Chika menatap keponakannya dengan sedih. Dalam hati rasanya berat meninggalkan nya. Namun setelah kematian kakaknya, tidak mungkin dia masih tetap tinggal dirumah kakak iparnya. Tidak akan mudah baginya jika harus tetap dirumah ini bersama kenangan kakaknya Aishah yang sangat dia sayangi.
"Adam, Tante harus pulang bersama Uti, nanti kan ada Oma dan opa yang akan disini menemani Adam," kata Chika sambil menggendongnya.
Adam memanggil uti dan akung untuk orang tua Aishah. Dan Oma serta opa untuk orang tua Dafa.
"Ndak mau! Aku maunya Tante Chika." Adam berbicara sambil terisak-isak dan tetap keras kepala tidak ingin di tinggalkan oleh Chika.
"Aduh gimana ini? Susah sekali membujuk nya," gumam Chika sambil berjalan keluar kamarnya.
"Jika dia masih kangen denganmu, kamu tinggallah disini sebentar. Mungkin dengan adanya kamu disini, rasa kehilangan ibunya tidak akan terlalu menyakiti nya," tiba-tiba ibunya muncul sambil membawa koper akan kembali ke kampung.
"Tapi Bu, Chika sedih jika tetap disini. Chika sangat menyayangi mbak Aishah. Dan sekarang mbak Aishah sudah tidak ada di dunia ini. Sakit sekali jika mengingat nya," tanpa terasa airmata Chika kembali terjatuh setiap kali menyebut nama kakaknya Aishah.
"Tapi lihatlah wajah keponakan mu. Dia sangat membutuhkanmu. Melihatmu akan membuatnya melupakan ibunya," kata ibunya menasehati.
"Benar yang ibumu katakan Chika. Saat ini kakak iparmu masih dirawat dirumah sakit. Dan dia hanya bersama seorang suster. Tidak ada yang mengawasinya. Jangan sampai seperti berita yang di koran-koran itu. Tentu kau juga sudah tahu apa yang kami takutkan. Suster juga manusia, dia punya kehidupan sendiri yang tidak kita tahu,"
Mereka mengkhawatirkan keadaan Adam jika hanya berdua saja dengan susternya. Maraknya kejadian yang merugikan sang majikan akibat kelalaian suster yang menjaganya membuat mereka was-was dan khawatir.
"Baiklah," akhirnya Chika mencium kedua pipi Adam dengan gemas.
"Eehhmmm, cup! Kamu emang paling bisa, merayu semua orang. Jika semua memihakmu, tante bisa apa?" Ucap Chika dengan nada cerianya yang kembali bersinar demi sang keponakan.
"Jangan sedih lagi," Adam balas mencium bibir Chika.
"Cup,"
"Eits! Ngga boleh. Ini untuk....bukan untuk anak kecil. Pipi Tante aja ya..." Belum pernah ada pria manapun yang menyentuh menyentuh bibir Chika dan dia tidak rela ciuman pertamanya di renggut seorang pria seumuran Adam.
"Kenapa tidak boleh?" celotehnya lucu dengan memonyongkan ujung bibirnya dan siap mencium bibir tantenya lagi. Kan tadi belum kena, karena Chika menghindar.
"Karena...ini untuk seseorang..." Chika lalu menurunkan Adam dari pelukannya.
Dan tiba-tiba Dafa yang duduk di kursi roda sudah ada dipintu bersama papa dan mamanya.
"Ayahhhhh!" Adam berteriak dan berlari ke pangkuan ayahnya.
"Aaoooo!" Ketika menyentuh lukanya yang masih sakit.
"Maaf,"
"Adam, turun sini sayang. Ayah Dafa kan masih sakit, turun ya..." Chika datang menghampiri.
"Ndak mau! Aku kangen sama ayah. Mau di peluk oleh ayah...." Adam lalu memeluk ayahnya sangat erat.
Dafa menggelengkan kepalanya.
"Ngga papa, biarkan saja,"
"Baiklah," kata Chika lalu melihat kakak iparnya yang mengusap air matanya dengan punggung tangannya ketika matanya menatap foto pernikahan nya yang masih terpajang di ruang tamu.
Didalam foto itu tersimpan begitu banyak kenangan masa pacaran hingga mereka menikah.
Chika melihat begitu banyak kesedihan didalam wajah kakak iparnya. Hatinya juga kembali terguncang ketika Adam memanggil Ibunya.
"Ibu....tidak disini? Ibu disana." Tangannya menunjuk ke arah kuburan dimana Aishah di kuburkan.
"Sendirian...."
Dafa lalu memeluk Adam. Dan mengecup kedua tanganya.
"Adam...ayo kita masuk kedalam...kamu mau main sama ayah?"
"Iya...." Dafa tahu apa yang harus dia lakukan. Dia harus mengalihkan perhatian Adam dari kenangan akan ibunya. Jalan satu-satunya dia harus mengajaknya main dan membuatnya tersenyum.
"Tante Chika juga ikut," rengek Adam memohon pada ayahnya dengan tingkah lucunya.
"Ikutlah ke kamar, kau tidak pulang ke kampung kan? tinggallah disini. Adam sangat membutuhkan mu, aku mohon,"
Chika mengangguk tanpa mengucapkan sepatah katapun. Dia tidak bisa menolak permintaan Adam dan kakak iparnya. Dalam hati ragu apakah keputusan yang dia ambil ini benar atau salah?
Dafa mengambil bola dan melemparkannya pada Adam. Adam lalu menangkapnya dan melemparkannya pada Chika. Untuk sesaat, suasana agak membaik dan rasa kehilangan itu sedikit berkurang.
"Wooooowww!" Chika terjatuh karena menginjak kelereng dan roknya tersingkap di hadapan kakak iparnya.
"Aaahhhhh!" Chika menahan malu dan segera menutupnya. Sementara Dafa memalingkan wajahnya.
Deg.
Sesaat, suasana menjadi canggung. Terlebih Chika, untuk pertama kalinya dia merasa sangat malu sekali didepan kakak iparnya ketika roknya tersingkap ke atas dan saat ini hanya ada mereka berdua saja.
"Aku...akan ke kamar dulu. Adam, kamu main dengan ayah ya. Tante ada tugas penting dari dosen,"
Dengan tertunduk malu, Chika berjalan keluar tanpa berani menatap mata Dafa karena insiden tadi.
Sampai di kamar,
Chika memukul pahanya berulang kali. Dia juga memukul kopernya yang sudah berisi semua bajunya.
"Kenapa aku terjatuh didepan mas Dafa? Aku malu sekali! Kenapa aku memakai rok hari ini!?" Chika menyalahkan dirinya sendiri akibat insiden memalukan itu.
Kreeettttt!
Chika membuka koper itu dengan cepat dan mengeluarkan semua bajunya. Dengan hati yang masih tidak nyaman dia menatap lambelu semua baju itu ke dalam lemari.
tok! tok tok!
"Ya masuk,"
"Tante....maaf Tante, kamarnya berantakan,"
"Tidak papa. Tante cuma mau pamit sama kamu. Tante dan Om juga akan pulang hari ini. Chika, sementara kamu tinggal disini dulu ya? Kamu bisa berangkat kuliah dari sini. Dan adanya kamu disini, akan membuat luka mereka sembuh perlahan. Kamu sangat di butuhkan saat ini,"
"Iya Tante...." Chika lalu dengan cepat mengambil semua bajunya yang tadi dia lempar ke lantai karena kesal dengan dirinya sendiri.
"Tante dan Om pulang ya...jaga diri kalian baik-baik,"
"Iya Tante," Romi dan Rasti lalu berpamitan pada Dafa dan juga Adam.
Sekarang dirumah itu tinggal mereka bertiga saja dan seorang suster yang menjaga Adam.
Malam ini, Dafa menidurkan Adam yang tidak mau di tidurkan oleh suster nya.
"Nanny, kamu bisa istirahat sekarang. Adam biar tidur sama saya," kata Dafa yang sudah berganti piyama.
"Baik Pak," Nanny sang pengasuh lalu kekamarnya.
Sementara Chika tidak bisa tidur malam ini. Untuk pertama kalinya dia merasa sulit sekali tidur. Entah apa sebabnya. Hatinya terus gelisah dan merasa tidak nyaman berada di rumah yang tadinya sangat nyaman ketika kakaknya masih hidup.
"Kenapa aku merasa tidak tenang? Aku sudah membaca buku dan tetap tidak bisa tidur. Besok aku haru kuliah dan presentasi. Bagaimana ini?"
Chika lalu bangun dan pergi kedapur untuk membuat susu hangat. Kata orang susu hangat akan membuat orang lebih mudah tidur.
Chika lalu kedapur dan saat berbalik dia malah menumpahkan susunya ke paha Dafa yang juga akan kedapur, karena tidak bisa tidur di malam pertama dia kembali kerumah tanpa Aishah disisinya.
Dan ketika Chika akan mengelap, tiba-tiba Dafa menatapnya tajam.
"Jangan! Aku bisa sendiri," Dafa langsung berbalik dan melarang Chika membantunya.
"Tapi..."
"Aku minta maaf. Aku tidak bisa tidur dan ingin membuat susu. Tiba-tiba Mas Dafa datang dan membuat aku kaget," Berusaha menjelaskan alasannya ada didapur dalam gelap tanpa menyalakan lampu. Dan itu adalah kecerobohannya untuk yang kedua kalinya setelah insiden rok yang tersingkap.
"Sudah. Aku akan kekamar. Aku bisa membersihkan nya sendiri," Dafa seakan membangun tembok dan jarak antara dirinya dan Chika sejak kehilangan istrinya.
"Iya...." Chika berdiri dengan gelas kosong ditanganya. Terpaku dan terpana. Bingung dengan sikap nya juga sikap Dafa yang menjadi aneh setelah kepergian kakaknya.
Sudah kuduga jika tidak mudah tinggal disini setelah mbak Aishah tiada. Aku menjadi canggung begitu juga Mas Dafa. Tidak ada lagi tawa hangat diantara kami seperti saat mbak Aishah ada disini. Kami semua berduka dan bersedih. Kami sangat kehilangan dirimu mbak. Kau adalah nyawa dirumah ini. Kau adalah cahaya dalam rumah ini. Dan sekarang kau telah pergi. Cahaya itu tidak ada lagi. Rumah ini seperti ruang hampa tanpa dirimu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments