"Astaga, ternyata sebenarnya yang konslet bukan kedua orang tuaku. Tapi otakku." Pekik Tio saat dia dalam perjalanan menuju kantor.
"Ah, ini semua gara-gara pesan yang dikirimkan Papi untuk Mami."
"Seharusnya tapi itu mengirimkan pesan yang mengatakan bahwa dia mengajak Mami untuk membuat jus. Kenapa coba bahasanya harus mengocok. Kan pikiranku jadi jorok." Ketus Tio
"Halah, bilang aja kalau sebenarnya kamu juga mau dikocok."
"Heh Paijo. lebih baik kamu diam deh nggak usah ikut campur urusan orang dewasa. Kamu itu masih kecil."
"Dih, kecil-kecil seperti ini tapi aku senjata pamungkas kamu lho. Sayang, nggak pernah diasah sehingga tidak bisa merasakan donat dengan taburan meses di atasnya."
"Ya sabar dong, nanti aku carikan donat original."
"Original itu yang kayak apa?"
"Yang gundul, hahaha. Wkakaa. hoho... uhuk.. uhuk..." Tio ketawa hingga dia terbatuk-batuk.
"Hah, kata kocok sudah benar-benar menghancurkan hatiku." pekik Tio.
Tio melihat ke bawah dan memastikan bahwa si Paijo sudah dalam mode tidur. Tio lalu turun dari mobil dan langsung berjalan menuju ruangannya.
Di sana, dia melihat Tolip sedang menikmati makan siangnya. Tanpa bikin panjang lagi Tio langsung merampas makanan itu dan memakannya hingga habis.
Tolip melongo mau melihat itu.
Untung bos, kalau bukan udah aku kuliti.
"Jangan mengumpat, aku mendengarnya." Ucap Tio.
"Si.. apa yang mengumpat." Pekik Tolip.
"Kamu."
"Enggak. Ohya bos, Kalau boleh tahu tadi Bos sedang melakukan misi apa?"
"Misi tentang kocokan yang gagal."
"Ngocok apa bos?"
"Ngocok jamu perkedel kentang."
...----------------...
Keesokan harinya...
"Tolip, bisakah untuk sekali saja kamu tidak mengajak aku blusukan ke desa?"
"Ya, mau bagaimana lagi bos. Perusahaan ini memang harus saling blusukan ke desa agar keuntungan kita terus bertambah."
"Kamu tahu kan, di desa itu pemandangannya sangat berbanding terbalik dengan di kota. Bagaimana bisa aku menemukan jodoh untuk mengasah Paijo jika kamu terus saja mengajak aku untuk blusukan ke desa."
"Bos, memangnya apa hubungannya pemandangan di desa dengan Paijo?"
"Tolip Tolip, udang saja punya otak masa kamu nggak ada otak. Di kota itu, akan mendapatkan penyegaran setiap kita berjalan di trotoar."
"Maksudnya?" Pikiran Tolip setuju pada aktivitas orang yang berlalu lalang.
Sementara yang ada dalam pikiran Tio adalah seorang wanita yang berjalan dengan menggunakan hotpants dan tantop.
"Tolip, di desa itu nggak ada wanita yang berpakaian seksi, rata-rata mereka itu bertumbuh ramping semua. Sungguh tidak bisa dijadikan sebagai penyegaran untuk si Paijo."
"Sudah, bos tenang saja. Desa yang akan kita datangi kali ini itu beda. Cewek nya cantik cantik. Bohay Bohay."
"Hmmm..."
"Sudah percaya sama Tolip. Wong itu kampung halaman Tolip."
"Sak karepmu wes."
Malam harinya, mereka langsung terbang untuk menuju ke salah satu desa di kota L.
Tolip sudah membangun rumahnya menjadi lebih baik, jadi saat Tio akan blusukan ke kampung halamannya. Tio tidak perlu menyewa hotel karena rata-rata hotel yang berada di desa jaraknya cukup jauh.
"Ini rumah saya Tuan bos." Ucap Tolip ketika mereka sudah sampai di rumahnya.
"Hmm, lumayan juga. Baguslah, nggak siap-siap kamu kerja sama aku. Kamu jadi bisa bikin rumah kamu yang reot peot itu jadi bagus kayak gini."
"Bos istirahat saja dulu. Besok tak ajak keliling."
"Hmmm.."
Tio hanya berdehem, kemudian berjalan menuju kamar tempat di mana dia akan beristirahat.
Sungguh, desa adalah tempat yang paling tidak disukai Tio. Karena dia tidak bisa melihat gadis cantik dan juga seksi.
Pagi harinya...
Tolip mencari keberadaan Tio dan dia melihat Tio sedang melakukan olahraga di balkon rumahnya.
"Bos, ayo ikut aku."
"Kemana?"
"Penyegaran fisik."
"Males."
"Udah ayo, tak jamin bos bakal berselera."
Walaupun enggan, Tio akhirnya mengikuti langkah kaki
Tolip untuk keluar dari rumahnya dan sedikit berjalan-jalan.
"Sebenernya tujuan kamu ngajak aku ke sini tuh mau ngapain?" Tanya Tio saat mereka sudah tiba di jalanan utama desa itu.
"Sudah tunggu saja. sebentar lagi penyegaran buat si Paijo lewat. Aku yakin, Paijo akan merasa terlahir kembali setelah melihat ini."
"Melihat apa?"
"Melihat itu..."
Tolip menuju ke arah seorang wanita yang memakai kebaya sambil menggendong jamu, wanita berkulit putih dengan rambut disanggul itu terlihat berjalan sambil tersenyum dan berteriak..
"Jamu nya mas, mbak, mbok..."
"Jamu kocok nya.."
Suaranya yang merdu, membuat siapa saja yang mendengarnya langsung keluar dari rumah. Beberapa di antara mereka langsung meminta wanita itu untuk berhenti dan membeli jamu kocok miliknya.
"Cantik kan bos?" pekik Tolip.
"Sudah aku bilang, bos nggak akan rugi datang ke desa aku."
"Di sini, banyak primadona yang cantik. Kalau cuma mau cari yang bohay-bohai mah, di pinggiran kali banyak."
Maksudnya Tolip kerbau.
"Bos?"
Tolip menoleh ke arah samping dan dia terkejut karena tidak melihat tiup yang sebelumnya berada tepat di sampingnya.
"Loh, bos ku kemana?"
Tolip menepuk dahinya, saat dia melihat Tio sudah berada di dekat wanita penjual jamu kocok itu.
"Mas ini orang baru ya?" Tanya wanita penjual jamu kocok dengan senyuman.
"Iya, kok kamu tahu?"
"Iya, soalnya wanginya beda.."
"Kamu jualan apa?" Tanya Tio.
"Jamu kocok mas.."
"Pilihannya apa aja?"
"Pilihannya banyak, mas tinggal pilih mau jamu apa? terus mau di kocok sendiri apa di kocokin."
"Si kocokin boleh?"
"Ya boleh dong mas."
"Mau kocok di sini apa di rumah?"
"Loh, kamu penjual jamu plus plus ya?"
Pletak !!!
Penjual jamu kocok itu, langsung menyentil dahi Tio.
"Sembarangan. Wes, aku moh melayani kamu. Ini jamu nya. Di kocok sendiri aja."
Wanita itu segera pergi sambil kembali berteriak..
"Jamu kocoknya mas...."
"Yuhu..."
"Hei, mbak kocok. Apa sampean gak pernah pakek sandal?" Teriak Tio saat dia baru menyadari bahwa wanita itu tidak memakai sandal.
"Aku nggak suka pake alas kaki. Buat apa aku pakai alas kaki kalau bukan kamu alasanku melangkah lagi." Ucap wanita itu sambil tersenyum ke arah Tio.
Ahh...
Tio meleleh.
"Bos, bos tidak apa apa?"
"Tolip, bungkus satu yang seperti itu. Dimana kalau beli? aku mau."
Ooh, bos semprol.
Tio dan Tolip sudah ada di rumah, mereka sedang berada di meja makan dan bersiap untuk sarapan.
"Tolip, tadi kamu tahu nggak kalau aku baru saja di pletak oleh wanita penjual jamu kocok itu?"
"Ya itu salah bos sendiri."
"Kok kamu bisa nyalahin aku sih? dia itu nawarin aku jamunya mau dikocok di tempat atau di rumah, spontan saja aku tanya apakah dia penjual jamu plus-plus?"
"Maksudnya itu, kalau di kocok di rumah artinya jamu yang pos beli itu dibungkus."
"Oh, seperti itu." Ucap Tio.
"Iya. Ya sudah, kalau begitu silakan nikmati sarapannya lebih dulu." Ucap Tolip sambil bersiap untuk meninggalkan Tio.
"Iya, setelah itu kamu antar aku menemui penjual jamu itu ya."
"Kenapa?"
"Soalnya aku gak tahu cara ngocok nya." Ucap Tio sambil memperlihatkan satu botol berisi jamu.
Dieng...
...----------------...
...----------------...
...----------------...
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Unyil_unyu
cukup satu kata" sarav"
2022-12-21
0