Turun Ranjang

Turun Ranjang

Bab 1 Keluarga bahagia

Dafa Mahesa sedang mengayun istrinya yang duduk diatas ayunan di pelataran rumah pagi itu sambil mengasuh anaknya, Adam.

Adam berlarian kesana kemari menendang bola dengan kaki mungilnya.

"Tangkap ayah!" teriak Adam sambil menendang bola ke arah ayahnya.

Plakkkk!

"Aduh," teriak Aishah Faradilla istri dari Dafa.

"Ouufff," Dafa malah tersenyum melihat istrinya terkena bola.

"Maaf," Adam berlari kearah ibunya dan mengambil bola itu. Mimik wajahnya takut saat bola itu mengenai wajah ibunya.

"Tidak papa sayang," Aishah lalu tersenyum dan membuat wajah bocah kecil berusia tiga tahun yang tadinya cemas dan takut, menjadi ceria kembali.

"Mas, tidak terasa sebentar lagi anniversary kita yang ke empat tahun ya?"

"Hem, lalu?" kata Dafa sambil mengayun istrinya dengan penuh kasih sayang dibawah terik matahari pagi yang hangat.

"Ehm, aku bahagia sekali menjadi istrimu Mas. Bahkan tanpa perayaan anniversary, bagiku, setiap hari bersamamu sangatlah berarti," tangan Aishah memegang kedua tangan Dafa ketika ayunan itu berhenti.

"Aku sangat mencintaimu Aisyah. Kamu adalah hadiah dari Tuhan yang menyempurnakan hidupku. Kau bukan hanya tulang rusukku. Kau adalah duniaku," kata Dafa menatap lekat kedua bola mata indah Aishah.

Lalu mengangkat jemari tangan istrinya dan menciumnya dengan bibirnya.

cup!

"Terimakasih Mas..." kata Aishah tiba-tiba.

"Untuk apa?" Dafa dan Aishah bertatapan sangat mesra.

"Untuk menjadi suami yang sempurna bagiku. Kau membuat aku selalu berharga sebagai seorang wanita. Kau bahkan selalu menegurku dengan cara yang lembut ketika aku bersalah. Kau membuat aku menjadi ratu dirumah ini," Aishah berkata dengan mata berkaca-kaca.

Entah kenapa dia merasa jika kebersamaan ini akan berakhir dan terasa begitu singkat di benaknya.

Ada sebuah rasa gelisah, yang dia simpan dan tidak berani dia ungkapkan pada suaminya.

"Sayang, aku menikahimu bukan saja karena aku sangat mencintaimu, tapi karena kita sudah saling mengenal sejak kecil. Aku sangat mengenal makanan yang kau sukai dan yang tidak kau sukai. Aku tahu warna favorit mu dan juga semua hal yang kau sukai. Mungkin itulah yang membuat pernikahan kita menjadi terasa indah dan mudah untuk saling memahami,"

Dafa berkata sambil teringat kenangan masa kecilnya bersama istrinya di desa. Sekarang mereka sudah pindah ke kota, dan hidup makmur karena pekerjaan Dafa yang sudah mapan.

"Kau benar Mas. Tidak sekalipun kita pernah bertengkar selama menikah. Kau memahami aku dan aku juga sangat memahami dirimu," Aishah menyandarkan kepalanya di bahu suaminya sambil berjalan mendekati Adam yang memberi makan ikan di kolam setelah bosan bermain bola.

"Semoga cinta kita abadi selamanya. Dan hanya maut yang akan memisahkan kita," kata Aishah berkata sambil menggenggam erat tangan Daffa.

Dalam hati merasa ada yang mengganjal dari kebersamaan hari ini. Terasa jika dia seperti akan kehilangan dirinya atau orang yang dia cintai. Beberapa hari yang lalu, dia bermimpi jika dia sendirian dihutan dengan baju putih. Tersesat seorang diri tanpa ada yang menemukannya.

Berulang kali dia memanggil suaminya namun tidak ada yang datang untuk menunjukkan arah padanya.

Untunglah dia ingat akan Tuhan kala itu, dan berdoa sebisanya. Hingga akhirnya terbangun dari mimpi buruk itu dengan dahi berkeringat dingin.

"Adaaaammm!" Teriak Chika Anastasya adik dari Aishah yang sedang menginap satu Minggu di rumah kakaknya.

"Lihat, apa yang Tante bawa!" Chika sangat ceria hari ini.

Dia baru saja jadian dengan kekasihnya Aldo Bamastya. Yang berulang kali memenangkan juara buku tangkis di kampusnya.

"Mau Tante...." Adam segera berlari ke arah tantenya yang punya pembawaan ceria.

"Ini untukmu. Dan....ini untuk Mas Dafa juga mbak Aishah," kata Chika sambil memberikan ice cream yang tadi dia beli ketika diantar pulang oleh Aldo.

"Terimakasih...ada acara apaan nih? Kelihatan ceria banget?" goda Dafa dengan senyum ramah.

"Ahh, mau tau aja nih.... pokoknya rahasia," jawab Chika sambil berlari masuk kedalam rumah dengan riangnya setelah membagikan ice cream pada kakaknya serta keponakan satu-satunya.

Chika dan Aishah selisih dua tahun. Aisyah tidak kuliah dan memutuskan menikah di usia muda. Sedangkan Chika memilih untuk kuliah dulu dan belum ada niat untuk menikah di usia muda.

Mereka dua bersaudara. Ayah ibunya tidak pernah merasa was-was dengan keduanya karena mereka berdua saling mendukung dan jarang bertengkar.

Sang kakak sangat menyayangi adiknya. Begitu pula adiknya, dia sangat menyayangi kakaknya.

Bukan hanya sebagai saudara, mereka bisa sangat akrab layaknya teman dekat atau sahabat karib. Ketika Aishah kelas tiga SMA maka Chika kelas satu SMA.

Mereka berangkat bersama dan pulang bersama. Jarang yang tahu jika mereka adalah kakak adik. Kebanyakan menduga jika mereka adalah teman karib.

Wajah mereka memang tidak sama. Aisyah memiliki kulit putih dan cerah. Sedangkan Chika memiliki kulit lebih gelap dan kecoklatan turunan dari ayahnya.

Aishah memiliki karakter pendiam dan tidak banyak bicara. Sedangkan adiknya lebih cerewet dan banyak bercandanya.

Mungkin karena dua perbedaan itu mereka menjadi saudara kandung yang kompak. Yang satu suka bercerita dan yang satunya lebih suka jadi pendengar setia.

"Biasalah mas. Paling juga habis jadian. Aku sudah hafal jika wajahnya seceria itu. Dia pasti habis mendapatkan pacar baru," kata Aishah sambil mendekati Adam di pinggir kolam ikan.

"Kalian seperti timur dan barat," ucap Dafa sambil tersenyum pada istrinya.

"Kok bisa?"

"Ya, pokoknya bedalah. Kamu pendiam, dan adik kamu periang. Kamu setia dan adik kamu berganti pacar setiap bulan," kata Dafa sambil tersenyum lucu jika dua adik kakak ini sedang bersama.

"Ahh, kamu bisa aja Mas. Adam ...ayuk sayang, udahan mainnya. waktunya makan buah,"

"Ndak mau. Mau main lagi," bocah kecil itu menolak dan berlari menjauh dari mamanya.

"Sayang, dengar apa kata mama. Kita lanjutin mainnya didalam ya...kita akan main robot," kata Dafa merayu Adam.

"Asyiiik mau main robot," sahut Adam langsung berlari kedalam rumah.

Aishah nampak kesal.

"Kok sama kamu nurut sih? Aku kan ibunya? Tadi juga aku ajak masuk. Tapi dia ngga mau,"

"Sayang...dengerin, kamu tadi bilang suruh masuk dan akan makan buah. Terang aja dia ngga mau. Kamu kan tahu, Adam ngga suka buah,"

"Lalu...?" Aishah masih bingung dan suaminya sudah menggandengnya masuk kedalam.

"Ikut aku..." kata Dafa sambil mengambil buah serta robot diruang tamu.

Adam ada diruang tengah setelah mencuci tangannya.

"Sayang, ini robotnya," kata Dafa sambil memberikan robot itu kepelukan Adam.

Adam pun asyik bermain robot. Aishah hanya bengong dan diam di dekat mereka. Dia mau melihat bagaimana suaminya membujuk Adam makan buah.

"Sambil kita kasih makan robotnya yah, sekarang buka mulut Adam. Lalu kita kasih makan robotnya,"

"Aaaaaa" Adapun membuka mulutnya lebar.

"Pluk"

Dia lalu menggigit buah itu dan mengunyahnya.

"Kok asam?"

"Robotnya kan ngga bisa makan. Jadi Adam yang makan. Lalu tiupin ke robotnya. Fuuuuh gitu. Energinya masuk kedalam perut robot,"

"Ohh, gitu ya pa..."

"He em..."

"Nah sekarang buka lagi mulutnya...."

Begitu seterusnya hingga buah itu habis. Dan Aishah matanya melebar melihat Adam menghabiskan buah dalam waktu sepuluh menit.

Biasanya, Aishah harus membujuknya hingga satu jam lebih agar buah itu habis oleh Adam.

"Okey, sekarang sudah habis. Robotnya semakin kuat. Cia via!" Seru Dafa yang bermain dengan Adam.

"Kamu hebat Mas, pokoknya kalau ada kamu, aku tidak perlu marah ketika membujuknya makan buah,"

"Sayang, tidak perlu pakai marah, ajak main sambil makan, nanti juga akan habis sendiri,"

"Ehh,"

"He em," tiba-tiba Adam menatap ibunya dan mengangguk lucu. Seakan membenarkan ucapan ayahnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!