Malam ini, Dafa mengajak istrinya ke sebuah restoran Jepang yang ada ditengah kota itu. Restoran itu sudah di pesan dan tidak ada tamu yang datang di jam delapan malam.
Dafa sengaja ingin memberikan kejutan pada istrinya di hari anniversary pernikahan mereka yang ke empat tahun.
Dafa menutup mata istrinya dengan kain berwarna merah marun. Dan Aishah terlihat anggun memakai gaun merah marun yang membuat dia terlihat sangat cantik di mata Dafa.
"Kamu sangat cantik dengan gaun ini sayang," ucap Dafa berbisik di telinga Aishah kala mereka berada didalam mobil.
"Ahh, kamu bisa aja Mas. Pegang dadaku Mas. Aku sangat berdebar," kata Aishah dan mengambil tangan Dafa lalu mendekapkannya pada dadanya.
Sementara, Chika dan Adam sudah lebih dulu sampai disana.
"Aku harap jantung ini tetap berdetak sampai rambut kita memutih," kata Aishah dengan perasaan yang sudah tidak enak sejak kemarin.
"Jangan pikirkan hal yang membuat kamu merasa takut dan cemas," Dafa mengecup tangan Aishah dengan lembut.
"Entah kenapa aku merasa takut," kata Aishah sambil menggenggam erat tangan suaminya.
"Jangan takut. Aku akan selalu menjagamu dan mendekapmu selamanya hingga akhir hayatku," Dafa memeluk Aishah yang matanya tertutup kain berwarna merah.
"Maafkan aku. Aku harus menutup matamu. Karena aku sedang memberikan kejutan di hari yang kau tunggu dan nantikan,"
"Andai semua suami sepertimu Mas. Maka tidak akan ada seorang istri yang depresi," kata Aishah menyandarkan kepalanya di bahu suaminya.
"Kau berlebihan sayang....."
"Benar Mas. Aku sangat bangga padamu. Dan aku ingin menyatakan satu hal yang membuat aku gelisah sejak kemarin,"
"Apa itu? Katakan saja. Ini kan hari spesial kita berdua,"
"Mas....jika aku tiada. Aku ingin kamu melanjutkan hidupmu dan mencari ibu yang baik untuk Adam,"
"Hush! Jangan pernah mengatakan hal itu lagi. Apa yang kamu katakan sangat menyakiti hatiku,"
"Aku serius Mas. Berjanjilah padaku. Jika kau akan mencari ibu yang terbaik untuk Adam, kita tidak tahu apa yang akan terjadi esok atau lusa. Aku merasa seakan aku akan pergi jauh darimu. Berulang kali akuenepis dugaan itu. Dan aku selalu berdoa untuk bisa menikmati hari tua bersamamu. Tapi jika takdir berlaku lain untukku. Berjanjilah kau akan memenuhi harapanku. Aku tidak ingin kau hidup sendirian. Aku ingin kau dan Adam selalu bahagia,"
Mata Dafa menangis mendengar permintaan istrinya yang aneh dan tidak masuk akal. Di hari bahagia dia mengatakan hal yang sangat menakutkan.
"Tidak. Aku akan mencintaimu sepanjang hidupku. Dan tidak ada wanita yang bisa menggantikan dirimu di dalam hidupku," kata Dafa memeluk istrinya.
Aishah merasa seakan ini adalah pelukan terakhir dari suaminya.
Tiba-tiba, sebuah mobil minibus lepas kendali dan menabrak mobil yang di tumpangi Dafa dan Aishah.
Duaaarrrr!!!
"Mas Dafaaaaaa!" Aishah berteriak histeris ketika suaminya terlempar keluar.
Sedangkan Aishah terjepit didalam mobil dan tidak sadarkan diri.
"Mas Dafa...." tiba-tiba Aishah membuka matanya dan melihat suaminya tak bergerak di trotoar.
"Maafkan aku mas.... selamat tinggal," Aishah menutup matanya. Jantungnya berhenti berdetak.
Beberapa mobil segera menghentikan laju kendaraan dan menolong mereka. Sebagian menelpon polisi. Tidak lama kemudian ambulans datang dan membawa para korban.
Sementara itu,
Di restoran Chika gelisah karena kakaknya tidak kunjung datang. Sudah terlambat setengah jam dari yang seharusnya.
"Kenapa mereka belum datang juga," gumam Chika lirih.
Adam mulai rewel dan cemas.
Satu jam kemudian ada telepon dari kepolisian dan mengatakan jika kedua kakaknya mengalami kecelakaan.
Dreettttt.
"Halo," Chika mengangkat nomor tidak dikenal yang menelponnya.
"Benar dengan mbak Chika?" suara dari telepon itu.
"Iya saya sendiri, ada apa ya?"
"Kami dari kepolisian. Dan kakak anda mengalami kecelakaan. Yang satu meninggal ditempat dan yang satu lagi kritis,"
"Apa!?" Chika merasa seluruh tulangnya terlepas dari raganya. Badanya lemas tak bertenaga. Wajahnya pucat dan shock mendengar kata polisi itu.
"Tidak mungkin. Kakak saya hari ini akan merayakan anniversary pernikahan mereka yang ke empat tahun. Pak, mungkin anda salah orang. Kakak saya tidak mungkin mengalami kecelakaan," berharap jika keyakinan nya benar. Kakaknya pasti terjebak macet dan masih dalam perjalanan.
"Tidak nona. Itu benar atas nama Dafa Mahesa dan Aishah Faradilla,"
"Jadi benar? Mereka kecelakaan?" serasa air matanya tumpah mendengar jika itu benar kakaknya yang mengalami kecelakaan baru saja.
"Baik, saya akan kesana," Chika menutup teleponnya.
Hati Chika remuk redam dan hancur seketika. Dia lalu menangis dan memeluk Adam.
"Tante? Kenapa menangis?" Adam bingung menatap wajah tantenya yang tiba-tiba menangis.
"Tidak papa sayang. Tante ...oh ya. Kamu pulang ya. Biar Tante antar. Karena acaranya di tunda," Chika berusaha menutupi kesedihannya atas kecelakaan yang menimpa kakaknya.
Tidak ingin membuat keponakannya cemas. Chika memberinya ice cream sebelum pulang.
Chika tidak bisa menahan kesedihannya lagi. Ketika didalam taksi, berulang kali dia mengusap airmatanya dengan tissue.
"Mas Dafa...Mbak Aishah..." bisik lirih Chika sambil memeluk keponakan nya yang tertidur karena kelelahan dan bosan menunggu acara anniversary yang berujung pada tragedi.
"Adam....semoga orang tuamu baik-baik saja. Kamu masih sangat kecil jika harus kehilangan. Kamu masih sangat membutuhkan mereka. Tante tidak akan membiarkan mu sedih. Tante akan selalu menemani dan membuatmu bahagia, Tante janji...." kata Chika lirih.
"Mereka pasti baik-baik saja. Pak polisi tadi pasti salah. Informasi nya pasti salah. Semoga salah. Ini pasti tidak benar. Aku yakin. Ini salah,"
Berusaha memberi kekuatan pada diri sendiri dan berharap informasi ini salah.
Begitu sampai dirumah, Chika menitipkan Adam pada susternya. Dan dia langsung keluar lagi dengan taksi yang sama.
"Pak. Kerumah sakit di jalan Ara," Chika langsung menelpon keluarganya yang dikampung.
Tapi ternyata mereka sekarang sedang dalam pesawat dan akan ke kota begitu mendengar dari keluarga Dafa jika putra putrinya mengalami kecelakaan.
"Kenapa tidak di angkat?"
"Baiklah. Biar aku lihat dulu. Aku harus memastikan siapa mereka. Baru aku mengabari ayah dan ibu,"
Taksi yang di tumpangi Chika sudah sampai di depan gerbang rumah sakit.
Chika turun dan kakinya terasa kelu untuk melangkah kedalam.
"Ini neng kembaliannya," kata driver itu.
"Tidak usah pak. Untuk bapak saja,".
"Terimakasih neng,"
Chika segera menyeberang dan hampir saja dia tertabrak sepeda motor karena tidak waspada. Cemas dan khawatir serta rasa takut menghantui dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments