NovelToon NovelToon

Mendadak Jadi Istri Presdir

1. Bad Performance

Note : Cerita ini awalnya berjudul My Mysterious Hubby, lalu diganti menjadi Sekretaris Plus². Karena ada sedikit problem, jadi Author memutuskan untuk mengganti nya menjadi : Mendadak Jadi Istri Presdir.

Karya ini ASLI milik Author. Don't copy my story!

Selamat membacanya semua 🫂

Hentakan musik yang begitu  menggema menambah riuh suasana di ruangan sebuah ruangan dengan pencahayaan remang. Puluhan orang tampak bergoyang riang di area dance floor. Diiringi dengan lantunan musik keras yang berdebum di dalam rongga dada.

Mereka bernyanyi, bergoyang, tertawa dan melupakan segala urusan dunia sekalipun berada di antara lautan manusia yang tak saling mengenal.

Di atas panggung, seorang Discjokey bertugas melantunkan music yang menghentak-hentakan dada hingga mereka lupa. Lupa sesaat akan dunia beserta isinya.

Melihat para pendengar musiknya kian menggila, dia semakin bersemangat untuk membuat suasana semakin huru-hara. Ada suatu kebanggan tersendiri bagi saat berhasil membuat orang-orang mabuk kepayang dibawah kuasa lantunan melodinya.

“Mantap, Aru. You’re the best one we have,” ujar salah seorang pria berjas berperut buncit yang menghadang jalannya saat turun dari panggung. Bau batang nikotin dan cairan haram yang cukup menyengat tercium dari arahnya.

Wajah ayu di balik topi hitam itu tampak menyunggingkan senyum jemu. Tubuh semampai nya terbalut atasan T-shirt, dilapisi oleh jaket denim, kemudian dipadukan dengan bawahan jeans belel berwarna biru. Untuk alas kaki, malam ini dia memilih menggunakan pump shoes warna hitam.

“Jangan lupa bayarannya. Ada pertunjukan, ada uang,” ucapnya.

Pria berperut buncit yang bertugas sebagai manager Club night itu tersenyum mahfum. “Ikutlah denganku, aku akan bayar cash seperti perjanjian di awal.”

Seringai tipis tersungging di bibir si wanita bertopi. Dia berkacak pinggang sambil menoleh ke arah samping. “Ikut sama dia, Ling. Ambil harus ambil hasil jerih payah kita.”

Aling—wanita yang bertugas sebagai assisten DJ Aru mengangguk paham.

“Gue ke toilet dulu bentar.” DJ Aru menepuk bahu Aling pelan sebelum melenggang pergi meninggalkan mereka.

Sepasang kaki yang dialami pump shoes hitam itu kemudian melangkah membelah kerumunan. Beberapa orang tampak menyapa saat dia melewati mereka. Namun, DJ Aru memilih abai. Tidak ada guna juga basa-basi dengan mereka yang sebagian besar berada dalam ambang kesadaran.

Tidak sampai lima menit, tempat yang dia sampai di toilet. Sudah terlalu hafal dengan seluk-beluk tempat yang menjadi sumber penghasilan semenjak beberapa tahun ke belakang, membuatnya tidak sulit menemukan letak toilet.

Dia memang ingin buang air kecil sejak berada di atas panggung. Sayang kepalang tanggung, jadi dia hanya bisa menahannya hingga selesai manggung.

“Huft.”

Hembusan nafas lega terdengar merasa kantung kemihnya sudah kembali kosong. Dia tidak lagi perlu menahan buang air kecil yang bisa bahaya bagi kesehatan ginjal.

Sambil bersiul, DJ Aru keluar dari toilet. Dia berjalan dengan abai, tidak peduli ada sepasang atau dua pasang manusia yang tengah bercumbu terganggu akan siulannya. Aru dan siulan adalah satu kesatuan yang kompleks dan tidak bisa dipisahkan. Siapa lagi yang suka bersiul di toilet club night selain DJ Aru?

“Mampos. Punya burung kok nafsuan. Nyari kamar kek, nganu kok di toilet. Gak modal banget,” cecar nya seraya berjalan santai.

Dengan irama langkah yang tidak dibuat terburu-buru, DJ Aru berjalan menyusuri lorong-lorong dengan pencahayaan minim yang menghubungkan toilet dengan area utama. Di tengah jalan dia berpapasan dengan dua pria bertubuh tinggi dan tegap. Keduanya tampak sedang bercakap-cakap.

Niat hati ingin mendahului, urung karena tiba-tiba mendengar namanya di sebut-sebut.

“Menurut lo penampilan DJ tadi gimana? Denger-denger dia DJ terlaris sepanjang masa.”

Aru tersenyum bangga di belakang mereka. Bohong jika manusia tidak suka di puji. Nah, dirinya juga termasuk ke dalam golongan manusia yang suka jika dipuji-puji. Apalagi jika dipuji karena skill yang dia miliki.

“Hm.”

“Njirr, keturunan Sabyan,” ujar Aru di dalam hati saat mendengar respon pria yang satunya lagi.

“Hm itu maksudnya apa? Bad or good?” tanya pria yang satu lagi, penasaran akan maksud lawan bicaranya.

“Pasti good. Gue kan—“ ucapan hati kecil DJ Aru terhenti kala pria yang tadi merespon hanya dengan dehaman itu memotong. Sontak manik hazelnut milik DJ Aru membola mendengarnya.

“Biasa aja.”

“Wah, dia nggak ngakuin kehebatan gue!” gumam DJ Aru tidak terima. “Dia budeg atau gimana? Padahal udah jelas-jelas kalau penampilan gue itu perfect banget malam ini.”

Dj Aru tak habis pikir dengan jalan pikiran pria itu. Pria yang sayangnya sudah terlebih dulu hilang di antara lautan manusia kala DJ Aru sibuk menggerutu.

DJ Aru tentu kesal sekali karena performance malam ini dikatakan Biasa saja. Padahal tadi semua audience begitu hanyut dalam irama musik yang dia racik.

“Pria keturunan Nisa Sabyan itu harus diberi pelajaran. Kalau tuh orang sampai jelek-jelekin nama baik gue, kredibilitas gue pasti dipertanyakan!”

DJ Aru menatap punggung kedua pria yang sudah menjauh itu sengit. Dia baru menemukan mereka lagi setelah kehilangan jejak beberapa saat yang lalu.

“Eh, ngapain lo minum-minum? Duitnya udah gue ambil nih,” ujar Aling yang datang sambil menepuk-nepuk tas selempang yang melingkar di bagian depan tubuhnya. Tas yang tadi kempes itu sekarang terlihat mengembang seperti perut ikan buntal.

“Crazy. Beneran dibayar cash dong,” tambah Aling.

Wanita itu mengernyitkan alis dalam saat melihat Aru sedang minum alkohol di dekat meja bar. Tidak seperti biasanya. Dia mengenal DJ Aru bukan kemarin sore. Dia tahu betul jika DJ Aru itu memiliki toleransi rendah terhadap minuman beralkohol.

“Iya. Gak biasanya DJ Aru minum sampe teler gini,” ujar si bartender.

“Lo juga Rik, ngapain kasih dia minuman beralkohol, hah? Dia 'kan memang anti sama gituan.”

“Lah, tadi dia minta cocktail. Gue udah nawarin moktail yang gak ada alkoholnya, dia gak mau,” ujar lelaki bernama Arik—bartender club night tersebut.

Aling mengguyar rambutnya frustasi. Walaupun bekerja di dunia malam bukan sehari-dua hari. DJ Aru tidak pernah sekalipun mabuk-mabukan sebelumnya. Orientasi wanita cantik tersebut tehadap beralkohol sangatlah rendah. Dia bisa tak sadarkan diri hanya dengan menengguk sedikit minuman beralkohol.

“Any*ng banget tuh cowok Sabyan, bisa-bisanya gue dibilang bad performance,” racau DJ Aru. “Untung mukanya good looking, kalo enggak, udah gue damprat sekalian!”

“Ribet nih kalau udah teler gini,” pusing Aling seraya mencoba membuat Aru sadar. “Ru, balik yuk. Lo udah teler.”

“Teler? Gue suka tuh es teler xixi.”

“Duh, udah hangover nih bocah. Gue balik dulu, Rik. Thanks buat minumannya.”

“Ok,” jawab Arik sambil mengangguk.

“Udah, balik yuk,” ajak Aling sambil memapah tubuh lunglai DJ Aru.  “Ngapain juga lo pake acara mabuk segala, Ru?”

“Apaan sih? Gue nggak mabuk. Cuma gue minum dikit tadi, Ling. Sekarang anterin gue pengen pulang, gue ngantuk,” racau DJ Aru tak jelas.

“Iya. Ini kita juga mau pulang,” jawab Aling sambil menahan tubuh DJ Aru susah payah.

Cukup sulit keluar melewati lautan manusia yang ada di club night tersebut. Mereka masih menggila di berbagai penjuru, membuat Aling kesulitan membawa keluar DJ  Aru.

Bruk!

“Aww,” pekik Aru dan Aling bersamaan saat mereka terdorong ke depan karena ada yang menubruk mereka dari belakang.

“Ru, lo nggak papa?” cemas Aling sembari membenarkan kacamata yang dikenakannya. Tubuhnya terdorong lumayan kuat barusan, sampai-sampai pegangannya pada DJ Aru terlepas.

“Hm.”

DJ Aru bergumam kecil dengan kelopak mata yang tertutup rapat.

“Oh my goodness. Lo peluk laki siapa, Ru? Ganteng banget!” gumam Aling.

“Kalau jalan lihat-lihat, Mbak. Untung aja nggak luka,” semprot suara di dekat Aling.

Aling terlonjak, lantas mengalihkan pandangan. “Ah, iya. Maaf banget. Tadi ada yang dorong dari belakang,” ujar Aling meluruskan.

“Hey?” pria yang tidak sengaja ditabrak DJ Aru itu bertanya sambil mengguncang bahu.

Bukannya sadar dan menjauh, DJ Aru malah makin merapatkan tubuhnya pada lelaki yang membantu menangkap tubuhnya saat hampir jatuh karena terdorong.

“Duh, nyari kesempatan dalam kesempitan si Aru,” gumam Aling sambil tersenyum kikuk. “Maaf, mas. Temen saya lagi nggak sadar. hangover dia.”

“Tunggu dulu. Dia DJ Aru yang perform tadi, ‘kan?” tanya pria yang tadi menyemprot Aling dengan kalimat pedasnya.

Aling mengangguk sebagai jawaban.

“Wih, rezeki nomplok Al. Lo dapat gift ketemu DJ Aru tanpa banyak cingcong.”

Pria yang  memiliki nama tersebut hanya menatapnya datar. “Lepas,” ujarnya mencoba melepaskan pelukan DJ Aru pada tubuhnya.

“Enggak mau,” jawab Aru kekeuh.

“Mau sampai kapan kamu begini?”

Alih-alih menjawab, DJ Aru malah diam seribu bahasa. Dia lalu mendongkrak, memperlihatkan manik hazelnut sayu yang langsung kontak dengan obsidian hitam pekat milik lawan bicaranya.

“Kamu yang tadi, ya?”

“Hm?”

Pria yang masih dipeluk oleh DJ Aru itu tampak kebingungan.

“Lo, cowok Sabyan di lorong toilet tadi.”

Alis Al makin menaut. Tanda jika dirinya bingung akan maksud dari ucapan lawan bicaranya. Kapan dia bertemu wanita ini?

Aling dan pria yang berdiri di dekat keduanya juga sama-sama kebingungan. Mereka masih menonton interaksi DJ Aru dan pria yang dipanggil Al tersebut.

“What are you doing—“ Tanya Al kebingungan saat wanita di hadapannya mendusel-dusel di dada bidangnya. Bukannya menjauh, dia juga malah mengeratkan pelukan. Namun, belum usai Al bertanya, suara horor yang cukup keras membuat ketiganya terkejut. Diiringi dengan bau menyengat yang keluar bersama dengan cairan kental yang berhasil mengotori bagian depan pakaian yang Al gunakan.

“Hoek….”

“Astaga!” kaget Aling dan pria yang berdiri di dekat Al.

Sedangkan Al sendiri, jangan ditanya lagi bagaimana horor ekspresi nya menatap Aru.

Wanita itu baru saja memuntahkan isi perutnya ke baju Al. Sampai-sampai si empunya terkejut bukan main dengan tangan mengepal kuat menahan amarah.

“Salam kenal dari DJ Aru ....hoeeekk ….” lagi, wanita itu memuntahkan isi perutnya.

'Tamat riwayat Lo, Ru?! batin Aling di dalam hati.

...🍄🍄...

...TBC...

Cerita ini pertama kali dirilis pada Juli tahun 2021 untuk event di platform lain. Menempati posisi keempat dalam even tersebut. Sekarang berpindah ke Noveltoon/Mangatoon dengan wajah dan judul yang baru.

Semoga suka ❤️

Jangan lupa add ke library, like, komentar, dan vote dan share.

Tanggerang 28-12-22

2. Crazy, Sezy, Cool.

Pagi yang cerah menyambut hari seorang pria rupawan yang baru saja selesai membersihkan diri. Tubuh tinggi tegapnya yang kini sudah terbalut setelan jas mahal berwarna silver. Jam Rolex Oyster Perpetual Black Dial Automatic Men's Watch seharga ratusan juta rupiah juga senantiasa melingkari pergelangan tangan kiri.

Langkah kakinya kemudian berjalan ke arah cermin besar yang ada di tengah walk in closet. Ia biasa menggunakan dasi sambil bercermin di sana. Selesai dengan tampilannya yang selalu rapih dan paripurna, ia beranjak meninggalkan walk in closet, berjalan menuju dapur. Ia sudah menyempatkan diri untuk membuat sarapan sebelum mandi.

Hidupnya memang selalu beredar dengan teratur. Jadwal paginya selalu terkontrol dengan baik. Setiap bangun pagi ia akan berolahraga minimal 30 menit setiap pagi, setelah melaksanakan kewajiban sebagai umat beragama. Selesai berolahraga, ia akan pergi ke dapur untuk mengambil sebotol air mineral seraya membuat sarapan untuk dirinya sendiri.

Semua kebutuhan pangan tidak pernah telat diisi. Lemari pendinginnya seminggu dua kali diisi oleh bahan makanan baru oleh orang suruhan Ibunya, atau beliau sendiri yang melakukan pekerjaan tersebut. Jika tidak membuat sarapan sendiri, akan ada salah seorang staf sang Ibu yang datang mengantarkan makanan. Namun, ia kerap kali menolak dan memilih membuat sarapan sendiri.

Terkadang ia membuat sandwich berisi sayuran atau buah, waffled sandwich filled with creamy scrambled egg dengan melted cheese and smoke beef jika ingin. Terkadang juga ia hanya sarapan scrambled eggs dengan potongan tomat dan sosis panggang atau sarapan dengan granula dengan susu. Ia memang tidak terlalu pemilih soal makanan. Asalkan makanan itu sehat dan ada sayurnya, ia akan memakan tanpa pikir panjang.

Dalam hidupnya, planning is number one. Semua yang akan ia lakukan sudah digolongkan ke dalam tiga schedule, yaitu planning jangka pendek, jangka menengah hingga jangka panjang.

Altar Jhonyan Dee Diantoro namanya. Orang terdekat kerap kali menyapa Al atau Altar. Golongan pria ideal yang selalu memiliki planning dalam setiap kesempatan. Ia tipikal orang yang memegang teguh prinsip hidup, karena Altar sudah dididik menjadi putra sulung yang mandiri sejak kecil.

Dulu Altar hanya anak yatim-piatu yang kemudian diadopsi oleh Anita dan suaminya karena mereka tak kunjung bisa memiliki momongan. Selang empat tahun setelah mengadopsi Altar, hadir Afka dalam rahim Anita. Selang tiga tahun kemudian, hadir Arez dalam rahim Anita.

Altar bak jimat keberuntungan bagi pasangan suami istri tersebut. Altar juga tidak pernah kekurangan kasih sayang sejak diadopsi oleh mereka. Ia disekolahkan di instansi pendidikan ternama yang cocok dan sesuai dengan minat dan bakatnya. Ia juga dididik dengan dan digembleng dengan tegas sebagai contoh bagi adik-adiknya.

Kedua orang tua Altar selalu memberi kalimat pengingat seperti, they looks up to you. Adik-adiknya akan mengikuti diri ia dari apa yang mereka lihat. Altar juga selalu diajarkan untuk menjadi pribadi yang bisa memahami, mengayomi dan menjadi pemimpin.

"They think you are cool," adik-adiknya akan selalu berpikir demikian.

Semua itu dibebankan kepadanya sebagai seorang kakak. Dia tidak pernah banyak mengeluh apapun yang orang tuanya tekankan. Ia tidak memiliki alasan untuk mengeluh atau menolak, karena kedua orang tua angkatnya itu tidak pernah menjerumuskan kepada jalan yang salah. Ia memiliki banyak hutang budi.

Sejak kecil ia dididik dan digembleng dengan keras agar masa depannya terjamin. Maka saat tiba pada waktunya ia mengambil alih kepemimpinan, hari-harinya hanya dipenuhi dengan work and work. Alhasil ia masuk ke dalam golongan workaholic yang gila kerja.

Di usianya yang masih muda Altar sudah berhasil menduduki posisi CEO atau Chief Exsekutive Officer menggantikan Ayah angkatnya. Ia berhasil membawa perusahaan yang bergerak di dunia perhotelan, periklanan, furniture, kuliner, fashion, dan sebagainya menuju puncak keemasan. Setelah adiknya menikah, Altar menyerahkan posisi CEO kepada adik pertamanya, yaitu Afka. Ia kemudian mengisi posisi CFO atau Chief  Financial Officer.

CFO atau Chief  Financial Officer lebih dikenal sebagai Direktur Keuangan. Jabatan seorang CFO mungkin jarang didengar, karena seorang CFO cenderung bekerja di balik meja. Posisi ini berbeda dengan COO atau Chief Operations Officer yang mengurusi urusan teknis perusahaan, serta CEO yang menjadi wajah perusahaan sehingga lebih dikenal oleh publik.

Chief Financial Officer merupakan pimpinan perusahaan yang bertanggung jawab terhadap segala hal di bidang keuangan. Meliputi perencanaan keuangan, pencatatan keuangan, hingga administrasi perusahaan. Kendati demikian, tugas utama dari seorang CFO adalah melakukan perencanaan keuangan dan bertanggung jawab terhadap cash flow perusahaan. Dalam beberapa sektor, CFO juga bertanggung jawab untuk analisis data.

CFO biasanya memberi laporan kepada Chief Executive Officer, dewan direksi, serta tambahan keistimewaan duduk di dewan. Tak hanya itu, seorang CFO juga harus dapat menganalisis kekuatan finansial perusahaan sehingga dapat menjadi kebijakan perusahaan ke depannya. Seorang CFO bertanggung jawab kepada CEO, dan membantu memberikan keputusan di bidang keuangan dengan berbagai forecast, serta analisis bisnis.

Dalam perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, seorang CFO adalah pucuk pimpinan, namun untuk industri lainnya, seorang CFO biasanya menduduki posisi ketiga dalam struktur kepemimpinan. Setelah CEO dan COO.

Selain itu, kemampuan analisis dari seorang CFO juga perlu diperhitungkan. Hal ini agar kebijakan perusahaan dapat diputuskan dengan tepat dan sesuai. Hal lain yang harus dimiliki oleh seorang CFO adalah kemampuan memimpin. Mengingat posisi CFO adalah posisi pimpinan, mengandalkan kemampuan teknis dalam keuangan saja tidaklah cukup. Hal itu harus didukung dengan kemampuannya dalam memimpin seluruh jajarannya.

“Bang,” panggil suara yang familiar di telinganya kala ia keluar dari area lobby apartemen.

“Hm?”

“Hari ini kita ada meeting sama bagian micro finance. Abang gak lupa, ‘kan? Bang Afka udah nunggu soalnya.”

Altar mengangguk kecil sebagai jawaban.

Ia kemudian melirik pria muda di sampingnya untuk sejenak. Ia adalah Arez—si bungsu. Jangan tanya kenapa pria muda itu bisa ada di kawasan ini sepagi ini. Jawabannya bukan karena ingin berlagak dengan cara mengingatkan schedule meeting, melainkan kedok agar ia bisa menghindari rutinitas pagi di kediamannya sendiri. Arez memang sedang terlibat keruwetan dalam hubungan asmara, semenjak menikah gadis yang masih sangat belia.

Kedua pria tersebut kini sudah tiba di lobby kantor D’A Cooperation sekitar pukul 08.00 pagi. Banyak mata yang menyapa dan senyum yang dilemparkan ke arah mereka. Pesona dua saudara itu memang tidak bisa ditolak dengan sekejap mata. Yang satu terkenal sebagai lady killer ter-panas seantero D’A Cooperation. Sedangkan satunya lagi, terkenal sebagai pribadi yang crazy, sexy and cool. Tak ayal jika dirinya dijuluki sebagai bujangan terpanas seantero D’A Cooperation.

Apalagi hingga kini ia masih betah menyandang status bujangan. Dikala gencatan pamer ayang.

“Good morning, ladies and gentle man.”

Seorang pria bersetelan kerja yang berdiri di depan para audience membuka meeting pagi ini. Jajaran kursi di ruang meeting sudah ini diisi oleh para staf divisi micro finance.  Mereka tentu duduk dengan jantung berdebar-debar. Kursi yang mereka duduki terasa seperti kursi panas di ruang eksekusi mati. Pasalnya setelah berleha-leha di beberapa hari dalam sebulan ini, tiba-tiba mereka di kumpulkan pada meeting penting yang langsung dihadiri oleh petinggi sekelas CFO. Alhasil divisi micro finance sudah riweh sejak pagi.

Lantai yang diperuntukan untuk para staf divisi micro finance memang berada di lantai lima. Berbeda dengan lantai yang diperuntukan untuk para jajaran petinggi serta dewan direksi. Biasanya, jika meeting bersama petinggi begini hanya para kepala divisi atau jajaran Deputy of Directory (DD) yang dipanggil ke lantai ini.

Altar menebar pandangannya ke seluruh ruangan. Kebiasaannya jika hendak memulai meeting, guna memastikan para audience sudah lengkap dan siap atau belum. Obsidian hitamnya kemudian terpaku pada kursi kosong di samping manager divisi micro finance.

“Ada yang masih belum datang?”

Seorang pria yang usianya hampir memasuki kepala lima langsung menoleh, lantas berkata. “Ah, ini, sekretaris saya kemungkinan datang terlambat.”

Pria berkacamata itu adalah manager divisi micro finance. Ia tersenyum kecil, seraya merutuki kelakuan sang sekretaris. Ia harap sekretarisnya itu segera datang sebelum pimpinan mereka marah.

Satu gedung ini juga sudah tahu jika CFO mereka ini orangnya selalu on time. Ia benci keterlambatan dan tidak suka waiting. Walaupun jarang menunjukan dirinya ke muka publik, rumor soal eksekutif muda yang berhasil menduduki kursi CFO itu santer terdengar.

Derit pintu yang terbuka dari luar secara tiba-tiba, agaknya berhasil membuat para audience di ruangan tersebut mengalihkan pandangan secara serempak. Mereka menatap ke arah pintu, di mana dalang dari sumber keributan itu baru saja muncul.

Seorang wanita bersurai hitam sepunggung dengan formal, rok a-line untuk menonjolkan kesan feminim berwarna hitam selutut yang dipadukan dengan atasan kemeja berwarna pastel, lengkap dengan ID Card yang tergantung di leher. Ia berdiri di sana dengan deru nafas tak beraturan. Kaki jenjangnya yang terbalut stiletto hitam hendak melangkah masuk dengan bibir tipis yang mengucapkan permintaan maaf lirih, namun ia urung masuk saat manik hazelnut miliknya bertubrukan dengan obsidian hitam milik pria yang tengah berdiri di podium.

Untuk beberapa detik terjadi eye contact di antara mereka, sebelum si pemilik obsidian hitam memutuskan kontak terlebih dahulu.

“Dia bekerja di sini.”

Siapa sangka mereka akan bertemu kembali secepat ini. Altar punya alasan kuat kenapa ia sampai mengingat wanita tersebut. Wanita pemilik manik hazelnut itu adalah wanita yang sama. Wanita yang ia jumpai di club night tempo hari.

...🍄🍄...

...TBC...

Semoga suka. Jangan lupa like, vote, add ke library, follow Author, share tabur bunga sekebon dan tonton iklan sampai selesai 😘

Tanggerang 28-11-22

3. Life Goes On

Sinar mentari pagi yang mulai beranjak tinggi, menganggu tidur seorang wanita di atas peraduan. Cahaya yang muncul dari sela-sela gorden berhasil membuat tidur nyenyak nya terganggu. Saat kedua kelopak mata yang dihiasi oleh bulu mata lentik itu perlahan terbuka, pening dengan cepat menghantam kepala. Diiringi dengan mual hebat yang berpusat di bagian perut. Ia refleks  meloncat turun dari ranjang singel tanpa bedcover, berlari ke arah kamar mandi.

Suara muntahan terdengar beberapa detik berikutnya. Seluruh isi perutnya keluar dalam bentuk cairan. Ia memuntahkannya dengan kepala yang dilanda rasa sakit luar biasa. Seolah-olah kepalanya telah dipukul menggunakan benda tumpul dengan begitu keras.

“Ck. Pasti semalam hangover,” decak nya sebal sambil menyeka sudut bibir yang basah setelah ia basuh menggunakan air bersih.

Selesai dengan urusan mual dan muntah, ia memilih untuk cuci muka dan gosok gigi. Selesai dengan urusan kamar mandi, ia berjalan keluar dari tempat bangun tadi. Sembari berjalan, ia melirik jam yang menempel di dinding. Waktu sudah menunjukan pukul sembilan pagi lewat lima belas menit, pantas saja ia terbangun.  Sebagai manusia normal, ia memiliki jam biologis. Jam segini sudah melebihi jam normalnya bangun di pagi.

“What, jam Sembilan lebih?!”

Ia kembali menatap jam dinding tersebut horor. Detik berikutnya, ia melirik ke arah samping. Di mana sebuah televisi yang menempel di dinding berada. Di samping benda tersebut ada kalender kecil yang tersimpan di atas nakas.

“Fyuuh. Untung hari ini weekend,” ujarnya lega.

Dia membawa kedua kaki jenjangnya yang terbalut celana piyama pendek seperempat paha menuju ruang makan. Perutnya keroncongan setelah muntah. Rumah terasa sepi, padahal ia tinggal berdua di tempat ini. Mungkin adiknya tengah pergi ke tempat les.

Sambil membuka tudung saji yang tersimpan di tengah-tengah meja makan, ia mencoba mengingat-ingat apa yang sebenarnya terjadi, sampai ia hangover semalam. Biasanya ia tidak pernah menyentuh minuman haram seujung jari pun, kecuali jika pikirannya sedang kacau. Untung saja, ia tidak terbangun tanpa busana di sebelah pria asing karena kecerobohannya. Hih, membayangkannya saja sudah horor sekali.

Di balik tudung saji yang telah disingkirkan dari atas meja makan, ada satu set makanan siap santap yang terdiri dari semangkuk sup, sepotong dada ayam yang di-grill, salad, potongan buah segar, dan banchan. Banchan sendiri merupakan lauk-pauk sampingan dalam tradisi kuliner Korea yang dihadirkan di atas piring kecil. Lengkap dengan sticky note di atasnya.

...‘Nasinya ada di rice cooker. Jangan lupa makan sup nya, Mbak. Semalam Mbak Aling yang bawa Mbak pulang. Aku pergi les dulu.’...

Bunyi pesan yang tersimpan di sticky note. Ia tersenyum kecil saat membaca pesan tersebut. Adiknya itu memang selalu pengertian. Walaupun masih duduk di bangku SMA, ia sudah mandiri dan bisa mengurus dirinya sendiri. Adiknya juga pandai memasak, bersih-bersih dan unggul dalam bidang akademik. Ia pergi ke tempat les juga bukan untuk les, melainkan untuk menjadi guru les di sana. Perfect bukan? idaman gadis-gadis zaman sekarang pastinya.

“Hm, enaknya.”

Ia bergumam kecil saat mencicipi sup yang telah disiapkan adiknya.

“Semalam gue ngapain aja, ya?” pikirnya di dalam hati.

Ia mencoba mengingat kembali apa yang terjadi semalam, namun hasilnya tetap saja nihil. Yang ada ia hanya pening akibat mencoba mengingat apa yang terjadi semalam.

Ia mengedipkan bahu acuh sambil kembali mengunyah makanan buatan sang adik. “Tau deh. Besok juga palingan ingat.”

Jangan sampai karena ingin mengingat apa yang menjadi penyebabnya mabuk, hidupnya malah jadi mandek dan dilanda kekacauan yang berkelanjutan. Seperti makna dari lirik lagu milik boyband Bangtan Boys atau BTS, Life Goes On. Hidup harus terus berjalan. Apapun situasi dan kondisinya.

...🍄🍄...

Bunyi suara klakson kendaraan terdengar begitu nyaring saat wanita cantik berpakaian khas pekerja kantoran keluar dari Transjakarta. Ia berlari dengan tergesa-gesa, mengabaikan nyeri di tumit kakinya yang pagi ini terbalut stiletto hitam yang cukup tinggi. Ia terlambat pergi bekerja. Parahnya lagi ia baru ingat jika hari ini ada meeting penting.

Padahal semalam atasannya sudah mengingatkan lewat pesan singkat. Kendati demikian, mimpi jalan-jalan keliling Hollywood menggunakan super cars Bugatti Divo bersama Tom Cruise nyatanya mampu membuat ia bangun kesiangan.

“Mati gue,” ujarnya seraya menelan ludah kasar.

Arunika Yunika namanya. Wanita cantik berusia 26 tahun yang bekerja di D’A Cooperation. Memegang jabatan sebagai sekretaris manager divisi micro finance sejak dua tahun belakangan. Seperti namanya, Arunika yang berarti cahaya matahari yang baru saja terbit. Ia adalah pribadi yang ceria, humoris, care, easy going, easy talk dan acak kali disebut happy virus. Si cantik yang selalu biasa mencairkan suasana dalam setiap situasi dan kondisi.

Arunika Yunika. Wanita yang cantik seperti cahaya matahari yang baru terbit, dan unik.

Arunika juga dikaruniai wajah cantik dan manis dalam waktu bersamaan. Kulitnya putih, bersih dan terawat. Jerawat mungkin insecure jika tumbuh di wajahnya. Hidungnya kecil, mungil, tetapi bangir. Bibirnya tipis berwarna merah alami. Tubuhnya tinggi ideal, dengan lekuk yang tidak berlebihan. Ia juga memiliki sepasang netra hazelnut yang cantik yang dipayungi oleh sepasang bulu mata lentik.

Ia bekerja di D’A Cooperation setelah menyelesaikan pendidikannya di salah satu universitas ternama. Perusahaan tersebut merupakan tempat kerja yang popular dan banyak diincar. Gaji yang ditawarkan juga besar, dalam artian beberapa tingkat di atas UMR. Belum lagi beberapa fasilitas tambahan dan bonus yang semakin mensejahterakan para pekerja. Semua itu sebanding dengan loyalitas yang harus diberikan kepada perusahaan. Karena dari awal untuk lolos dan bisa bergabung dengan perusahaan ini juga bukan kaleng-kaleng susahnya.

Arunika tentu bersyukur bisa diterima bekerja di perusahaan ini. Gajih mumpuni, bonus tiap bulan dikantongi, kerjanya manusiawi, fasilitasnya memadai, lengkap dengan jaminan kesehatan yang bisa dimiliki.

“Lo baru datang, Ru?” tanya seorang wanita yang tidak sengaja berpapasan dengannya di koridor menuju ruangannya.

“Iya. Kesiangan gue, gara-gara Tom Cruise nih.”

“Ck. Mimpi lo itu terlalu ketinggian sih,” ledek wanita tersebut. Ia memang hapal betul jika sahabatnya itu penggemar berat actor Hollywood tersebut.

“Sialan lo, Ling. Gue lagi hetic nih. Gue duluan,” ujar Arunika sembari menepuk baru sahabatnya.

Ia harus buru-buru menuju ruang meeting sebelum terlambat. Park Irewes—atasannya pasti akan mengadakan kultum dadakan jika mengetahui ia terlambat.

“Oh, iya, ruang meeting-nya di mana ya?” bingung Arunika. Ia lupa bertanya, padahal dirinyalah yang seharusnya mengetahui lebih rinci soal jadwal meeting hari ini.

“Ruangan bisa pasti.”

Ia berbaik dengan cepat. Melangkahkan kakinya menuju ruangan yang biasanya digunakan untuk meeting. Suara stiletto yang ia gunakan terdengar nyaring kala bertemu dengan lantai di sepanjang koridor.

Tiba di tempat yang dimaksud, dengan kecepatan extra Arunika meraih kenop pintu. Membuat bunyi gaduh tercipta karena tindakannya yang terkesan bar-bar. Ia tersenyum kikuk saat seisi ruangan mengalihkan pandangan ke arah dirinya. Termasuk pak Irewes—atasannya yang tampak geleng-geleng kepala.

Jantung Arunika sudah hampir copot. Ingin rasanya dia menghilang detik itu juga. Apalagi saat manik hazelnut miliknya beradu pandang dengan obsidian hitam milik pria yang tengah berdiri gagah di podium.

Tunggu dulu, sekelebat ingatan tiba-tiba muncul dalam ingatan. Bak film yang diputar berulang-ulang. Ia mulai bisa mengingat insiden di club night. Bagian terburuknya, pria pemilik obsidian hitam jelaga itu ada di dalam kilasan memori tersebut.

Pria itu adalah orang yang sama dengan pria telah pakaiannya kotori dengan muntahan.

...🍄🍄...

...TBC...

...Daebak, Arunika....

...Sudah jatuh, tertimpa tangga pula 🤣....

...Lanjut?...

...Tinggalkan komentar dulu 👐...

...Tanggerang 28-11-22...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!