Setelah selesai makan, Tio tampaknya sangat bersemangat untuk bertemu dengan wanita penjual jamu kocok.
"Bos, mau ke mana kau jam segini bos udah wangi. Jadwal blusukan kita masih 2 jam lagi." Ucap Tolip.
"Sudah ayo. Kan tadi aku sudah bilang dan kamu buat nganterin aku ketemu sama cewek penjual jamu kocok itu."
"Bos, bos. Sebenernya sampeyan itu sekolah lulusan apa. Masak ngocok aja gak tahu. Sini, aku aja yang ngocok." Ucap Tolip sambil berusaha mengambil botol yang ada di tangan Tio.
"Eh, jangan dong. Tangan kamu penuh dengan debu dan dosa. Tangan kamu udah gak murni. Jadi aku takut botol ini jadi terkontaminasi. Lebih baik kamu nganterin aku buat ketemu wanita tadi, biar wanita itu aja yang nunjukin caranya mengocok jamu ini."
"Alasan, bilang aja mau tebar pesona." Lirih Tolip.
"Lagipula, aku harus meminta pertanggungjawaban dari wanita itu."
"Bosnya hamil?"
"Ya enggak."
"Terus, kenapa minta pertanggungjawaban?"
"Lihat nih, dahi aku merah gara-gara tangan wanita itu."
"Sudah sana cepetan."
Tolip akhirnya masuk ke dalam kamarnya untuk bersiap dan segera pergi mengantarkan Tio untuk bertemu dengan wanita penjual jamu kocok.
"Aku tidak yakin kalau wanita itu sudah ada di rumah." Ucap Tolip.
"Lah kenapa?" tanya Tio.
"Ini masih jam 09.00, biasanya Mutia jam 09.00 itu masih berada di jalan buat jualan jamu."
"Namanya Mutia?"
"Iya, dia cucunya mbok Sumi. Bisa dibilang dia primadona di desa ini. Walaupun banyak juga sih yang cantik bahkan ada yang cantiknya melebihi Mutia. Sudah jadi model juga, Tapi menurut orang-orang Mutia yang paling cantik."
"Iya memang cantik. Aku tidak menyangka ada wanita cantik di desa."
"Ya kan aku sudah bilang sama bos, tidak semua wanita desa itu norak dan kampungan."
"Iya iya, aku percaya. Sekarang apa rumahnya masih jauh, kaki aku udah pegel nih dari tadi kamu ajak jalan saja."
"Ya mau bagaimana lagi, Aku belum punya motor. Kita ke sini juga bawa mobil. Di desa kebanyakan jalannya ya sempit."
"Besok aku kirim 5 motor buat kamu. Buat jaga jaga, kalau sewaktu-waktu aku datang lagi ke sini, jadi aku bisa jalan-jalan mengelilingi desa dengan menggunakan motor."
"Nah itu Mutia." Ucap Tolip saat dia melihat wanita itu baru saja sampai di rumahnya.
"Pucuk di cinta, ulam pun tiba." Ucap Tio.
"Tolip.."
"Ya bos."
"Kamu tunggu di sini saja yo." Ucap Tio.
"loh, kenapa?"
"Sudah tunggu aja."
Tolip akhirnya mengalah dan dia melihat Tio berjalan dengan gaya sok ganteng menghampiri Mutia.
"Mbak kocok."
"Eh, mas semprol. Ada apa?"
"Waduh, Mbak ini sangat tidak sopan. Masak ganteng-ganteng gini dipanggil semprul."
"Loh, ya jelas aja. Wong sampeyan ngiranya aku ini penjual jamu plus-plus."
"Iya, maaf. Aku salah."
"Ada apa, mas datang ke sini?."
"Tadi kamu belum ngasih tahu aku gimana caranya ngocok."
"Nih, Tolong kocokin."
"Apa nya yang di kocok mas?" Tanya Mutia.
Aku, aku... Pekik si Paijo.
Diem, jangan malu-maluin.
"Mas, kok ngelamun? yang di kocok apa?"
"Jamu ku, eh jamu ini." Ucap Tio sambil menunjukkan botol jamu.
"Oalah itu to. Begini mas."
Mutia segera meraih tangan Tio, dan membantunya memperagakan bagaimana cara mengocok jamu itu sebelum diminum.
"Boleh aku duduk? capek juga ya ternyata kalau ngocok sambil berdiri." Ucap Tio.
"Iya, jadi besok-besok kalau mau ngocok itu duduk aja."
"Kalau terlentang boleh?" Tanya Tolip.
"Sambil jongkok juga boleh."
"Nama kamu siapa?" Tanya Tio.
"Mutia."
"Nama yang bagus, cantik. Kayak orangnya."
"Mas ini orang baru ya?"
"Pendatang." Ucap Tolip.
"Oh, orang kota yang katanya mau datang blusukan ke desa ini?"
"Iya, dan itu adalah aku. Tionaldo Farenhet."
"Mutia, kedatanganku ke sini selain meminta kamu menunjukkan cara mengocok juga ingin meminta pertanggungjawaban."
"Kan tadi aku gak nabrak kamu. Kok minta bertanggung jawaban?"
"Kamu tadi sudah menyentil kepalaku, dan hasilnya kepalaku jadi pusing gara-gara kamu."
"Ya salah sendiri, ngomong gak pake mulut eh maksudnya gak pakek otak."
"Hehe.. Mutia, maukah kamu mengocok-ngocok milikku?" Ucap Tio.
"Maksudnya?"
"Ah, maksudnya maukah kamu memaafkan perkataanku yang secara tidak sengaja tadi?"
"Oh itu, iya."
"Terima kasih ya, jadi sekarang bolehkah aku ngocok milik kamu?"
Tolip yang mendengar itu langsung menepuk dahinya sendiri.
"Fix, Tuan bos stress gara-gara jamu kocok."
...----------------...
Tolip akhirnya membawa pulang paksa Tio dari rumah Mutia.
"Bye.. Mutia..." Ucap Tio.
Mutia hanya tersenyum sambil membalas lambaian tangan dari Tio.
"Gimana jualannya nduk?" Tanya mbok Sumi.
"Lancar, seperti biasa." Ucap Mutia sambil menaruh foto-foto berisi jamu itu ke dalam wastafel.
"Maaf ya, gara-gara kamu menemani simbok di sini. Kamu jadi tidak bisa pergi ke kota bersama dengan orang tua kamu."
"Mbok itu ngomong apa sih, lagian Mutia juga suka tinggal di desa daripada tinggal di kota. Di kota itu, cowoknya nakal-nakal. Masak asik celap celup di sana-sini. Bahkan Mutia pernah melihat sosis masuk ke dalam donat di kolong jembatan."
"Haha."
"Si mbok kok ketawa."
"Gak apa apa. Tapi nduk, kamu juga harus ingat sama pendidikan kamu. Mau sampai kapan kamu berhenti dari kuliah? apa karena kamu mendengar bahwa orang tuamu akan menjodohkan kamu dengan anak sahabatnya?"
"Tidak juga, Mutia masih tidak ingin meninggalkan suasana pedesaan. Lagian Mutia kan bisa mengerjakan tugas kuliah dari laptop."
"Ya sudah terserah kamu saja. Sekarang lebih baik kamu mandi dan beristirahat. Mbok mau menyelesaikan masakan dulu."
"Iya.."
Sementara itu, Tio dan Tolip yang baru saja melakukan pekerjaan blusukannya di desa..
"Tolip, setelah ini kamu harus mengajari aku tata cara merayu wanita. Kalau bisa, kamu datangkan sekarang juga guru pergombalan yang bisa mengajarkan aku menjadi pria dengan sejuta kata-kata gombal."
"Tapi kalau bisa gombalannya itu beda dari yang lain."
"Kalau bos ingin gombalan berbeda daripada lainnya, Bos bisa memulainya dengan cara-cara yang antimainstream."
"Maksudnya gombal sambil ngocok jamu?"
"Bukan?"
"Gombal sambil manjat pohon?"
"Kayak monyet." Pekik Tolip.
"Gombal sambil gantung diri?"
"Ya mati dong." Lirih Tolip
"Lah terus harus gimana?" Tanya Tio.
"Tolip kasih contoh ya.."
"Oke."
"Ibarat aku setrika, kamu itu listrik. Soalnya aku nggak mungkin bisa hidup tanpa kamu." Ucap Tolip.
"Oh gitu.."
"Iya, coba sekarang Bos memikirkan kata-kata untuk gombal yang antimainstream."
"Ehem ehem..." Tio terlihat melakukan tes suara sebelum dia mengatakan kata-kata gombal yang sedang coba dia susun
"Kamu ibarat paku, dan aku adalah palu nya. Dimana aku akan memukul kamu sehingga kamu akan menyatu denganku."
"Yah, kurang menarik. Coba lagi dong."
"Ibu kamu, suka bikin kue ya?" Tanya Tio.
"Kok tahu?" Ucap Tolip sambil bertingkah layaknya seorang wanita yang malu-malu kucing.
"Iya, soalnya kamu sudah mengocok-ngocok hatiku."
"Ah...."
Tolip yang merasa dirinya terbang langsung bersandar pada Tio.
Orang sekitar yang melihat itu langsung menahan tawa karena mengira Tio dan Tolip adalah pasangan yang sedang jatuh cinta.
"
...----------------...
...----------------...
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Sunarmi Narmi
Ngak usah kesusu thor ngetik nya..jdi bnyak yg salah to....kasihan netizen mu baca agak bingung...pelan saja ngetik nya...ok.maaf ya Thor 🙏
2023-01-07
1
Unyil_unyu
gw bayangin kok jd mau muntah ya....
2022-12-21
1