TERJERAT CINTA PENJUAL JAMU KOCOK

TERJERAT CINTA PENJUAL JAMU KOCOK

Mau kamu apa?

Brak !!

Pintu sebuah ruangan di perusahaan yang dikenal dengan nama PT Kondominium Bergigi Tajam, atau yang biasa di singkat PT KBT, di buka paksa seorang wanita paruh baya.

Wanita itu terlihat melangkah masuk menghampiri seorang pria tampan nan menawan, yang sudah fokus menatap laptop di meja kerjanya.

Tolip. Laki laki yang menjadi sekretaris CEO PT Kondominium Bergigi Tajam, langsung menundukkan kepalanya dan hendak bergegas keluar dari ruangan presiden, begitu wanita paruh baya itu sudah sampai di hadapannya. Namun, wanita itu memberikan kode agar dia tetap berada di tempatnya.

"Tio !!." Ketus Wanita paruh baya yang ternyata namanya adalah Kanjeng Mami Nurul Mukmi. Panggil saja Nurmi. Bukan Mumi ya. Jauh..

Sayangnya, pria yang bernama Tio. Lengkap Tionaldo Farenhet. CEO PT Kondominium Bergigi Tajam itu, terlalu fokus pada pekerjaannya sehingga telinganya sedikit konslet dan tidak mendengar namanya dipanggil oleh Kanjeng Mami.

"Woy, anak kecebong!"

"Kuda lumping kejebur kali." (Baca nya dengan kecepatan super yaa)

Nenek peot datang lagi..

"Jangan mengumpat perkedel kentang. Aku ini Ibu kamu, Ibu yang sudah melahirkan kamu. Apa kamu tahu jika Ibu ini sudah mengadu kamu selama 9 bulan. Belum lagi, kamu yang selalu membuat Ibu mual muntah dan kesemutan. Sekarang, jangan seenak dengkulmu."

Tolip hanya bisa menahan tawa, walaupun sejujurnya dia ingin tertawa sambil berguling-guling di lantai.

"Woy Mbokani."

"Eh, kamu itu sebenarnya anaknya siapa? anak Kanjeng Mami Nurul Mukmi atau Mbokani?"

Tio menggaruk-garuk kepalanya, sambil menatap Tolip sebelum akhirnya mereka membuka percakapan melalui telepati pikiran.

Heh Tolip, ini si nenek gayung kenapa datang ke sini?

Tuan muda, tunjukkan sedikit rasa sopan anda. Nyonya Besar itu adalah Ibu anda.

Baiklah, baik. Ada apa Mami datang?

Aku juga tidak tahu Tuan muda.

Hadeh. Tol, Tol. Kamu itu tahu nya apa.

Melihat Tio dan Tolip saling berpandangan serta memasang mimik wajah yang mencurigakan, membuat Kanjeng Mami menjadi emosi.

BRAK !!

"Tuyul botak." Ucap Tolip secara spontan.

"Katak ngocok." Ucap Tio.

"Kalian itu ngapain?" Ketus Nurmi.

"Gak lagi ngapa-ngapain kok." Ucap Tio.

"Njeh Ibu negara. Kami tidak sedang berbuat apa apa. Hanya mengetes kemampuan apakah mata kami bisa mengirimkan sinyal otomatis." Ucap Tolip sambil menundukkan kepalanya.

Pandangan Kanjeng Mami lalu beralih menatap Tio yang kembali fokus pada laptopnya.

Brak !!

Nurmi menutup paksa laptop yang ada di hadapan putranya.

"Mami, ini laptopnya limited edition. Aku belinya di bengkel stamina. Kalau rusak gimana?"

"Tio, Mami ke sini ingin berbicara serius kepada kamu."

"Mode serius di mulai, tok tok pyar..." Lirih Tio.

"Aduh... aduh, aduh..."

Nurmi yang merasa kesal dengan tingkah laku Tio langsung menjawab telinganya.

"Nasib nasib, kalau kayak gini terus aku merasa menjadi anak tiri." Lirih nya lagi.

"Sontoloyo. Mau kamu apa?"

Tio menoleh ke kanan dan ke kiri sebelum pandangannya menatap Tolip.

"Sontoloyo siapa?" Tanya Tio pada Tolip.

"Aku tidak tahu."

"Mami, tidak ada yang namanya sontoloyo di sini." Ketus Tio.

"Ya Tuhan, berikanlah hamba kesabaran menghadapi anak hamba yang seperti kurang stamina ini." Pekik Nurmi.

"Tio, Mama itu bicara sama kamu bukan bicara sama sontoloyo kenapa kamu mencari sontoloyo?"

"Lah, kan tadi Mami sendiri yang bilang sontoloyo."

"Itu maksudnya kamu, kecebong sawah."

"Ada ya kecebong sawah?" Kekeh Tio.

Brak !!

Nurmi sekali lagi menggebrak meja.

"Mami, sebenarnya mau Mami itu apa sih. Datang datang banting pintu, kan kasihan itunya kalau kesakitan. Terus banting laptop. Sekarang meja. Mau mami apa?"

"Yang seharusnya bertanya seperti itu adalah mami. Mau kamu apa?"

"Ngocok." Lirih Tio.

"APA?!!"

"Ngopi Mami, ngopi."

Dasar bos sengong. Suruh siapa betah jadi jomblo, jadi berkarat kan gak pernah di kocok.

Heh Lintah betina. Jangan mengumpat, aku denger.

"Tio."

"Yes mam?"

"Mau kamu apa?"

Lah, kan tadi aku udah bilang kalau aku maunya ngocok. Tanya terus.

"Ehem.." Suara Tolip menyadarkan Tio.

"Mami, bisa diperjelas nggak maksud dari pertanyaan Mami itu apa?"

"Tio. Kamu udah umur berapa?" Tanya Nurmi sambil menghela nafas panjang dan mencoba untuk mengumpulkan segala bentuk artikel kesabaran.

"20 tahun."

"20 batokmu nunung. Heh perjaka tua, kamu itu udah umur 30 tahun. Sudah waktunya kamu itu mengarungi bahtera rumah tangga seperti yang sudah dilakukan oleh kedua kakak mu."

"Mami. Wajar dong kalau kak Mila dan Kak Nina udah menikah. Mereka kan wanita, seorang wanita tidak harus mencari pekerjaan. Karena pada dasarnya seorang wanita harus tetap menjadi anggun dan membiarkan para lelaki yang mencari uang."

"Iya Mami tahu, Tapi kan kamu juga harus memiliki seorang wanita."

"Gampang. Wanita doang kan?"

"Tio."

"Mami, nanti Tio akan bawain Mami wanita. Mami mau yang seperti apa?, bahenol? ginuk ginuk?"

"Astaga Tio. Pokoknya Mami gak mau tahu, kalau dalam waktu 3 bulan kamu tidak membawa calon menantu Mami datang ke rumah. Kamu harus menikah dengan Maemunah."

"Anak temen Mami yang dari ndeso itu?" Ucap Tio terkejut.

"Iya. Kenapa?"

"Yo gak mau aku."

"Kamu gak mau sama wanita?" Tanya Nurmi.

"Pfff..." Tolip berusaha menahan tawanya agar tidak bersuara.

"Maksudnya Tio gak mau sama wanita ndeso Mami."

"Loh, kenapa? walaupun wanita desa tapi kan tetap wanita juga?"

"Ogak. Tio alergi."

"Terus mau kamu apa?"

"Ya, wanita kota. Masak iya, Tio yang gantengnya sampai menembus langit ke-4 ini disandingkan dengan wanita desa. Ya gak cocok Mami."

"Sama aja, justru wanita desa itu cenderung lebih setia dan lebih penyayang kepada suaminya nanti."

"Mami, wanita desa itu pastilah kucel, deki, enggak bisa dandan. Mereka pasti ketinggalan jaman."

"Beda sama Maemunah. Dia anaknya cantik, baik, kulitnya putih, wajahnya Ayu, rambutnya panjang. Pokoknya cocok kalau jadi menantunya mami." Ucap Nurmi sambil tersenyum jika mengingat pertemuan terakhirnya dengan Maemunah.

"Ya kenapa nggak Mami saja yang kawin dengan Maemunah."

"Dasar semprol. Tomat makan tomat, ya gak bisa." Ketus Mami.

"Pokoknya mami kasih kamu waktu 3 bulan untuk membawa calon menantu Mami datang ke rumah. Kalau tidak, Mami dan Papi akan menikahkan kamu dengan Maemunah."

"Tunggu, kok Papi juga?"

"Iya dong, karena Papi juga terpesona dengan Maemunah."

Tring ....

Ponsel Kanjeng Mami berdering...

Nurmi membaca pesan itu dan terlihat senyuman menghiasi wajahnya.

"Mami dapat pesan dari siapa?" Tanya Tio kepo dengan wajah maminya yang awalnya memasang muka serius, sekarang menjadi lemah lembut.

"Kepo aja jadi anak."

"Dasar bucin." pekik Tio saat dirinya mengintip ponsel Nurmi.

"Mami sumpahin kamu kena virus bucin akut." Ucap Nurmi sambil tersenyum memandangi ponselnya dan keluar dari ruangan Tio.

"Lah dia balik, datang sendiri, pulang gak pamit. Udah kayak jelangkung." kekeh Tio.

"Tuan muda, apa yang membuat nyonya besar tiba-tiba langsung tersenyum dan berseri seri?" Tanya Tolip yang juga merasa kepo.

"Hmmm, Tio mengucapkan mata dan mencoba untuk mengingat beberapa kata yang berhasil direkam dalam memori ingatannya."

"Mama, ayo ngocok."

Eh..

...----------------...

...----------------...

...----------------...

...----------------...

Terpopuler

Comments

Pisces97

Pisces97

hehehe baca novel Laen mu Mak
Jan Ter kocok² hehhehe 🤭🤭🤣

2023-09-19

1

Laila antoniii

Laila antoniii

Mak g up lagi kah AQ sudah siap ngocok ini

2022-11-29

1

Cloud

Cloud

Hey😭

2022-11-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!