baru lagi posisi ini untuk kamu, ya." Ibu Yangti tersenyum tipis sembari menyodorkan sebuah buku ke hadapan Arunika.

"Al itu bukan tipe atasan yang banyak menuntut. Hidupnya sudah mandiri sejak dini. Jadi, kamu tidak akan repot sana-sini sebagai sekretarisnya nanti."

Arunika mengangguk sebagai respon. Ia memang cukup up to date mengikuti perkembangan gosip yang tersebar di perusahaan ini. Jadi, sedikit banyaknya ia sudah cukup hapal dengan tipikal beberapa petinggi yang menduduki kursi direksi. Walaupun pada kenyataanya atasan barunya kali ini tidak terlalu terbuka soal urusan pribadi. Berbeda dengan kehidupan kedua adiknya yang juga memegang jabatan penting di perusahaan ini. Arunika bahkan sempat tidak mengenalinya. Pasalnya Altar di luar kantor itu beda sekali. Lebih ....liar and sexy man.

"Intern."

"Tuh 'kan sudah dipanggil lagi."

Sesi bercerita nya kembali terganggu, karena suara Interkom. Padahal pembicaraannya dengan ibu Yangti sangat berbobot. Bagaimanapun juga beliau senior di sini. Pengalamannya dalam mengurusi masalah atasan dari tipikal A sampai Z beliau pasti sudah berpengalaman.

"Kalau begitu saya pergi dulu, Bu. Nanti dilanjutkan lagi sesi mentoring nya."

Ibu Yangti mengangguk kecil sambil tersenyum ramah. "Jangan sungkan untuk menghubungi saya jika kamu membutuhkan sesuatu."

Arunika mengangguk sambil menerbitkan senyum ramah sebelum pamit undur diri. Baru saja bebas dari ruangan CFO yang kelewat rapih dan bersih itu, kini dia harus kembali menyambangi tempat tersebut.

"Bapak manggil saya?" tanyanya saat berhasil memasuki ruangan CFO. Ruangan yang selalu identik dengan suhu dingin. Entah dari Air Conditioner atau AC yang menggunakan fitur turbo, atau si pemilik ruangan yang dinginnya memang mengalahkan coolkas dua pintu.

"Kamu telat lima belas menit," komentar si empunya ruangan.

Arunika memutar bola matanya malas. "Saya...."

"Apa Pak Irewes tidak pernah menyinggung kamu soal etika terhadap atasan?"

"Bagaimana maksudnya, Pak?" bingung Arunika.

"Jangan memutar bola seperti itu kepada atasan."

"What the f*ck?!" gumam Arunika lirih, keceplosan. Lagipula siapa yang memutar bola mata kearahnya? sotoy sekali atasnya itu.

"Jangan mengumpat kepada atasan."

"Lah, saya cuma...."

"Jangan membantah atasan."

Arunika menggigit bibirnya geram. Asal atasannya tahu, dulu ia pernah juara debat bahasa Indonesia. Berargumen dengan topik apapun Arunika tidak pernah mau kalah apalagi mengalah. Namun, kali ini posisinya berbeda. Ada titel 'atasan-bawahan' yang mau tidak mau membuat Arunika harus mengalah.

Lagian, atasannya barunya itu ngeselin pake banget. Sok-sokan bicara soal etika, tapi ia sendiri terus memotong ucapan Arunika.

"I'am sorry, sir. Saya salah," ujar Arunika pada akhirnya. Mengalah adalah salah satu cara untuk menghadapi sang atasan. "Jadi, kenapa Bapak panggil saya ke sini?"

"Saya mau kopi."

"Oke. Saya akan panggilkan office boy yang biasa...."

"Kamu yang buatkan," sela Altar sembari kembali sibuk dengan berkas-berkas keuangan di hadapannya.

"Tapi, Pak, saya...."

"Jangan gunakan gula yang biasa. Gunakan less sugar. Saya tunggu."

Arunika kehabisan kata-kata. Demi Tuhan, ia kalah telak tiap kali mencoba mendebat pria yang dilindungi titel 'atasan' tersebut. Mainnya serobot terus, Arunika bahkan tidak sempat menyelesaikan kalimatnya.

"Kenapa masih diam di sana? Buatkan kopi untuk saya, Arunika."

"Yes, sir," jawab Arunika sekenanya. Ia kemudian membungkukkan badan, memberi hormat sebelum meninggalkan ruangan.

Hari ini Arunika deklarasikan sebagai hari paling menyebalkan dalam sejarah masa kerjanya.

🍄🍄

"Lemes amat, Ru. Kenapa lo?" tanya wanita bersurai curly berwarna gradasi coklat muda dan rose gold itu.

"Please, jangan tanya-tanya gue kenapa, Rose. I'am hungry," balas si empunya nama sambil mengembalikan fokusnya kepada jajaran makanan yang hendak ia pindahkan ke dalam nampan.

Sistem makan di D'A Cooperation memang mengadaptasi sistem makan di canteen sekolah atau perguruan tinggi. Alias mengadopsi gaya Buffett atau persamaan. Setiap karyawan yang sudah bekerja tetap akan mendapatkan makan siang gratis, lengkap dengan dessert yang di sediakan oleh pihak canteen. Sedangkan jika para karyawan ingin menikmati makanan lain, di luar list menu makanan gratis, mereka bisa membelinya di sisi lain canteen yang menyediakan berbagai makanan yang diperjual-belikan.

Untuk jadwal menu makanan di canteen, setiap hari menu makanannya akan berganti. Mulai dari menu khas Indonesia, Asia, western, hingga Timur Tengah, semua akan digilir setiap hari. Kebijakan ini diterapkan agar para karyawan tidak perlu pergi ke luar kantor untuk sekedar mengisi perut agar lebih efisien waktu. Selain itu, makanan yang disediakan juga sudah sesuai standar kesehatan dan mutu kualitas bahan-bahannya terjamin.

"Habis kerja rodi lo? Makannya banyak amat," komentar Aling. Melirik isi piring Arunika yang melimpah ruah

"Gue emang habis kerja rodi," jawab Arunika sekenanya.

"Omong-omong lo kemana seharian ini? Tadi gue ke ruangan lo, lo gak ada tuh." Rose ikut buka suara. Ia adalah salah satu teman satu geng Arunika dan Aling. Bisa dibilang sahabat karib Arunika juga.

Arunika manggut-manggut seraya memindai isi piringnya. "Gue pindah lantai."

"Uhuk."

Aling dan Rose kompak tersedak makanan mereka. Sebagai teman dekat, mereka benar-benar tidak tahu menahu soal kepindahan Arunika.

"Maksudnya?" tanya keduanya secara bersamaan.

"Gue baru upgrade jabatan."

"Wih, mantep tuh. Sekarang lo pegang posisi apaan emang?" Tanya Aling, sembari tersenyum sumringah. Satu jempolnya terangkat ke udara.

"Iya. Naik juga dong gajih lo. Traktir kita-kita makan dimsum bisa kali, Ru." Kini giliran Rose yang bertanya seraya menaiki turunkan alis.

"Traktir-traktir. Gue aja kelaparan di hari pertama. Gimana bisa gue nikmati jabatan baru, kalau bentar-bentar disuruh ini-itu. Baru kali ini gue bener-bener ngerasa jadi kacung," cerocos Arunika sembari mengunyah balado telur yang hari ini menjadi salah satu menu makan siangnya.

"Memangnya lo megang posisi apaan sekarang? Nggak lebih baik dari posisi sekretaris Pak Irewes?"

"Enggak. Gue mending jadi sekretaris Pak Irewes kemana-mana!" jawab Arunika gamblang. "Kerjaan gue yang sekarang itu, bikin darting tau nggak? Kesel gue disuruh ini-itu. Gak manusiawi kerja sama dia."

"Ru," panggil Aling.

"Gue tuh kesel banget. Padahal hari ini tuh, hari pertama gue kerja," celoteh Arunika menggebu-gebu.

"Ru," panggil Rose sembari menyikut lengan sang sahabat yang masih sibuk berceloteh.

"Apaan sih? Lo berdua ganggu banget tau nggak. Tadi nanya-nanya. Giliran udah dijawab, lo pada resek. Kenapa sih?" kesal Arunika. Ia menatap kedua temannya bergantian.

Bukannya menjawab, Aling dan Rose malah memalingkan wajahnya sambil menepuk jidak. Arunika tentu semakin kebingungan.

"Lo pada kenapa sih? Kayak lihat setan di siang bolong aja. Atau jangan-jangan bener, ya? Lo berdua lihat setan. Mana?" cerocos Arunika, heboh sendiri.

Alih-alih jawaban dari keduanya ia dapatkan,alah suara dehaman familiar yang ia dapatkan.

Arunika refleks menoleh saat mendengar suara dehaman yang familiar di telinganya. Saat berhasil mengalihkan pandangan, ia menemukan sosok sang atasan tengah berdiri dengan pose bossy. Lengkap dengan tangan yang terlipat di depan dada, plus dengan sorot mata mengarah tajam kepadanya.

"Jadi ini alasan kamu ingin cepat-cepat istirahat, untuk membicarakan saya?"

Rest In Place Arunika.

...🍄🍄...

...TBC...

...Semoga suka 🖤...

...Jangan lupa dukung Author jika suka dengan Sekretaris Plus-Plus....

...Tanggerang 28-11-22...

Terpopuler

Comments

💗Erna iksiru moon💕

💗Erna iksiru moon💕

bener2 hari yg sial y Ru😁crazy bos emang

2023-01-12

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!