Episode 3

aku tiba di rumah mas bram saat tengah malam, rumahnya terlihat besar dan mewah. rumah sebesar ini hanya dihuni oleh mas bram dan alisya.

"ayo masuk".

"ahh iyaa mas". aku mengikuti langkah mas bram dari belakang.

"kamarnya ada di atas dan di sebelah itu kamar alisya". mas bram menunjukkan lantai atas.

"iya mas".

"kamu istirahat saja duluan, aku mau ke ruang kerja dulu". ucap mas bram

"bagaimana bisa di saat malam pertama kami, mas bram memilih untuk ke ruang kerjanya.  tapi ya sudahlah".

aku hanya menganggukkan kepala ku dan berjalan menuju ke lantai atas. aku membawa satu koper besar berisi keperluanku selama aku tinggal bersama mas bram.

"aduh berat banget sih, kalau tau kamarnya di lantai atas aku gak akan bawa barang banyak seperti ini". aku terus menggerutu sendirian.

"selamat malam non". seorang wanita paruh baya menyapa ku.

"malam". aku tersenyum membalas sapaannya.

"saya bibi nina yang membantu tuan bram". ucapnya dengan sopan.

"ahh iyaa bi, saya karin".

"biar saya bantu non".

"ohh tidak usah bi, biar saya saja.. ". belum selesai aku bicara, koper ku terjatuh dan menggelinding dari tangga.

"aghhhh". spontan aku berteriak.

"aduh, baru datang kenapa aku membuat keributan sih".

mas bram yang mendengar teriakkan ku langsung keluar dari ruang kerja nya.

"maaf mas, aku tidak sengaja. maaf bi udah buat keributan". aku meminta maaf karena merasa bersalah.

"tidak apa-apa non". bibi nina membantu mengambil koperku yang jatuh

"tinggal kan saja, nanti biar aku yang bawa ke atas". ucap mas bram.

"gak usah mas, aku bawa sendiri aja. karena aku ingin mengganti pakaian". aku ngeyel ingin membawa koper ke atas.

karena melihat aku ke susahan, mas bram langsung membawakan koper ku ke kamar atas.

"terima kasih mas".

"langsung istirahat saja, jangan menunggu ku". mas bram langsung turun ke lantai bawah.

"apa kamu tidak ingin menemani ku mas. hmmm ya sudahlah".

aku melihat sekeliling isi kamar mas bram terpajang foto mas bram dan istrinya dulu. mereka terlihat serasi, ibunya alisya terlihat sangat cantik, bahkan tidak bisa dibandingkan dengan ku yang tidak ada apa-apanya.

"istri mas bram cantik banget ". aku mengitari kamar sambil melihat foto-foto mereka.

jika aku pikir-pikir, bahkan tidak ada tempat untuk memajangkan foto pernikahan kami. dan aku melihat sebuah tulisan di antara foto-foto mereka.

"aku akan terus mencintaimu gracia, tidak ada yang bisa menggantikan mu di hatiku".

air mata ku langsung menetes ketika membaca pesan itu, begitu dalamnya rasa Cinta mas bram terhadap istrinya dulu. pantas saja mas bram menganggapku hanya sebagai ibu pengganti.

"sudah karin, jangan menangis lagi". aku langsung menghapus air mataku.

aku membuka lemari untuk meletakkan pakaianku tapi aku juga tidak melihat ruang kosong untuk pakaian-pakaianku.

"sebenarnya, aku ini siapa?". aku terus bertanya pada diri sendiri.

mas bram tidak memberikan ku ruang kosong di rumah ini, apa lagi di hatinya, dan lagi-lagi aku merasa asing.

mau gimanapun, aku telah menyetujui pernikahan ini. jadi aku harus siap dengan resiko yang ada.

"ya sudahlah". lagi dan lagi kata itu yang terlontar dari mulut ku.

setelah aku mengganti pakaian, aku meletakkan koperku di sudut ruang kamar dan aku merapikan tempat tidur mas bram agar nyaman saat mas bram tidur.

"ranjang ini, apa aku pantas untuk menempatinya".

sebelum aku tidur, aku memutuskan untuk melihat alisya di kamarnya. aku membuka pintu kamar alisya pelan-pelan dan melihat gadis kecil sedang tidur di ranjangnya.

"anak cantik, tidur yang nyenyak ya dan cepat sembuh". suhu tubuhnya masih terasa hangat dan nafasnya berat.

aku menyelimuti tubuh mungilnya agar tidak kedinginan. di kamar alisya juga penuh dengan foto ibunya, mungkin mas bram tidak ingin alisya lupa siapa ibu kandungnya.

"mmuuachhh selamat malam cantik". aku mencium kening alisya.

saat aku ingin keluar dari kamarnya, aku mendengar suara alisya memanggil ibunya.

"ibu.. ibu.. jangan pergi". alisya mengigau saat tidur.

"sayang, kamu kenapa?". aku mengelus-elus kepalanya agar dia merasa nyaman.

"ibu.. ibu.. ibu... ". dia terus-menerus memanggil ibunya.

"Alisya sayang, tenang ya. ada bunda di sini". aku menggenggam erat tangannya.

aku berusaha menenangkannya agar dia bisa tidur kembali setelah aku bersenandung, alisya sudah terlihat tidur dengan nyenyak kembali.

"selamat malam alisya".

saat aku ingin bangun, alisya terus memegang tanganku dengan kuat. dia meletakkan tanganku di bawah pipinya.

"apa kamu ingin bunda temani tidur".

aku mengambil kursi dan duduk di samping alisya untuk menemaninya tidur.

sekitar 2 jam aku menemani alisya, aku kembali ke kamar dan melihat kamar masih kosong tidak ada mas bram.

"sudah jam 2 pagi, kenapa mas bram belum kembali ke kamar".

aku mondar mandir di dalam kamar, tidak tau lagi apa yang harus aku lakukan. sudah jam 3:45 tapi mas bram belum datang juga.

aku duduk di sofa sambil membaca buku, tidak lama kemudian mas bram masuk ke dalam kamar.

"kenapa belum tidur". ucap mas bram yang melihatku duduk.

"ahh iya mas, aku sedang baca buku". aku mencari alasan agar tidak terlihat bahwa aku sedang menunggunya.

mas bram masuk ke dalam kamar mandi, terdengar suara gemericik air.

"mas bram mandi saat menjelang subuh gini. apa jangan-jangan .....ahhh tidak tidak, tidak mungkin".

terlintas di pikiran ku yang tidak-tidak saat mengetahui mas bram mandi.

setelah mas bram selesai mandi, dia tidak melihat atau bahkan mengajak ku tidur. dia langsung naik ke atas ranjang dan memejamkan matanya.

mataku berkaca-kaca melihat perlakuan mas bram di malam pertama kami. di mana malam yang di nantikan sebagai sepasang pengantin baru.

setelah melihat mas bram tertidur, aku lebih memilih untuk tidur di sofa. tapi tetap saja, mataku tidak bisa di pejamkan.

"apa yang harus aku lakukan, agar aku bisa tidur".

aku terus membolak-balikkan posisi tidur ku tapi tidak ada yang bisa buatku nyaman.

sampai menjelang pagi pun, aku tidak bisa tidur. mata ku terus terjaga tidak ada rasa ngantuk sama sekali.

tepat jam 5 pagi, aku turun ke ke bawah untuk bantu bibi nina menyiapkan sarapan pagi.

"selamat pagi bi". ucap ku pada bibi nina.

"pagi juga non, kok sudah bangun non".

"aku tidak bisa tidur bi, karena masih suasana baru ". jawab ku

"iya non itu hal biasa. non istirahat aja, biar bibi yang masak".

"tidak apa-apa bi. o iya bi, biasanya mas bram suka sarapan apa bi? ".

"tuan biasanya hanya makan roti dan susu aja non. kalau non alisya makan sereal dan susu coklat".

"ohh iyaa bi, baiklah. aku akan membuatkan sarapan untuk mas bram dan alisya". dengan semangat aku membuatkan roti dan susu.

"non mau sarapan apa?  ".

"ahh aku tidak usah bik, nanti aku buat sendiri aja".

"non, kalau tuan bersikap dingin maklumi aja ya. semenjak non gracia meninggal, tuan lebih banyak diam".

"ahh pantas saja, mas bram sedikit acuh padaku. ternyata dia masih terpukul karena kepergian istrinya".

"ahh iyaa bi". aku tersenyum pada bi nina.

"ohh ya bi, apa alisya pernah bertanya tentang ibunya".

"sering non, apa lagi kalau non alisya sakit.  dia terus manggil-manggil ibunya. tapi tuan selalu bilang ke non alisya, kalau ibunya lagi ke surga tidak bisa pulang dan non alisya langsung terdiam".

"gak apa-apa kan bik, kalau aku banyak bertanya".

"tidak apa-apa non, tanya kan saja kalau non tidak mengerti masalah di rumah ini".

aku sedikit terbantu dengan adanya bibi nina di rumah ini,  setidaknya ada yang mengajari ku jika aku tidak tahu.

aku selesai membuatkan roti dan susu untuk sarapan mas bram,aku telah menyusunnya di meja makan.

"bibi mau kemana?".

aku melihat bibi nina naik tangga ke lantai atas.

"mau bangunkan non alisya,non".

aku berjalan menaiki tangga mendekat ke arah bibi nina.

"biar aku saja ya bi".

"baik non".

bibi nina kembali ke dapur, sebelum aku membangunkan alisya, aku berniat membangunkan mas bram. benar saja, mas bram masih tertidur pulas di ranjang.

"mas... mas bram, ayo bangun sarapan". aku membangunkan dengan perlahan takut mas bram terkejut.

berkali-kali aku membangunkan mas bram, mas bram hanya menggoyangkan tubuhnya.

"mas, ayo bangun".

akhirnya aku menyerah, mungkin mas bram tidak ingin di bangunkan oleh ku.

"ya sudahlah, aku ke kamar alisya saja".

tiba-tiba aku terkejut karena tangan ku di tarik oleh mas bram, spontan aku terjatuh di atas tubuh mas bram dan itu membuatku merasa deg-degan.

"mas... mas... ". aku memanggil namanya perlahan.

tangan mas bram dengan kuat mencekram tanganku sehingga aku susah untuk bergerak.

"jangan pergi.. jangan tinggalkan aku". ucap mas bram dengan mata terpejam.

"ada apa dengan mas bram".

"gracia, aku merindukanmu".

jantungku terasa lemas, hatiku seperti ada yang menusuk-nusuk mendengar perkataan mas bram.

aku berusaha menarik tubuhku tapi aku tak kuasa melawan kekuatan mas bram. mas bram makin menekan tubuhku di atas tubuhnya hingga bibirku tepat mendarat di atas bibirnya.

"ya ampun... ".

jantungku makin berdegup kencang tak karuan, wajahku terasa panas dan memerah.

cepat-cepat aku bangun dan berlari meninggalkan mas bram di kamar.

aku masuk ke dalam kamar alisya dan memegang dadaku yang deg-degan.

"apa yang aku lakukan, kenapa bibirku... ". aku memegang bibirku yang mencium mas bram.

"karin.. karin.. lupakan... lupakan.. itu tadi hanya sebuah kecelakaan". aku menampar pipi ku agar tersadar.

aku melihat alisya yang sedari tadi menatapku dengan wajah heran.

"a.. alisya, sudah bangun sayang". aku mendekat ke arah alisya.

"mau sarapan". ucapku

alisya hanya menjawab dengan menganggukkan kepalanya.

"kita cuci wajah dulu dan sikat giginya ya". alisya menyetujui ajakan ku.

aku membantu alisya menggosok gigi dan membasuh wajahnya. alisya masih terheran menatapku, jelas saja bahwa kami baru sekali bertemu saat acara pertunanganku dengan mas bram.

"alisya panggil bunda aja ya. mulai sekarang bunda yang jaga alisya dan papa".aku menatap wajah alisya dengan senyuman.

"iya bunda". alisya langsung memanggilku dengan sebutan bunda.

entah kenapa hatiku bahagia mendengar alisya memanggilku bunda, sampai aku tidak bisa berhenti tersenyum bahagia.

"ayo kita turun sarapan bareng". aku menggandeng tangan alisya.

"papa... papa". Alisya memanggil papanya.

"iya sayang, nanti papa juga turun ke bawah".

alisya anak yang baik, setiap apa yang aku katakan dia selalu menurutinya.

"alisya duduk di sini ya. bunda ambilkan sarapannya".

aku duduk di samping alisya dan menyuapkan sarapan paginya. alisya makan dengan lahap dan aku melihat senyum di wajah alisya.

"enak sayang sarapannya".

"enak bunda". jawab alisya dengan lembut.

bahkan aku sangat bahagia melihat alisya tersenyum dan menikmati sarapan buatanku.

"pagi alisya sayang". mas bram turun ikut sarapan bareng.

"papa". alisya terlihat semakin bahagia.

"kamu mau sarapan mas".

"iya". seperti biasa mas bram selalu menjawab dengan singkat.

"alisya sayang, hari ini kita jalan-jalan ya". ajak mas bram

"iya pa. hore...". teriak alisya bahagia.

"ini mas roti dan susunya". aku menyajikan sarapan di depan mas bram.

"terima kasih". ucap mas bram.

setelah melayani mas bram, aku duduk kembali di sebelah alisya dan menyuapinya kembali.

"kamu tidak sarapan".

"ahh iya mas, nanti saja". jawab ku

saat sedang menyuapi alisya, tiba-tiba kepalaku terasa pusing dan hoyong, pandangan seketika kabur.

"bunda.. bunda". alisya melihatku tidak stabil dan hampir jatuh.

"ahh iya sayang, bunda baik-baik saja". seketika aku langsung menyadarkan diriku.

"kenapa kepalaku pusing, apa karena aku tidak tidur semalaman".

"non karin istirahat aja, biar bibi yang kerjakan. non tidak tidur semalaman".

"tidak bi, aku baik-baik saja". lagi-lagi aku mengandalkan senyumanku.

"kenapa kamu tidak tidur semalam". ucap mas bram

"mungkin karena suasana baru mas, aku jadi belum terbiasa". jawab ku

"istirahat lah".

"tidak mas, tidak apa-apa. aku ingin menemani alisya sarapan". aku bersikeras bahwa aku baik-baik saja.

setelah selesai sarapan aku mengajak alisya duduk di ruang keluarga untuk menonton acara kartun kesukaannya.

sedangkan mas bram, memilih untuk duduk di teras samping rumah sambil membaca koran.

"bunda, lihat itu. lucu kan". alisya menunjukkan kartun kesukaannya padaku.

"iya sayang". aku ikut tertawa agar alisya senang.

aku senang melihat alisya menerimaku sebagai bundanya, tidak ada penolakan dari alisya. sebelumnya, aku takut alisya tidak bisa menerima ku, tapi itu semua hanya kekhawatiran ku saja.

"alisya sayang, bunda ambil kue dulu ya di dapur".

"iya bunda. alisya mau minum".

"baiklah sayang, bunda akan ambilkan minum juga".

aku pergi ke dapur ninggalin alisya duduk sendiri di ruang keluarga.

"bi dimana camilan buat alisya". aku masih belum tau tata letak rumah mas bram.

"ini non, lagi bibi buatkan". jawab bi nina.

"biasanya setelah sarapan, mas bram suka minum teh atau kopi gak bi? ".

"iya non, tuan suka minum teh tanpa gula. tuan tidak suka kopi".

"iya bi. makasih sudah mau memberitahu ku".

"iya non sama-sama".

aku membawakan camilan untuk alisya dan teh hangat untuk mas bram.

"teh nya mas".

"terima kasih".

setelah memberikan teh, aku langsung pergi ninggali mas bram.

"tunggu karin". mas bram memanggilku.

"iya mas, mas butuh apa? ".

"tidak,  apa kamu baik-baik saja.kamu terlihat lelah,istirahatlah. biar bibi yang membereskan semuanya".

"aku baik-baik saja mas, tidak apa-apa. sudah jadi tugasku sebagai istri dan ibu". jawab ku

di hari pertama aku tinggal dengan mas bram sedikit berat tapi aku terus berusaha jadi yang terbaik buat mas bram dan alisya.

Terpopuler

Comments

momtikita

momtikita

Ko berlagak kuat sih mana ada orang yang kuat gak tidur semalem an aneh ah

2021-01-23

0

Nyonya Harahap_81

Nyonya Harahap_81

perempuan otak bebal sok kuat, disuruh istirahat malah ngeyel. paling jijik liat manusia begini.

2020-10-07

5

Suyitno Lastri

Suyitno Lastri

suka thoorr😘

2020-09-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!