saat mas bram menemaniku untuk memeriksakan tangan ku yang terluka, aku melihat wajah mas bram yang begitu hangat.
entah apa yang aku fikirkan, lagi-lagi aku tidak bisa mengalihkan pandanganku pada mas bram.
"udah puas mandangi wajah ku". ucap mas bram.
"ahhh.... itu... ". sontak aku mencari alasan tapi tidak menemukan yang tepat.
"aduhh... malu banget aku".
"gimana dokter lukanya? apa baik-baik saja". tanya mas bram.
"tidak ada masalah pak, lukanya tidak terlalu parah. hanya saja tangannya jangan terlalu banyak untuk buat bergerak dan pastikan jangan basah". jawab dokter yang merawat ku.
"baik dokter". ucap ku.
"ini resep obatnya, silakan ambil di apotik".
saat dokter memberikan resepnya, aku ingin mengambil tapi mas bram merebut resep itu.
"biar aku saja yang ambil". ucap mas bram.
"iyaa mas". jawab ku dengan senyuman.
aku dan mas bram berjalan menuju apotik untuk mengambil obat.
"kamu tunggu sini aja, biar aku yang mengambilnya".
"iya mas". aku menuruti perintah mas bram.
aku melihat mas bram berdiri antri di apotik, mata ku terus memperhatikan mas bram dari belakang.
"ternyata mas bram orang yang baik dan perhatian. bahkan dia rela antri demi mengambil obat untuk ku".
"karin... karin... apaan sih. sadar karin.. ". aku menyadarkan pikiranku sendiri.
setelah beberapa saat, mas bram kembali dengan membawa obat untuk ku.
"ini obat kamu, harus di minum agar cepat pulih".
"iya mas". aku menerima obat yang di berikan oleh mas bram.
" oo iyaa, aku membeli salep untuk luka kamu, agar tidak membekas nantinya". ucap mas bram.
"tidak apa-apa mas, nanti juga hilang sendiri".
"apa kamu tidak tau, kalau luka bakar itu sulit untuk hilang dan aku gak mau kamu mengalaminya". jawab mas bram dengan nada sedikit pelan.
"iya mas". sajauh ini aku tidak bisa membantah mas bram.
"apa kamu ingin pulang untuk istirahat".
"ahh tidak mas, aku ingin menemani alisya". jawab ku
"baiklah". mas bram menggandeng tanganku.
ini pertama kalinya setelah kami menikah mas bram menggandeng tangan ku, rasanya sangat hangat. aku merasa seperti anak ABG yang baru merasakan jatuh Cinta.
saat kami berjalan menuju kamar rawatan alisya, tiba-tiba mas bram menghentikan langkahnya sehingga tanpa sengaja aku menabrak tubuh mas bram dari belakang.
"agghh... maaf mas". aku menunduk meminta maaf.
"hei... kenapa bersikap sopan seperti itu, seharusnya aku yang meminta maaf karena berhenti tiba-tiba". Jawab mas bram sambil mengusap kepala ku.
"apa yang terjadi dengan mas bram? kenapa sikapnya berubah kepada ku? dia sangat perhatian hari ini".
"karin... karin.. kenapa melamun". ucap mas bram.
"ahh gak mas. o iya kenapa mas berhenti? ada apa? ". tanya ku
"kamu sudah makan?".
"hmm belum mas".
"mau makan bersama ku".
"????" aku melebarkan bola mataku karena tidak percaya dengan ucapan mas bram.
"karin..!!!".
"ahh iyaa mas, ayo kita makan". aku masih gak percaya saat ini mas bram ngajak makan berdua.
aku mengikuti langkah mas bram yang membawa ku ke restoran sebelah rumah sakit.
"mas.... ". aku menarik sedikit ujung baju mas bram.
"ada apa karin? kamu gak suka makan di. restoran ini". ucap mas bram.
"enggak mas bram, bukan itu".
"terus??". mas bram tampak penasaran apa yang ingin ku katakan.
"kita jangan lama-lama ya makannya. kasian alisya udah kita tinggal lama".
"ya ampun karin, kirain ada apa. jangan khawatir ,tadi aku sudah menelpon mama dan papa untuk jagain alisya sebentar". jawab mas bram.
"ahh iya mas".
sebenarnya hanya alasan ku mengatakan agar tidak lama-lama saat kami makan berdua, karena aku merasa masih canggung jika berdua dengan mas bram.
"duduk karin". mas bram menarik kursi untuk ku.
"terima kasih mas". aku balas dengan senyuman.
aku terpaku saat melihat mas bram tepat duduk di depan ku. semua terlihat sangat jelas di mataku, aku melihat wajah mas bram yang hangat, matanya yang berbinar dan senyumannya yang sangat menawan.
"karin, kamu mau pesan apa". mas bram menunjukkan buku menu padaku.
"hmmm apa ya. aku pesan ayam bakar pedas saja mas". karena gugup aku asal memilih menu.
"udah itu aja, gak ada yang lain". mas bram menatap ku.
"gak mas". jawab ku dengan menundukkan kepala.
"oke, kami pesan steak 2 porsi, spaghetti 1 porsi tapi yang carbonara ya dan glasyesoup with bread 1 ya. minumnya punch blue 1 dan ocean milk 1 ya". mas bram memilih menu dengan cepat.
"baik pak, di tunggu sebentar ya". jawab pramusaji.
"mas, kenapa banyak banget pesannya. terus pesanan aku kenapa gak di sebut".
"kamu aneh deh, di rumah kan udah sering kita makan ayam, lagian kamu harus banyak makan. makanan yang aku pesan semuanya sangat baik untuk kamu". jawab mas bram.
"baiklah mas". aku menerima saja apa yang di katakan mas bram.
"yang sakitkan alisya, kenapa aku yang harus banyak makan". gumam ku dalam hati.
"kamu gak senang, aku ajak makan bareng". diam-diam mas bram memperhatikan ekpresi wajah ku yang manyun.
"ahh gk mas, aku seneng kok. seneng banget malah". aku menunjukkan senyuman ku pada mas bram.
selagi kami menunggu pesanan datang, aku dan mas bram banyak terdiam dan memainkan handphone kami masing-masing.
masih terlihat jelas kecanggungan kami satu sama lain. yang biasanya mas bram tidak terlalu perduli dengan ku, tiba-tiba dia perhatian dan mengajak ku makan berdua.
entah apa yang merasuki mas bram, sampai sikapnya berubah terhadapku.
"mas". panggilku dengan nada pelan.
"kenapa karin".
"kenapa mas mengajakku makan berdua?".
"hmm apa ada yang salah kalau aku ngajak istri sendiri makan". jawab mas bram.
"bukan gitu mas, aneh aja rasanya. mas yang dari awal menganggapku sebagai ibu pengganti, tidak memperdulikan aku tiba-tiba mas perhatian dan ngajak aku dinner berdua". ucap ku.
karena merasa ini kesempatan untuk ku bicara padanya, aku mengatakan apa yang ada di dalam pikiranku.
"maafkan atas ucapan ku karin". mas bram memegang tanganku.
"maksud mas?".
"maaf jika perkataanku selama ini sudah membuat mu tersinggung dan sakit hati. saat itu rasanya aku belum rela untuk berbagi hidup lagi dengan siapa pun, itu semua karena dengan tiba-tiba papa menjodohkan ku dengan kamu". jawab mas bram.
aku terdiam sejenak mendengar ucapan mas bram. di satu sisi aku sangat mengerti perasaan dia yang belum bisa melupakan istrinya dan satu sisi lagi aku tidak mengerti kenapa dia cepat berubah terhadapku.
"selama satu minggu ini, aku sudah cukup melihat kesungguhan mu, ketulusan mu terhadap alisya. aku merasakan kebahagian dalam diri alisya semenjak kamu hadir". lanjut mas bram.
"tapi mas..... ".
"ini pesanannya, silakan di nikmati". ucap pramusaji yang menyiapkan makanan untuk kami.
"sudah ya, kita makan dulu. ceritanya di rumah saja kita lanjutinya".
"baik mas".
saat kami memulai makan malam, mas bram sibuk memotong steak untukk ku.
"kamu makan yang ini saja sudah ku potong-potong". mas bram memberikan piring berisi steak yang sudah di potong untuk ku.
"terima kasih mas". aku menerimanya dengan senang hati.
"makanlah, kedepannya kita akan sering dinner bersama dengan alisya".
uhukk uhukk uhukk....
"ternyata mas bram sudah memikirkan dinner untuk ke depannya".
"karin, kamu baik-baik aja akan". mas bram dengan cepat memberikan aku minum.
"gak mas, aku baik-baik saja. terima kasih". ucap ku.
"pelan-pelan saja makannya, jangan buru-buru". mas bram melanjutkan makannya.
setelah makan malam kami kembali ke rumah sakit, karena sudah terlalu lama kami meninggalkan alisya bersama mama dan papa.
ketika aku dan mas bram membuka pintu, alisya terlihat sedang makan bersama kakek dan neneknya.
"papa". ucap alisya ketika melihat kedatangan mas bram.
"sayang". mas bram langsung memeluk alisya.
"kenapa kalian lama sekali bram. alisya dari tadi tanyakkan terus ". ucap mama
"maaf ma, tadi aku ngajak karin makan malam dulu". jawab mas bram.
"ya sudah bram tidak apa-apa". jawab papa yang berada di samping alisya.
aku hanya terdiam berdiri sekitar 5 meter dari alisya. aku takut mama mas bram masih marah padaku karena alisya sakit.
"karin, sini nak". papa memanggil ku.
"i...iya pa". aku segera mendekat ke arah mas bram.
"bunda". alisya meraih tanganku.
"iyaa sayang, cepat sembuh ya. biar kita bisa pulang bareng papa dan bunda". aku mengelus kepala alisya.
"iya bunda". begitu terlihat sangat manis saat alisya memanggil ku bunda.
"karena kalian sudah kembali, mama dan papa pulang dulu. kabari kalau ada apa-apa dengan alisya". ucap mama
"iya ma, hati-hati ya di jalan". jawab mas bram yang mengantarkan mama dan papa keluar ruangan.
aku senang melihat alisya sudah sehat dan bisa ngobrol lagi dengan ku. hati sedikit tenang melihat wajah ceria alisya lagi.
"sayang, maafkan bunda ya. bunda gak bisa jaga alisya dengan baik, sampai alisya sakit". aku memeluk alisya dengan meneteskan air mata.
"bunda, jangan nangis". ucap alisya.
"bunda gak nangis sayang". aku terus mencium kening alisya.
mas bram yang melihat ku memeluk alisya dia datang menghampiri kami dan ikut memeluk ku dengan alisya.
"mas maafkan aku". aku menatap wajah mas bram.
"jangan minta maaf karin, bukan salah kamu". jawab mas bram dengan lembut.
"alisya sayang bunda dan papa". ucap alisya dengan suara manjanya.
"bunda juga sayang alisya". jawab ku
"papa juga". jawab mas bram dengan mencium kening alisya.
aku merasakan sangat bahagia, ternyata mas bram orang yang sangat hangat dan penyayang. aku tidak menyesal menerima perjodohan ini ,karena aku di berikan suami dan anak yang sangat baik.
"terima kasih mas bram, sudah hadir di hidupku sebagai suami ku. dan terima kasih alisya sudah menjadi anak bunda".
"alisya istirahat ya sayang, bunda temeni".
"alisya mau tidur sama bunda dan papa". jawab alisya yang terus memelukku.
"sayang, di sini kita gak bisa tidur bertiga. bunda janji, besok kalau kita sudah pulang, kita akan tidur bertiga sama papa". aku coba meyakinkan alisya.
"iya sayang, alisya tidur sama bunda aja. papa tidur di sofa". jawab mas bram yang langsung merebahkan tubuhnya di sofa.
"iyaa papa". alisya juga ikut merebahkan tubuhnya.
alisya tidur dengan memelukku sangat erat, seperti seseorang takut orang yang di peluknya pergi.
"bunda". ucap alisya pelan.
"iya sayang". jawab ku dengan berbisik.
"jangan pergi tinggalin alisya ya. alisya gak mau kehilangan bunda". semakin erat alisya memeluk ku.
deg, jantungku seperti berhenti berdetak mendengar permintaan alisya yang sangat tulus. betapa sungguh beruntungnya aku yang mendapatkan anak seperti alisya.
"iya sayang, bunda gak akan pergi ninggalin alisya. bunda akan selalu di samping alisya, bunda janji". aku dan alisya saling mengaitkan jari kelingking kami.
alisya terlihat sangat nyaman tidur di pelukan ku. aku menepuk-nepuk pundaknya agar alisya bisa tidur dengan nyenyak.
setelah alisya tidur dengan nyenyak, aku melihat mas bram tidur di sofa dengan melipatkan tangannya di antara kakinya.
"mas bram pasti kedinginan". aku menyelimuti tubuh mas bram.
saat aku menyelimuti tubuh mas bram, tiba-tiba mas bram menarik tangan ku dan mendekapnya.
"mas.. mas bram". aku memanggil mas bram dengan nada pelan.
sulit untuk melepaskan tangan ku dari genggaman mas bram. tanganku semakin terjepit di antara tangan dan tubuhnya.
"gracia jangan pergi, jangan tinggalkan aku". aku mendengar mas bram mengigau.
"mas... ". panggilku lagi.
"aku tidak bisa hidup tanpa kamu gracia, tolonglah kembali". igauan mas bram.
aku melihat air mata mas bram menetes sembari dia mengigau istrinya yang sudah meninggal.
hati ku terenyuh mendegar igauan mas bram, bahwa kenyataannya di hati mas bram masih ada istrinya itu.
aku menepuk-nepuk punggung mas bram agar dia tidur nyenyak kembali. terlihat wajah sedih mas bram bahkan sekalipun ia tertidur.
"mas, aku tau. bahwa di hati mu akan selalu ada istri kamu". ucapku dengan nada berbisik.
aku menarik tangan ku pelan-pelan agar mas bram tidak terbangun. ku selimuti tubuhnya agar mas bram tetap merasa hangat.
melihat mas bram dan alisya tertidur, aku memilih untuk keluar dan duduk di taman rumah sakit untuk mencari udara sejuk.
aku berjalan pelan-pelan menelusuri taman dengan sendal jepit ku, aku melihat pepohonan yang terhempas angin malam serta lampu taman yang menghiasi.
"auhhh dinginnya, aku lupa memakai jaket. baju ku sangat tipis". aku mengusap lenganku agar hangat.
aku terus berjalan, hingga aku menemukan kursi taman yang mengahadap ke jalan Raya.
aku duduk dengan menatap kendaraan yang lalu lalang, begitu banyak cahaya yang aku lihat hingga menyilaukan mata ku.
"hmmmm". aku manarik nafas menghirup udara malam.
"begitu sejuk dan menenangkan hati".ucap ku sambil tersenyum.
aku terus duduk dengan mengayun-ayunkan kaki ku dan sambil menikmati waktu berlalu.
"jangan keluar malam, nanti masuk angin". tiba-tiba mas bram datang memberikan ku jaket.
"mas bram, kenapa bangun?". aku terkejut melihat mas bram menemukan ku.
"tadi aku terbangun dan melihat kamu tidak ada, jadi aku keluar mencari kamu". ucap mas bram sambil duduk di sampingku.
"maaf mas, sudah membuat kamu terbangun dan mencariku".
"tidak apa-apa karin. apa yang kamu lakukan di sini". tanya mas bram.
"aku hanya mencari udara segar mas bram". jawab ku.
"sudah larut malam. ayo kita kembali ke ruangan alisya". mas bram menarik tanganku.
"ahh iyaa mas". aku mengikuti mas bram.
"dinginkan, jangan keluar malam lagi. angin malam tidak Bagus". mas bram membenahi jaket dan merangkul ku.
walaupun suasan malam yang dingin tapi pelukkan mas bram terasa sangat hangat dan membuat ku sangat nyaman.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Sus Susyla
kata y alsya tangan d gandeng sm bram...ko bsa tiba2 nubruk gitu
2022-11-29
0
reni
kebanyakan kata maafnya ..
2020-12-28
0
Cokorda Swastika
kebanyakan bengong dan kata maaf. gak adil saja. kurang strong. terlalu lembut alias lebay
2020-08-21
2