Gara gara kocok

"Tolip, tolong perpanjangan masa waktu kita berada di sini." Ucap Tio.

"Loh, bos tapi kan..."

"Tolip, aku baru saja menemukan donat untuk paijo. Masak iya di lepas begitu saja."

"Tapi..."

"Tolip, nanti aku kasih bonus 100juta plus tak kasih kambing 20 ekor. Bapak kamu suka berternak kan?"

"Bos kenapa beralih profesi jadi tukang sogok sih?"

"Tolip, sejatinya para pria adalah mereka yang menjadi tukang sogok."

"Tukang sogok?"

"Iya, karena kita akan menyogok kedalaman cinta." Pekik Tio.

"Bos, aku rasa lebih baik bos tidak perlu lagi minum jamu kocok."

"Dih, kenapa?"

"Bos jadi gila." Ucap Tolip seraya pergi meninggalkan Tio.

"Tolip, Tolip tunggu." Tio berlari mengejar Tolip.

"Tunggu..." Pekik Tio sambil menarik tangan Tolip.

"Bos, lepaskan tanganku."Ucap Tolip.

"Tidak sebelum kamu mendengarkan aku."

"Apa lagi?" Pekik Tio.

"Bantu aku mengocok nya."

"Bos memang sudah gila, setiap hari yang di bahas kocok terus..." Pekik Tolip.

"Ya, jamu kocok itu sudah meracuni pikiranku. Aku jadi ingin terus mengocok hatinya."

...----------------...

"Mutia.."

"Ya mbok?"

"Mbok pikir sebaiknya kamu berhenti berjualan jamu. Biar mbok saja yang berjualan."

Mutia yang saat itu baru saja selesai menata jamu ke dalam wadah yang biasa dia gunakan untuk menjual jamu keliling, menghentikan aktivitasnya dan menatap ke arah Mbok Sumi.

"Mbok, Mutia tidak masalah jika harus berkeliling berjualan jamu. Lagipula kita kan menjual jamu yang asli tanpa bahan pengawet dan MSG. Jadi dijamin sehat."

"Bukan masalah itu, hanya saja mbok takut kalau kamu terlalu lama berjualan, nanti..."

"Mbok tenang saja, cantik-cantik gini aku juara taekwondo lo mbok."

Mbok Sumi tersenyum, dia sangat bahagia karena Mutia begitu tahu bagaimana cara menghibur seseorang.

Mutia, anak ketiga dari 3 bersaudara. Dia saudara Mutia sudah memiliki keluarga masing-masing dan ikut ke kota yang berbeda bersama dengan suaminya.

Beberapa tahun lalu, orang tua Mutia memutuskan untuk pindah ke kota karena ayah Mutia mendapatkan kontrak kerja dengan beberapa perusahaan besar yang mengharuskannya untuk tinggal di kota.

Mutia juga sempat tinggal di kota hingga kemudian dia mendengar kabar bahwa Mbok Sumi jatuh sakit.

Karena Adik dari Mama Mutia sedang pergi untuk menjenguk keluarga suaminya, membuat Mbok Sumi tidak ada yang merawat. Akhirnya Mutia kembali ke kampung dan menggantikan Mbok Sumi yang berjualan jamu kocok.

Ini sudah beberapa bulan, tapi Mutia merasa bahwa desa sangatlah tenang sehingga dia enggan untuk kembali ke kota.

Apalagi, setelah sang Mama memberitahukan bahwa Mutia akan dikenalkan dengan anak dari sahabat mamanya.

"Nduk, kalau kamu terus ada di sini lalu bagaimana dengan cerita kelanjutan perjodohan yang akan dilakukan oleh kedua orang tua kamu?" Ucap Mbok Sumi.

"Biarkan saja mereka yang melakukan perjodohan. Memangnya siapa yang mau di jodohkan."

"Kamu yakin?"

"Iya. Orang ini bukan zaman dahulu kala di mana anak-anak dijodohkan oleh kedua orang tuanya. Sekarang itu sudah zaman di mana anak-anak memilih pasangan mereka masing-masing dengan dasar cinta."

"Iya, makan tuh cinta sampai kenyang." Kekeh Mbok Sumi.

"Hehe.." Kekeh Mutia.

"Tidak ada salahnya kamu bertemu dengan pria yang akan dijodohkan dengan kamu."

"Iya sih, cuma ya Mutia merasa risih saja jika soal jodoh harus dicarikan oleh orang tua."

"Kalau begitu jangan anggap ini sebagai perjodohan. Anggap saja, ini adalah pertemuan dua keluarga yang berniat untuk menjalin tali silaturahmi."

"Kalau ternyata Mutia tidak cocok dengan pria yang dipilihkan oleh Mama dan Papa bagaimana?"

"Nak, bukankah kedua orang tuamu sudah mengatakan jika memang tidak ada kecocokan di antara kalian, mereka tidak akan memaksa"

Mutia terdiam, dia kemudian mengingat tentang percakapan dengan kedua orang tuanya yang mengatakan bahwa mereka akan mempertemukan Mutia dengan anak sahabat mamanya.

"Sudah lah Mbok. untuk saat ini Mutia tidak mau memikirkan soal itu. Mutia mau pergi jualan dulu."

"Ya sudah.."

Mutia mulai menggendong jamu itu dan berjalan keluar dari rumah.

"Mbak kocok..." Teriak Tio.

Tolip memukul dahinya sendiri karena sang Bos berteriak memanggil Mutia dengan sebutan Mbak kocok.

"Kamu lagi, ada apa? mau minta di kocok lagi?" Pekik Mutia.

"Kok tahu?"

"Tahu lah, kan aku ahli nya kocok menggocok." Ucap Mutia sambil tersenyum.

Wah, aku sudah cocok dengan dia. udah ayo langsung di gas aja. Ucap Paijo.

"Mbak kocok?"

"Ya, mas?"

"Mau kamu, jika aku yang mengocoknya?" Pekik Tio.

"Ya Tuhan, bos gua kenapa jadi sengong." lirih Tolip.

"Boleh..."

"Beneran?"

"Iya.."

Tio tersenyum penuh kemenangan karena dia tidak menyangka jika tawarannya yang hanya iseng langsung ditanggapi serius oleh Mutia.

Tio memikirkan tentang terong yang dicelupkan ke dalam adonan donat. Sementara yang ada di dalam pikiran Mutia adalah Tio menawarkan diri untuk mengocok jamu.

"Kamu serius mengizinkan aku untuk mengocok punyamu?"

"Iya."

"Dimana?" Tanya Tio.

"Ya di sini, memangnya mau ngocok di mana, masak iya mau ngocok di dalam?" Pekik Mutia.

"Loh, kan lebih enak di dalam jadi tidak akan ada orang yang tahu." Ucap Tio.

"Bos sadar bos." Bisik Tolip.

"Mas, kalau ngocoknya di dalam ya orang-orang nggak bakal tahu kalau aku itu lagi jualan jamu."

Sret .... !!!!

Tio yang tadinya sudah berada dalam dunia imajinasi kocok mengocok langsung tersadar.

"Ini, mau bantuin ngocok kan, kebetulan tadi aku belum sempat untuk mengocok semua jamunya." Ucap Mutia sambil memberikan beberapa botol berisi jamu kepada Tio.

Tio langsung menoleh ke arah tolis seakan-akan berkata kenapa Mutia memberinya sebuah botol berisi jamu.

"Kok jamu?" Tanya Tio.

"Ya emang bos maunya ngocok apa?"

Untuk sesaat Tio terdiam sebelum akhirnya dia menyadari bahwa pikirannya terlalu jauh memikirkan tentang kata kocok.

"Iya iya, maafkan aku." Ucap Tio.

"Bos, setelah ini kita harus belajar tentang kata kocok." Bisik Tolip.

Tio terus mengocok jamu itu sambil melihat ke arah Mutia.

Cantik sekali. Yang atas aja cantik, apalagi yang bawah?

Heh paijo, kalau mikir itu jangan mesum mulu.

La terus aku harus apa? bukankah tugasku memang memikirkan tentang mesum.

Iya ya, betul juga.

Sudah cepat tanyakan apakah gadis cantik itu sudah memiliki alat pengocok.

"Mbak kocok."

"Nama aku Mutia, mas."

"Aku lebih suka memanggil dengan sebutan Mbak kocok."

"Kenapa?"

"Karena kamu terus mengocok hati dan pikiran ku." Ucap Tio tanpa berkedip dan bernafas.

"Kok muka kamu gak merah sih, mbak kocok?"

"La, memangnya kenapa kok mukaku harus berubah menjadi merah?"

"Kan aku baru saja meng gombalin kamu."

"Mas, modal gombal doang gak akan bikin kenyang."

"Udah lah, aku mau jualan dulu." Ucap Mutia sambil bangkit dari tempat duduknya.

Dengan cepat, Tio memegang tangan Mutia.

"Khusus untuk hari ini, aku akan memborong semua jamu kamu."

"Apa? tapi kenapa?"

"Aku akan memberikan kamu alat pengocok. Aku tahu, kamu pasti belum punya kan?"

Jebret !!

Tolip pingsan mendengar Tio yang sudah semakin menggila gara gara jamu kocok.

...----------------...

...----------------...

...----------------...

Terpopuler

Comments

Unyil_unyu

Unyil_unyu

kocok lg kocok lg.......oh my ghost😰

2022-12-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!