Call Me Mom

Call Me Mom

Rere merajuk

"Please, dengarkan Daddy Rere. Daddy minta maaf. Lain kali pasti Daddy temenin. Sekarang Rere di temenin tante Reva dulu ya..." ujar Delon berusaha membujuk putrinya yang merajuk.

"No !! Rere mau Daddy. Daddy selalu berkata lain kali, lain kali tapi tidak ada buktinya..." bantah bocah lima tahun yang kini sedang duduk di bangku TK nol kecil.

Delon terlihat frustasi dengan jawaban Rere. Tidak bisa dia pungkiri bahwa dirinya terlalu banyak memberi janji kepada putri semata wayangnya jika dia meminta untuk di temani di acara sekolah.

"Ayolah baby, jangan memvonis Daddy seperti itu. Daddy benar benar tidak bisa. Besok Daddy harus bertemu klien penting di Singapore..." Delon masih berusaha menjelaskan.

"Cuma dua jam Daddy. Apa tidak bisa memberiku waktu dua jam saja ? Daddy punya banyak pegawai, kenapa tidak suruh mereka saja melakukan tugas Daddy?" gadis kecil itu terlihat sangat lihai dalam menjawab ucapan Delon.

"Tidak bisa sayang, harus Daddy sendiri yang hadir. Gini aja, kamu kasih aja Daddy hukuman. Hukuman apa aja Daddy mau, asal Rere nggak marah marah lagi sama Daddy"

"Mommy...aku mau Mommy. Kalau Daddy bisa membuat Rere datang ke acara itu bersama Mommy, aku akan maafkan Daddy!"

Satu pernyataan pahit yang terucap dari bibir Rere untuk Daddy nya.

"Oh My God Baby, kenapa kamu harus memberikan Daddy pilihan yang begitu sulit?"

Duda berusia tiga puluh dua tahun itu benar benar frustasi. Kemana dia akan mencari istri dalam waktu dua hari? karena acara di sekolah Rere adalah lusa. Sementara dia adalah si pria kulkas yang isinya serba dingin sedingin salju.

"Apa susahnya Daddy? Daddy temenin Rere , atau Daddy carikan Mommy untuk Rere..." satu kalimat mematikan yang benar benar membuat dada Delon sesak sesaat.

Delon mengusap wajahnya kasar, lalu membalikkan badan membelakangi putrinya.

"Kamu, kamu harus jadi Mommy nya Rere !" tukas Delon menunjuk ke arah seorang wanita.

"Sa...saya Tuan?" wanita itu adalah pengasuh Rere yang sudah bekerja di rumah Delon selama tiga bulan terakhir.

Namanya Reva, lengkapnya Revalina Sari.

"Iya, kamu harus menemani Rere ke acara sekolahnya tapi bukan sebagai pengasuh, melainkan sebagai Mommy nya..." ucapan pria tersebut selalu bersifat mutlak dan tidak dapat di ganggu gugat.

"Tapi saya , saya..." Reva berusaha menolak tapi tidak mampu.

"Jadi Mommy atau berhenti kerja!" tegas Delon sekali lagi.

"Ba...baik Tuan" dengan segala keterpaksaan Reva menyetujuinya.

Delon kembali membalikkan badan menghadap putrinya.

"Baby, Daddy sudah dapatkan Mommy untuk Rere, jadi sudah ya jangan marah marah sama Daddy lagi.." Delon kembali berusaha merayu putrinya.

"Tapi Rere pengennya Mommy yang setiap hari ada Dad, bukan Mommy waktu acara sekolah aja. Rere ingin seperti teman teman Rere. Mereka memasak bareng Mommy nya, belanja bareng, tidur bareng. Kemana mana bareng " gadis kecil itu mengerucutkan bibir.

Delon merasa haru bercampur kesal mengahadapi sikap putri nya. Dia berjalan mendekat kepada Rere lalu berusaha memberi penjelasan selembut mungkin sambil mengusap puncak kepalanya.

"Baby, maafkan Daddy ya, sampai saat ini Daddy belum bisa mencari Mommy sambung untuk kamu. Tapi Daddy selalu berusaha untuk bisa menjadi seorang Daddy dan Mommy untuk kamu"

"Bohong, buktinya Daddy pergi pergi terus. Daddy selalu sibuk bekerja" lagi lagi putri kecilnya membantah.

"Oke, Daddy minta maaf. Habis ini Daddy akan berusaha untuk sering tinggal di rumah menggantikan posisi Mommy" kata Delon masih dengan nada rayuan.

"Tidak perlu, Daddy menikah saja dengan tante Reva biar Rere punya Mommy setiap hari!"

Glekk,

Reva menelan saliva mendengar ucapan konyol anak asuhnya. Begitu pun dengan Delon.

Dua hari kemudian.

Rere nampak masih malas malasan karena permintaan konyolnya belum juga di indahkan oleh sang daddy.

"Ayo sayang, cepat pakai seragamnya. Nanti kamu terlambat" bujuk Delon.

Merasa tidak ada perubahan, Reva juga berinisiatif untuk ikut membujuk anak asuhnya itu.

Tak butuh waktu lama bagi Reva untuk memakaikan seragam dan sepatu di tubuh gadis kecil itu.

Bak di hipnotis sang ratu sihir, Rere menurut apa kata Reva dan segera menghabiskan selembar roti tawar dengan di lapisi selai cokelat serta meneguk segelas susu sebagai menu sarapan tanpa ada bantahan dan dengan raut wajah ceria.

"Terima kasih mom...." ucap Rere ketika Reva usai membersihkan tepian mulutnya menggunakan tissue.

Reva mengukir senyum kecil di bibir merah mudanya menanggapi ucapan Rere.

Sedikit kecemasan muncul jikalau panggilan Rere yang berlebihan itu akan membuat Delon marah.

"Dad.. aku sudah selesai makan... ayo antar aku sama Mom baru Rere ke sekolah" ucap bocah imut itu sambil terus memeluk erat pinggang Reva yang membuat Delon sempat iri dengan pelukan itu.

"Iya sayang, tapi tunggu sebentar. Tante Reva harus ganti baju dulu" jawab Delon.

"Mom Dad, bukan tante !" tukas Rere.

Delon menghembuskan nafas kasar,

"Iya, mom Reva..!!" dengan nada datar Delon menuruti kemauan putrinya.

Reva melepas pelukan Rere dan hendak pergi ke kamarnya untuk berganti pakaian.

Sesuai kesepakatan mereka, hari ini Reva menghadiri acara di sekolah Rere sebagai ibunya, bukan pengasuhnya.

"Tunggu..." Delon berkata ke arah Reva.

Perempuan itu menoleh dan menjawab,

"Iya Tuan ada apa?" jawabnya dengan tetap menundukkan kepala.

"Ikut aku .." ujar Delon.

Reva berjalan mengekor di belakang Delon yang rupanya menggiring perempuan itu menuju kamarnya.

Satu hal yang langka bagi Reva, karena selama dia bekerja di rumah Delon hanya empat ruangan saja yang pernah dia jamah.

Kamar Rere, kamar nya sendiri, dapur dan toilet. Selebihnya Reva di larang masuk sembarangan , karena di dalam rumah berlantai tiga tersebut ada belasan ruangan di dalamnya.

"Ini" ucap Delon sambil memberikan sebuah benda yang mirip seperti pakaian.

"Iii...iii...iiniii apa Tuan?" tanya Reva.

"Kamu pakai.. mana mungkin kamu datang ke acara sekolah Reva pakai baju sembarangan!"

Glek,

Reva tersentak, memangnya baju yang dia pakai selama ini melanggar undang undang? batinnya mulai bergumam.

"Ingat, kamu hanya menjadi mommy settingan untuk Rere. Jangan berpikir lebih !" kalimat Delon masih terdengar jelas di telinga Reva meski dia sudah melangkahkan kaki.

"Iya Tuan" hanya itu kalimat monoton yang di ucapkan Reva untuk menjawab perintah majikannya.

" Iya Tuan"

" Tidak Tuan"

" Baik Tuan"

" Belum Tuan"

" Sudah Tuan"

Sepertinya itu juga merupakan aturan untuk pekerja di rumah Delon.

Sepuluh menit kemudian Reva sudah siap dengan penampilan rapinya di depan cermin.

Dress setinggi lutut yang anggun dan cocok dengan postur tubuh dan kulit Reva yang cerah membuat penampilannya semakin mempesona.

Riasan wajah tipis juga menjadikan gadis muda itu nampak lebih memukau. Reva memang sudah memiliki paras cantik dari lahir, jadi meski tanpa make up tebal kecantikan nya sudah sangat kental.

Dia mengikat rambut hitam panjangnya ke belakang, dan memakai sandal branded yang juga sudah di siapkan oleh Delon.

Tak lupa tas kecil mini dengan harga puluhan juta sudah melekat di pundaknya,

"Mommy cantik sekali " puji Rere yang terpesona dengan penampilan Reva.

Perempuan itu tersipu malu ketika Delon juga memperhatikan penampilannya.

Hati Delon bergetar melihat penampilan Reva, apalagi semua yang di kenakan oleh Reva adalah milik mendiang istrinya yang masih dia simpan rapi.

Mata Delon tak henti memandang paras ayu alami yang di pancarkan dari wajah pengasuh putrinya, namun tentu saja dia tak mau mengakui begitu saja keindahan yang dia lihat pagi itu.

Dia menelan saliva ketika pandangannya mengarah ke leher jenjang Reva yang menggoda.

Dengan bagian dada yang sedikit terbuka, membuat kulit cerah itu bebas terekspos.

Mendiang istrinya memang menyukai gaya pakaian seperti itu.

Delon berjalan mendekati Reva,

"Aku harap kamu bisa menjaga sikap jika berbaur dengan wali murid yang lain, dan satu lagi...turunkan ikat rambutmu...!!", duda itu tak mau lama lama tergoda melihat leher jenjang Reva.

"Ikat rambut?" tanya Reva.

Delon hanya mendelik, dan Reva paham apa itu maksudnya.

Selama di perjalanan Rere tak henti memuji kecantikan Reva, karena hari itu pertama kalinya Reva membuka masker dan berdandan rapi.

"Hai teman teman, lihat aku datang sama siapa? Ini mom baru aku" teriak Rere pada teman temannya di depan gerbang sekolah.

Lima kerumunan anak yang sedang bersama wali muridnya itu pun menoleh,

"Tuan Delon, anda sudah menikah? kenapa tidak mengundang kami?" tanya salah satu di antaranya.

" Iya, punya istri cantik gini kok nggak bilang bilang. Kapan pesta pernikahannya di langsungkan? " yang lain ikut menimpali.

"Eee... itu , kami tidak , kami belum.." Delon gelagapan dan keburu pertanyaannya di jawab oleh Rere.

"Pestanya belum ada tante, nanti deh Rere undang ke pesta pernikahan daddy dan mommy . Iya kan dad?"

"Ii.. iii..ya " Delon tak berkutik jika menghadapi putrinya.

Terpopuler

Comments

Ai Hodijah

Ai Hodijah

pak bos jangan nyakitin perempuan dong,kan putri anda juga perempuan

2023-03-15

2

Wirda Lubis

Wirda Lubis

lanjut

2023-03-05

1

LISA

LISA

Aq mampir nih

2022-12-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!