Episode 4

sudah seminggu aku menjadi istri mas bram dan bundanya alisya. setelah libur panjang, aku kembali bekerja seperti biasa, begitu pun mas bram yang sudah masuk kantor 2 hari yang lalu.

"non, kalau tidak sempat buat sarapan biar bibi aja".

"tidak bi, aku sempat kok buatkan sarapan pagi untuk mas bram dan alisya".

"nanti non terlambat masuk kerja".

"bibi jangan khawatir ya. o iya bi, nanti tolong berikan alisya sarapan ya. kalau ada apa-apa, tolong segera hubungi aku". dengan sigap aku menyiapkan sarapan.

"iyaa non".

"aku berangkat dulu bi". dengan tergesa-gesa aku memakai sepatu dan segera berlari ke luar.

"taxi". aku masih canggung untuk menggunakan mobil mas bram, taxi adalah pilihan terbaik untuk saat ini.

aku harus memburu waktu, karena jarak dari rumah mas bram dan kantor ku 1 jam perjalanan.

"sampai kapan aku harus ninggalin alisya sendirian di rumah, jika aku dan mas bram sama-sama bekerja. apa aku harus resign saja?".

"aahh ntahlah". aku memukul-mukul kepalaku

"kenapa non?" ucap supir taxi yang keheranan melihatku.

"hehehe tidak apa-apa pak, maaf". aku memalingkan wajahku kearah jendela mobil.

"ternyata benar, menikah itu tidak seindah yang di bayangkan. setelah menikah bukan berarti masalah selesai tapi malah ada masalah lain lagi. banyak yang harus di pikirkan bukan tentang diri sendiri lagi tapi tentang satu keluarga".

"aku berharap bisa menjalani hidup ku lebih baik lagi sebagai istri mas bram". kata-kata itu yang slalu aku ucapkan selama ini.

tidak terasa aku telah sampai di perusahaan tempat aku bekerja. aku berdiri di depan pintu masuk memandangi gedung perusahaan.

"sudah seminggu aku libur, sudah waktunya aku bekerja kembali". aku melangkahkan kaki ku berjalan memasuki perusahaan.

"karin.... ". teriak indri dari dalam kantor.

aku mendengar lagi suara berisik itu, suara yang selalu menggema di telingaku setiap saat.

"indri, kamu sudah datang".

"iyaa dong, aku kan ingin menyambut kedatangan pengantin baru ". ucap indri dengan suara lantang.

"sssstttt ...jangan kenceng-kenceng ngomongnya, malu tau di dengar orang". aku menutupi mulut rusak indri.

"iihh apaan sih kamu, kan hilang lipstik ku". indri memegangi bibirnya yang aku bekap.

"hehehehe maaf indri. dimana Bryan? kok gak kelihatan".

"biasa, dia lagi ngopi di kantin".

aku dan indri berjalan menuju ke ruang kerja, rekan-rekan kerjaku yang melihat kedatanganku langsung mengucapkan selamat atas pernikahan ku.

"sini sini, kamu duduk dulu". indri memaksa ku untuk duduk di kursi.

"apaan sih ndri ". anak ini emang selalu heboh di mana pun.

"gimana malam pertama kalian?". tatapan mata indri yang terlihat sangat mesum.

"mulai deh keponya". aku memalingkan wajahku dari indri.

"tunggu dulu". indri menarik kursi yang aku duduki.

"apa lagi indri".

"ayo dong ceritakan, gimana malam pertama kalian?  apa tubuh bram terlihat sangat sexi, pasti tubuh bram sixpack kan, bentuk otot perutnya yang kotak-kotak gitu". indri membayangkan dengan senyuman nafsunya.

"aiihh... otak kamu mesum banget sih". aku menjitak jidat indri agar dia sadar.

"iisshhhh karin..... ". teriak indri karena kesakitan.

"makanya cepetan nikah, biar kamu gak suka berpikiran mesum". canda ku

"sombong banget kamu, mentang-mentang udah nikah". jawab indri yang sedikit ngambek.

aku memulai pekerjaan di kantor seperti biasanya, karena aku libur begitu lama sehingga banyak dokumen-dokumen yang menumpuk di meja ku.

"aahh kenapa banyak banget yang harus aku kerjakan". aku sedikit bergumam ketika melihat tumpukan kertas itu.

tapi entah kenapa pikiran ku tidak tenang, aku selalu kepikiran oleh alisya di rumah. selama seminggu penuh aku di rumah bersama alisya dan bahkan kami bermain bersama.

tapi sekarang, aku meninggalkan dia di rumah sendiri bersama bibi nina. pasti dia merasa bosan karena bermain sendirian. meski pun baru seminggu aku bersama alisya, tapi aku merasa sudah cukup dekat dengannya.

"mudah-mudahan alisya baik-baik saja".

"kamu mau kopi?" aku menawarkan indri kopi yang terlihat lesu.

"iyaa boleh". jawab indri dengan nada malas.

aku pergi ke dapur kantor untuk membuat kopi, tapi entah apa yang menyelimuti pikiran ku, aku melamun dan pikiran ku kosong.

tanpa aku sadari gelas yang berisi air panas tumpah mengenai tangan dan kaki ku.

"agghhhhhh". aku teriak terkejut karena air panas yang mengenai tangan dan kakiku.

aku menahan tangan ku yang mulai memerah dan perih.

"karin, apa yang terjadi". Bryan yang datang menolong ku.

aku tidak bisa berkata apa pun, karena rasa sakit yang aku rasakan.

dengan cepat-cepat Bryan menarik tanganku dan menyiramnya dengan air dingin.

"sakit banget ya". ucap Bryan yang melihat wajah ku menyeringai.

aku hanya menjawab dengan mengangguk-anggukkan kepala ku.

"kenapa kamu bisa ceroboh gini sih, apa yang kamu pikirkan". Bryan terus saja mengomeli ku.

"aku tidak sengaja". jawab ku pelan.

"hanya anak kecil yang bilang sengaja, kamu tau gak, luka bakar ini bisa meninggalkan bekas, gimana kalau lukanya gak hilang".

bryan sahabat ku dari kecil, dari TK hingga kami bekerja pun tetap bersama-sama. dia yang selalu menjaga ku dan indri, dia yang selalu perduli apa pun yang terjadi pada ku.

"uda deh, mulai kamu kayak emak-emak komplek, asikk ngomel aja ". canda ku

" kamu yaa kalau di kasih tau suka ngeyel, gak pernah berubah dari dulu".

begitulah Bryan, yang sangat mengerti sifatku, dan sekecil apapun dia selalu perhatian terhadap sahabatnya.

"terima kasih, Boni ku". panggilan kecil Bryan.

"aihhh... ". Bryan menjitak jidat kepala ku.

setelah Bryan mengobati luka ku dan memperbannya, aku dan Bryan kembali ke meja kerja kami masing-masing.

"karin.. mana kopi ku". indri menagih kopinya.

"maaf indri aku tidak jadi membuatkan kopi".

"ihh kamu tau gak aku....., karin, tangan kamu kenapa". wajah indri berubah menjadi panik.

"ahh ini, tadi aku tidak sengaja menumpahkan air panas". aku tersenyum ke arah indri.

"luka begini kamu masih bisa tersenyum".

"udah gak sakit lagi indri, sudah di obati oleh Bryan"

"syukur ada Bryan yang nolongi kamu". indri terlihat sedikit lega.

aku duduk kembali di kursi kerja ku, sesekali aku memeriksa handphone ku tapi tidak ada panggilan dari siapa pun termasuk mas bram.

"sudah jam 1 siang, apa aku harus mengirim pesan ke mas bram". gumam ku.

"karin,bisa kamu periksa kan file ini". ucap manajer ku ibu santi.

"karin,apa ada masalah dengan kamu?". ibu santi terus berbicara padaku tapi aku tidak menghiraukannya.

"hei karin..karin...". indri  juga ikut memanggil ku.

"woi... karin". teriak indri dengan kencang.

"ahhh iyaa ...ada apa?". mendengar teriakan indri,aku terkejut dan spontan berdiri dari kursi ku.

"kamu di panggil itu sama ibu santi".

aku terkejut melihat bu santi ada di hadapanku dengan tatapan mata yang heran.

"maaf ibu". aku sedikit takut sekaligus malu.

"kamu baru masuk kerja udah melamun aja. ini file penting untuk rapat besok,tolong periksa dengan cermat". ucap ibu santi.

"baik bu". ibu santi langsung pergi setelah memberikan berkas.

"huuffthhh....syukurlah". aku menghela nafas panjang sambil mengelus dada.

"kamu ya karin, baru menikah satu minggu udah suka melamun". indri mulai menggoda ku

saat aku sedang bekerja tiba-tiba bibi nina menelpon ku.

"hallo bi, ada apa?".

"non, cepetan ke rumah sakit. non alisya di rumah sakit non, tadi sehabis main tiba-tiba non alisya muntah-muntah dan demam tinggi non". ucap bi nina dengan suara gugup dan ketakutan.

"ya ampun bi, sekarang gimana keadaan alisya, bibi sudah hubungi mas bram".

"sekarang non alisya lagi di tangani oleh dokter,dan tuan bram tidak bisa di hubungi non".

"baiklah bi,bibi tenang ya..terus jagain alisya,aku akan segera kesana".

mendengar kabar alisya sakit,jantung ku berdetak sangat cepat dan seluruh badanku terasa lemas.

"indri,tolong gantikan aku untuk mengecek file ini ya.aku harus segera pergi,alisya sakit". aku langsung pergi menuju kerumah sakit.

"ahh.. tapi karin..karin...tunggu...".

indri meneriaki ku tapi aku tidak memperdulikannya,yang aku pikirkan saat ini adalah bagaimana keadaan alisya.

di dalam taxi,aku merasa tidak tenang.rasanya aku ingin cepat-cepat sampai di rumah sakit tapi jalanan jakarta yang macet membuat taxi yang aku tumpangi tidak bisa bergerak dengan cepat.

"pak,apa bisa lebih cepat sedikit lagi".

"maaf non tidak bisa,jalanan begitu macet". jawab supir taxi.

"ya Tuhan, semoga alisya baik-baik saja. aku mohon lindungilah alisya". sepanjang jalan aku terus berdoa.

setelah hampir 2 jam aku menempuh jalanan yang macet, akhirnya sampai di rumah sakit.

aku terus berlari mencari ruangan alisya di rawat. sampai akhirnya aku melihat tubuh kecilnya tertidur dengan keadaan lemas dan pucat.

melihat keadaan alisya membuat hatiku hancur dan gemetar gak karuan.

"alisya... ini bunda sayang". aku mengelus kepalanya dan memanggil namanya.

"non, maafkan bibi yang tidak bisa menjaga dengan baik non alisya". ucap bi nina yang merasa bersalah.

"tidak bi, bukan salah bibi. seharusnya aku dirumah jaga alisya, pasti tidak akan terjadi seperti ini". aku menangis sejadi-jadinya.

sebelumnya bibi nina bercerita jika alisya sakit karena saat sarapan alisya memakan puding coklat yang sudah basi di kulkas.

puding yang aku buat 3 hari lalu tapi aku lupa membuangnya, sehingga alisya memakannya.

"alisya, kamu kenapa sayang". papa brata datang bersama mama Arum.

papa langsung menghampiri alisya dan memeluk tubuh kecilnya itu.

"kenapa cucu ku bisa begini". ucap mama arum yang sedikit marah setelah melihat keadaan alisya.

"maaf ma, aku tidak bisa menjaga alisya dengan baik". aku menunduk di hadapan mertua ku.

"alisya tidak pernah sakit seperti ini, apa yang kamu lakukan seharian sampai alisya begini".

"ma.. maaf ma, hari ini aku sudah mulai masuk kerja, saat alisya sakit aku tidak ada di rumah". aku menjawab dengan suara yang gemetar.

"sudah ma,  alisya lagi sakit". ucap papa brata.

"apa gunanya bram menikahi kamu kalau kamu tidak bisa menjaga alisya". teriak mama arum.

"mama, tidak baik teriak-teriak begitu. lagian bukan salah karin juga". papa sedikit membela ku.

kata-kata mama arum membuatku semakin merasa bersalah, aku juga tidak bisa menyalahkan siapapun dengan keadaan alisya yang sakit, itu semua karena salah ku tidak bisa menemani alisya.

"non, sabar ya". bisik bi nina yang mengelus pundakku.

"bi, aku mau nunggu di luar aja". aku berjalan keluar dan duduk dikursi tunggu.

air mataku tidak bisa berhenti menetes, masih terngiang-ngiang ucapan mama arum pada ku.

"aku tau posisi ku hanya sebagai ibu pengganti bagi alisya, tapi kenapa mama memperjelas stastus ku seperti itu".

tidak lama kemudian, mas bram datang dan terlihat sangat khawatir.

"dimana alisya". ucap mas bram

"alisya di dalam mas, mas... ".

mas bram berlalu masuk ke dalam ruangan untuk melihat alisya. mas bram terlihat sedih dan khawatir.

"alisya sayang, papa ada di sini". ucap mas bram di telinga alisya.

alisya terlihat mendengar panggilan mas bram dan mulai membuka matanya.

"pa... pa". ucap alisya dengan lemas.

"iya sayang, papa di sini. ada nenek dan kakek juga". jawab mas bram.

"bun.. da".

aku mendengar samar-samar alisya memanggil ku.

"iyaa sayang, bunda di sini". aku berjalan mendekat alisya dan memegang tangannya.

alisya tersenyum melihat kami semua berkumpul di hadapannya.

aku tak kuasa menahan air mata ku, aku langsung memeluk alisya.

"maafkan bunda sayang, maafkan bunda. bunda janji mulai besok bunda akan terus bersama alisya".

mas bram yang melihat ku memeluk alisya, dia sedikit tersenyum dan merasa lega karena alisya baik-baik saja.

"selamat sore ibu bapak.sebentar ya, saya akan memeriksa keadaan pasien dulu". ucap dokter yang datang memeriksa.

"baik dok". ucap papa brata.

mas bram langsung menarik tanganku untuk berpindah tempat dan duduk di sofa.

"sudah, jangan menangis. sekarang alisya terlihat baik-baik saja". ucap mas bram yang mengusap punggungku.

"maafkan aku mas, aku lalai ninggalin alisya di rumah. maafkan aku... ". aku masih merasa bersalah atas sakitnya alisya.

"kalau saja kamu tidak bekerja dan ada di rumah jagain alisya, dia gak akan sakit begini". ucap mama yang masih kesal dengan ku.

"maaf ma".

"maaf...maaf.. hanya maaf yang bisa kamu lakukan".

"ma, sudah. bukan salah karin juga, dia juga punya pekerjaan yang harus di kerjakan. lagian alisya tidak sendirian di rumah ada bibi nina yang menjaganya". jawab mas bram

"tidak mas, benar kata mama. kalau aku tidak bekerja, alisya tidak akan sakit". lagi lagi aku menyalahkan diri sendiri.

"sudalah karin, aku tidak menyalahkan mu. semua akan baik-baik saja". ucap mas bram sambil merangkul ku.

ini kali pertama saat aku menikah, mas bram merangkul ku begitu dekat. entah apa yang membuat dia membela ku di hadapan mamanya sendiri.

"karin, kenapa tangan kamu". mas bram baru menyadari tanganku yang di perban.

"ahh tidak apa-apa mas, hanya luka kecil".

"luka kecil gimana kalau perbannya aja udah hampir menutupi seluruh telapak tangan kamu". mas bram memegang tangan ku.

"beneran mas, aku baik-baik saja. tadi hanya tidak sengaja menumpahkan air panas di kantor".

"ayo, kita obati luka kamu, selagi kita di rumah sakit". ucap mas bram.

"tidak usah mas, aku ingin nemani alisya di sini". lagi-lagi sifat ngeyel ku keluar.

mas bram tidak menghiraukan ucapan ku, dia langsung menarik tanga ku dan mengajak ku ke ruang tindakan untuk mengobati luka ku.

yang awalnya perasaan ku tidak karuan, karena melihat tindakkan mas bram ke pada ku yang sedikit peduli, hati ku merasa hangat dan tenang.

Terpopuler

Comments

Nyonya Harahap_81

Nyonya Harahap_81

tokohnya ternyata selain otak bebal, bodoh pula. bisa²nya air panas tumpah kena tangan, kenapa gak kena muka lu aja sekalian bodoh!!

2020-10-07

4

Vivin Novriyanti

Vivin Novriyanti

lah mertua kyak gitu.. tak kasih obat tidur.

2020-04-26

6

Lee Joo Hong Nuswantara

Lee Joo Hong Nuswantara

mertua gila

2020-04-09

6

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!