"Please, dengarkan Daddy Rere. Daddy minta maaf. Lain kali pasti Daddy temenin. Sekarang Rere di temenin tante Reva dulu ya..." ujar Delon berusaha membujuk putrinya yang merajuk.
"No !! Rere mau Daddy. Daddy selalu berkata lain kali, lain kali tapi tidak ada buktinya..." bantah bocah lima tahun yang kini sedang duduk di bangku TK nol kecil.
Delon terlihat frustasi dengan jawaban Rere. Tidak bisa dia pungkiri bahwa dirinya terlalu banyak memberi janji kepada putri semata wayangnya jika dia meminta untuk di temani di acara sekolah.
"Ayolah baby, jangan memvonis Daddy seperti itu. Daddy benar benar tidak bisa. Besok Daddy harus bertemu klien penting di Singapore..." Delon masih berusaha menjelaskan.
"Cuma dua jam Daddy. Apa tidak bisa memberiku waktu dua jam saja ? Daddy punya banyak pegawai, kenapa tidak suruh mereka saja melakukan tugas Daddy?" gadis kecil itu terlihat sangat lihai dalam menjawab ucapan Delon.
"Tidak bisa sayang, harus Daddy sendiri yang hadir. Gini aja, kamu kasih aja Daddy hukuman. Hukuman apa aja Daddy mau, asal Rere nggak marah marah lagi sama Daddy"
"Mommy...aku mau Mommy. Kalau Daddy bisa membuat Rere datang ke acara itu bersama Mommy, aku akan maafkan Daddy!"
Satu pernyataan pahit yang terucap dari bibir Rere untuk Daddy nya.
"Oh My God Baby, kenapa kamu harus memberikan Daddy pilihan yang begitu sulit?"
Duda berusia tiga puluh dua tahun itu benar benar frustasi. Kemana dia akan mencari istri dalam waktu dua hari? karena acara di sekolah Rere adalah lusa. Sementara dia adalah si pria kulkas yang isinya serba dingin sedingin salju.
"Apa susahnya Daddy? Daddy temenin Rere , atau Daddy carikan Mommy untuk Rere..." satu kalimat mematikan yang benar benar membuat dada Delon sesak sesaat.
Delon mengusap wajahnya kasar, lalu membalikkan badan membelakangi putrinya.
"Kamu, kamu harus jadi Mommy nya Rere !" tukas Delon menunjuk ke arah seorang wanita.
"Sa...saya Tuan?" wanita itu adalah pengasuh Rere yang sudah bekerja di rumah Delon selama tiga bulan terakhir.
Namanya Reva, lengkapnya Revalina Sari.
"Iya, kamu harus menemani Rere ke acara sekolahnya tapi bukan sebagai pengasuh, melainkan sebagai Mommy nya..." ucapan pria tersebut selalu bersifat mutlak dan tidak dapat di ganggu gugat.
"Tapi saya , saya..." Reva berusaha menolak tapi tidak mampu.
"Jadi Mommy atau berhenti kerja!" tegas Delon sekali lagi.
"Ba...baik Tuan" dengan segala keterpaksaan Reva menyetujuinya.
Delon kembali membalikkan badan menghadap putrinya.
"Baby, Daddy sudah dapatkan Mommy untuk Rere, jadi sudah ya jangan marah marah sama Daddy lagi.." Delon kembali berusaha merayu putrinya.
"Tapi Rere pengennya Mommy yang setiap hari ada Dad, bukan Mommy waktu acara sekolah aja. Rere ingin seperti teman teman Rere. Mereka memasak bareng Mommy nya, belanja bareng, tidur bareng. Kemana mana bareng " gadis kecil itu mengerucutkan bibir.
Delon merasa haru bercampur kesal mengahadapi sikap putri nya. Dia berjalan mendekat kepada Rere lalu berusaha memberi penjelasan selembut mungkin sambil mengusap puncak kepalanya.
"Baby, maafkan Daddy ya, sampai saat ini Daddy belum bisa mencari Mommy sambung untuk kamu. Tapi Daddy selalu berusaha untuk bisa menjadi seorang Daddy dan Mommy untuk kamu"
"Bohong, buktinya Daddy pergi pergi terus. Daddy selalu sibuk bekerja" lagi lagi putri kecilnya membantah.
"Oke, Daddy minta maaf. Habis ini Daddy akan berusaha untuk sering tinggal di rumah menggantikan posisi Mommy" kata Delon masih dengan nada rayuan.
"Tidak perlu, Daddy menikah saja dengan tante Reva biar Rere punya Mommy setiap hari!"
Glekk,
Reva menelan saliva mendengar ucapan konyol anak asuhnya. Begitu pun dengan Delon.
Dua hari kemudian.
Rere nampak masih malas malasan karena permintaan konyolnya belum juga di indahkan oleh sang daddy.
"Ayo sayang, cepat pakai seragamnya. Nanti kamu terlambat" bujuk Delon.
Merasa tidak ada perubahan, Reva juga berinisiatif untuk ikut membujuk anak asuhnya itu.
Tak butuh waktu lama bagi Reva untuk memakaikan seragam dan sepatu di tubuh gadis kecil itu.
Bak di hipnotis sang ratu sihir, Rere menurut apa kata Reva dan segera menghabiskan selembar roti tawar dengan di lapisi selai cokelat serta meneguk segelas susu sebagai menu sarapan tanpa ada bantahan dan dengan raut wajah ceria.
"Terima kasih mom...." ucap Rere ketika Reva usai membersihkan tepian mulutnya menggunakan tissue.
Reva mengukir senyum kecil di bibir merah mudanya menanggapi ucapan Rere.
Sedikit kecemasan muncul jikalau panggilan Rere yang berlebihan itu akan membuat Delon marah.
"Dad.. aku sudah selesai makan... ayo antar aku sama Mom baru Rere ke sekolah" ucap bocah imut itu sambil terus memeluk erat pinggang Reva yang membuat Delon sempat iri dengan pelukan itu.
"Iya sayang, tapi tunggu sebentar. Tante Reva harus ganti baju dulu" jawab Delon.
"Mom Dad, bukan tante !" tukas Rere.
Delon menghembuskan nafas kasar,
"Iya, mom Reva..!!" dengan nada datar Delon menuruti kemauan putrinya.
Reva melepas pelukan Rere dan hendak pergi ke kamarnya untuk berganti pakaian.
Sesuai kesepakatan mereka, hari ini Reva menghadiri acara di sekolah Rere sebagai ibunya, bukan pengasuhnya.
"Tunggu..." Delon berkata ke arah Reva.
Perempuan itu menoleh dan menjawab,
"Iya Tuan ada apa?" jawabnya dengan tetap menundukkan kepala.
"Ikut aku .." ujar Delon.
Reva berjalan mengekor di belakang Delon yang rupanya menggiring perempuan itu menuju kamarnya.
Satu hal yang langka bagi Reva, karena selama dia bekerja di rumah Delon hanya empat ruangan saja yang pernah dia jamah.
Kamar Rere, kamar nya sendiri, dapur dan toilet. Selebihnya Reva di larang masuk sembarangan , karena di dalam rumah berlantai tiga tersebut ada belasan ruangan di dalamnya.
"Ini" ucap Delon sambil memberikan sebuah benda yang mirip seperti pakaian.
"Iii...iii...iiniii apa Tuan?" tanya Reva.
"Kamu pakai.. mana mungkin kamu datang ke acara sekolah Reva pakai baju sembarangan!"
Glek,
Reva tersentak, memangnya baju yang dia pakai selama ini melanggar undang undang? batinnya mulai bergumam.
"Ingat, kamu hanya menjadi mommy settingan untuk Rere. Jangan berpikir lebih !" kalimat Delon masih terdengar jelas di telinga Reva meski dia sudah melangkahkan kaki.
"Iya Tuan" hanya itu kalimat monoton yang di ucapkan Reva untuk menjawab perintah majikannya.
" Iya Tuan"
" Tidak Tuan"
" Baik Tuan"
" Belum Tuan"
" Sudah Tuan"
Sepertinya itu juga merupakan aturan untuk pekerja di rumah Delon.
Sepuluh menit kemudian Reva sudah siap dengan penampilan rapinya di depan cermin.
Dress setinggi lutut yang anggun dan cocok dengan postur tubuh dan kulit Reva yang cerah membuat penampilannya semakin mempesona.
Riasan wajah tipis juga menjadikan gadis muda itu nampak lebih memukau. Reva memang sudah memiliki paras cantik dari lahir, jadi meski tanpa make up tebal kecantikan nya sudah sangat kental.
Dia mengikat rambut hitam panjangnya ke belakang, dan memakai sandal branded yang juga sudah di siapkan oleh Delon.
Tak lupa tas kecil mini dengan harga puluhan juta sudah melekat di pundaknya,
"Mommy cantik sekali " puji Rere yang terpesona dengan penampilan Reva.
Perempuan itu tersipu malu ketika Delon juga memperhatikan penampilannya.
Hati Delon bergetar melihat penampilan Reva, apalagi semua yang di kenakan oleh Reva adalah milik mendiang istrinya yang masih dia simpan rapi.
Mata Delon tak henti memandang paras ayu alami yang di pancarkan dari wajah pengasuh putrinya, namun tentu saja dia tak mau mengakui begitu saja keindahan yang dia lihat pagi itu.
Dia menelan saliva ketika pandangannya mengarah ke leher jenjang Reva yang menggoda.
Dengan bagian dada yang sedikit terbuka, membuat kulit cerah itu bebas terekspos.
Mendiang istrinya memang menyukai gaya pakaian seperti itu.
Delon berjalan mendekati Reva,
"Aku harap kamu bisa menjaga sikap jika berbaur dengan wali murid yang lain, dan satu lagi...turunkan ikat rambutmu...!!", duda itu tak mau lama lama tergoda melihat leher jenjang Reva.
"Ikat rambut?" tanya Reva.
Delon hanya mendelik, dan Reva paham apa itu maksudnya.
Selama di perjalanan Rere tak henti memuji kecantikan Reva, karena hari itu pertama kalinya Reva membuka masker dan berdandan rapi.
"Hai teman teman, lihat aku datang sama siapa? Ini mom baru aku" teriak Rere pada teman temannya di depan gerbang sekolah.
Lima kerumunan anak yang sedang bersama wali muridnya itu pun menoleh,
"Tuan Delon, anda sudah menikah? kenapa tidak mengundang kami?" tanya salah satu di antaranya.
" Iya, punya istri cantik gini kok nggak bilang bilang. Kapan pesta pernikahannya di langsungkan? " yang lain ikut menimpali.
"Eee... itu , kami tidak , kami belum.." Delon gelagapan dan keburu pertanyaannya di jawab oleh Rere.
"Pestanya belum ada tante, nanti deh Rere undang ke pesta pernikahan daddy dan mommy . Iya kan dad?"
"Ii.. iii..ya " Delon tak berkutik jika menghadapi putrinya.
"Iya, iya nanti saya kabari lagi" jawab Delon asal.
"Ccckkk, ngapain aku tadi jawab seperti itu?" duda itu mengutuk ucapannya sendiri.
Dengan wajah kesal dia kembali masuk mobil meninggalkan tempat itu.
Sore hari.
Delon pulang dari kerja dan mendapati Reva sedang menemani Rere mengerjakan PR .
Namun satu pemandangan berbeda nampak di mata Delon.
"Reva, mengapa kamu tidak mengenakan seragam?" selama ini Delon memang menyiapkan satu stel seragam ala suster untuk Reva.
"Eee, itu Tuan" Reva nampak bingung untuk menjawab.
"Aku yang minta daddy" Rere menyahuti.
"Kenapa baby? tante Reva kan udah daddy kasih seragam?" tanya Delon kepada putrinya.
"Mom Reva, bukan tante dad," tukas Rere.
Delon mengusap wajah kasar mendengar jawaban sang putri cilik nya.
"Rere, tante Reva kan udah selesai jadi mom nya Rere?" Delon berusaha menjelaskan dengan lembut.
"Belum dad, aku mau dia jadi mom ku setiap hari" Rere masih membantah.
"Rere, sudah cukup. Permintaan kamu itu terlalu berlebihan. Kamu tahu tidak ? menjadi sepasang mom dan dad itu ada aturannya. Nggak boleh semaunya sendiri" tutur Delon dengan tetap menjaga kesabaran agar tidak menyinggung hati putrinya.
"Aku tahu gimana caranya, daddy harus nikahi mommy kan?" jawab Rere asal bicara.
"Rere !" kali ini nada suara Delon sedikit meninggi.
"Kamu, pergilah ke belakang. Aku butuh waktu berdua dengan putriku" perintah Delon kepada Reva.
"Baik Tuan" jawab Reva sambil berlalu.
"Mom Reva di sini aja, Rere takut daddy akan marah " Rere merengek menahan Reva .
Namun melihat wajah Delon yang menyeramkan, Reva lebih memilih mengabaikan nona ciliknya dan menuruti tuan besarnya.
Delon berusaha mendekati putrinya, namun Rere malah berlari ke kamar dan menguncinya dari dalam.
"Rere, buka pintunya sayang. Daddy mau bicara" rayu Delon dari balik pintu.
"Enggak, daddy jahat. Rere nggak mau keluar kalau tidak ada mom Reva!" teriak Rere dari dalam kamar.
Delon memijat kedua keningnya dengan dua jari menghadapi kelakuan putrinya.
"Oke, oke. Nanti daddy bawa tante Rev, eh mom Reva kesini. Tapi Rere temuin daddy dulu ya" Delon masih berusaha membujuk.
"Nggak mau, daddy pasti bohong. Bawa mom Reva dulu, baru Rere keluar!" suara Rere terdengar keras dari balik pintu.
Khawatir terjadi apa apa pada putrinya yang mengunci pintu di dalam kamar, Delon memilih untuk mengalah.
"Ccckk, aku terjebak pilihan ku sendiri"
lagi lagi Delon merutuki pilihannya.
Pria itu mencari keberadaan Reva di dapur, namun tidak ada. Dia bertanya kepada bi Siti ,asisten rumah tangganya yang bertugas untuk memasak.
"Reva ada di kamarnya Tuan" jawab wanita paruh baya itu.
Dengan langkah lebar Delon berjalan menuju kamar Reva. Merasa sebagai pemilik rumah serta di lapisi rasa kesal, tanpa banyak berpikir dia segera memutar gagang pintu kamar Reva.
Dan CEKLEK,
Glek,
"Tuan" Reva sangat terkejut dengan kehadiran Delon yang tiba tiba.
Delon juga tak kalah terkejut ketika daun pintu terbuka ,netranya di suguhi paha putih mulus serta lengan dan dada terbuka di lengkapi dengan gundukan yang menyembul di tengahnya.
Delon memalingkan wajah sambil berkata,
"Pakai bajumu, aku tunggu di luar!"
Ceklek, pintu kembali di tutup dengan kasar.
Nafas Delon sempat naik turun, jantungnya berdesir dan tubuhnya memanas sesaat. Sebagai lelaki normal yang berstatus single parent, tidak bisa dia pungkiri bahwa pemandangan yang baru saja dia lihat sangatlah memanjakan mata.
"Bodoh, bodoh, ckkk...sial!" sebagai seorang majikan yang arogan, dia tidak mau mengakui kekagumannya kepada wanita pengasuh putrinya.
Reva segera membuka lemari dan meraih baju asal, karena saat Delon masuk, Reva hanya mengenakan handuk mini usai mandi.
Di rasa tubuhnya sudah berpakaian sempurna, Reva segera keluar menemui sang majikan.
"Ada apa Tuan?" tanya Reva gemetar karena orang yang di hadapannya pasti akan marah marah.
"Kamu harus tanggung jawab!" ujar Delon dengan wajah serius.
"Tanggung jawab? tanggung jawab apa Tuan?" tanya Reva polos.
"Kamu harus bisa menghentikan kemauan Rere untuk menjadikanmu ibunya!" tegas Delon.
"Duh , kenapa aku yang harus tanggung jawab? salah sendiri milih aku?" gumam Reva dalam hati sambil menunduk.
"Kenapa diam? ayo, buruan. Aku tidak mau terjadi apa apa pada Rere, sekarang dia mengunci diri di kamarnya" ujar Delon dengan nada yang serius dan wajah yang garang.
"Astaga, Rere. Baik Tuan , mari segera ke sana" jawab Reva yang sedikit mendongakkan kepala.
"Rere, Rere. Ayo buka pintunya sayang" panggil Delon sambil mengetuk pintu kamar putrinya.
"Enggak ! Kalau nggak ada mom Reva , Rere nggak mau buka!" sahut Rere dari dalam.
Delon memberi kode kepada Reva untuk bersuara.
"Rere, ayo cepat keluar sayang," suara Reva seketika membuat Rere membuka pintunya.
Ceklek, ketika daun pintu terbuka Rere menarik tangan Reva dan Delon untuk di ajak masuk kamar.
"Rere, apa apaan ini?" Delon terkejut dengan tindakan putrinya.
Reva pun sama, tapi dia hanya menurut dan tidak berani bersuara di antara perdebatan ayah dan anak.
"Rere pengen tidur di temenin mom and dad !" ucap Rere.
Delon membelalakkan mata dengan dahi mengerut,
"Rere, cukup. Jangan minta yang aneh aneh!" ujar Delon dengan raut muka yang tidak manis.
Rere diam dan menunduk, dia yang biasanya teriak teriak jika memberontak, kini justru memelas dengan raut wajah yang menyedihkan.
"Rere, sayang. Astaga , Rere" Delon semakin terkejut ketika hendak memeluk Rere namun dia dapati badan putrinya panas.
"Reva , kamu ambil plaster kompres di kotak obat. Rere sedang demam!" perintah Delon.
Segera Reva menuruti perintah itu dan memberikan plaster kompres kepada majikannya.
Delon sudah membopong tubuh mungil Rere ke kasur.
"Jangan bikin daddy sedih Rere, kamu kenapa bisa demam seperti ini?" ucap Delon sambil mengecup kening putrinya.
"Mom, mom" gumam Rere dengan mata sedikit terpejam.
Delon menghembuskan nafas kasar, kali ini sepertinya dia kembali tak berkutik menghadapi kemauan sang anak.
"Tidurlah nak, istirahat biar cepat sembuh" ujar Delon.
"Aku mau tidur di temenin dad and mom!" jawab Rere lirih.
Delon kembali menghela nafas panjang dan mengacak rambutnya kasar dengan raut muka yang sangat frustasi.
"Oke ,oke. Daddy temenin Rere tidur sama tante Re, eh maksudnya mom Reva" jawab Delon dengan sangat terpaksa.
"Nemenin nya di kasur sini dad, Rere tidur d tengah" Rere masih meminta permintaan yang membuat Delon sakit kepala.
"Kamu, naiklah ke kasur. Kita tidur bertiga!" titah Delon pada Reva dengan berat hati.
"Ba - baik Tuan!" dengan penuh tekanan Reva menjalankan perintah majikan.
Mereka bertiga telah membentuk formasi bak keluarga harmonis di atas kasur. Tak lupa juga Rere menarik tangan Delon dan Rere untuk saling berpelukan.
Mau menolak pun percuma , yang ada mereka hanya menuruti kemauan putri cilik itu.
Pandangan Delon mulai tak nyaman ketika di hadapkan pada dada Reva yang terpampang di depan mata dengan jarak yang sangat dekat.
Gundukan yang menyembul itu kembali terlihat karena tadi Reva hanya mengambil pakaian asal ketika Delon menunggunya.
"Ac nya terlalu dingin, tutup dadamu. Nanti masuk angin" ucap Delon datar pada Reva sambil membuang muka.
"Kita selimutan bareng ya dad?"
Glek,
Karena merasa sangat lelah , Delon pun akhirnya tertidur pulas pada satu kasur dan satu selimut dengan Reva dan putrinya.
Di tengah malam ketika semua terlelap, tangan Delon tak sengaja mendarat di dada Reva. Dalam posisi yang tidak sadar dia bahkan sempat dua kali merem*asnya. Beruntung Delon segera terbangun sebelum dia di cap sebagai majikan mes*um.
Mata nya langsung terbuka lebar ketika menyadari benda apa yang dia mainkan, dan segera dia tepikan tangannya dari benda itu.
Delon merutuki kebodohannya. Malam itu dia tidak bisa kembali menutup mata karena gelisah memikirkan kemauan putrinya.
Namun tiba tiba dia memperhatikan Rere dan Reva yang sedang tidur. Ada suasana berbeda yang belum pernah dia rasakan dan belum pernah dia berikan kepada Rere, yakni tidur bersama dengan formasi lengkap antara anak ,ibu dan ayah.
Dan malam ini tanpa di duga Delon telah menciptakan suasana itu.
Sempat dia pandani wajah Reva kala tidur. Semakin cantik dan sempat menggoda netra Delon, karena pada dasarnya Reva memiliki paras wajah ayu alami dengan kulit putih.
"Dia tidak bersalah, aku sendiri yang memilihnya. Tapi aku justru melimpahkan masalah ini pada dia" ucapnya dalam hati sambil memandangi Reva sedang tidur sambil tersenyum simpul. Namun mendadak senyum itu pudar.
"Ah tidak, jelas dia yang salah karena dia selalu merayu Rere!" bisikan lain tiba tiba singgah di telinganya.
"Luna, maafkan aku!" Delon teringat pada mendiang istri.
Salah satu alasan Delon belum kembali menikah adalah dirinya belum bisa move on.
Jangankan beristri, wanita yang mau dekat dengan Delon harus berpikir tiga kali untuk menghadapi sifat Delon yang dingin dan keras kepala.
Di ambang lamunannya, tak terasa duda kaya itu kembali memejamkan mata dan kembali membuka mata setelah pagi hari.
Cup - cup -
Dua kecupan di berikan Rere kepada kedua pipi yang mengapit tubuhnya.
"Pagi dad, pagi mom" sapanya.
Reva segera duduk dan hendak turun, sementara Delon masih menggeliat dan enggan membuka mata karena kantuk.
"Mau kemana mom?" tanya Rere.
"Saya harus ke belakang bantuin bi Siti non, ini sudah kesiangan " jawab Reva.
"Jangan panggil aku non mom, and mom nggak perlu bantu bi Siti. Mom di sini aja temenin Rere" rengek bocah kecil itu.
"Tapi non" Reva masih kekeuh pada tujuannya untuk ke dapur. Dia tidak mau membuat masalah dengan majikan dinginnya.
"Non lagi, non lagi" sahut Rere dengan raut wajah masam.
"Kembalilah ke posisimu, pagi ini kamu nggak perlu bantuin bi Siti!" satu perintah dari majikannya yang membuat Reva bertanya tanya. Karena pagi itu Delon tidak mau berdebat dengan sang putri.
Reva tidak berani membuka suara dan memilih diam menjalankan perintah.
Ketiganya kembali membuat formasi keluarga yang harmonis dan Rere pun sangat menyukainya. Pagi itu gadis kecil tersebut tidak masuk sekolah karena badannya semalam demam. Begitupun Delon, hari itu dia juga mengambil cuti untuk menemani Rere.
Tok...tok...tok...
Pintu di ketuk.
" Tuan , tuan, ada nyonya besar datang " terdengar suara bi Siti dari balik pintu.
"Yeee, oma datang. Aku mau kenalin mom baru Rere sama oma"
Seketika ucapan Rere mengejutkan Delon hingga dia beranjak dari rebahannya.
"Mama, No. Ini gawat !" kata Delon sambil mengacak rambutnya.
"Ada apa dad?" tanya Rere polos.
Pria itu mengusap wajah kasar lalu berkata,
"Sayang, jangan kasih tahu dulu tentang mommy baru kamu ke oma ya..." Delon berusaha memberi penjelasan pada putrinya dengan lembut.
"Kenapa dad? " tanya Rere sambil melipat kedua tangannya di dada.
"Emm, nanti Daddy jelasin ya kalau oma sudah pulang. Pokoknya jangan bilang dulu sama oma , oke!" ucap Delon sekali lagi.
"Delon, Rere.. oma datang. Kenapa kalian tidak keluar? dan kenapa pintunya di kunci?" teriak omah Rere yang bernama Lusi dari luar kamar Rere sambil berusaha memutar mutar gagang pintu.
"Please Rere, nanti oma bisa kena serangan jantung kalau kaget denger berita dari kamu" Delon berusaha membujuk putrinya.
"Iya sayang, Rere harus nurut ya sama Daddy" Reva ikut menimpali.
Mendengar kalimat dari Reva, Rere mengangguk dan membuat Delon selalu bertanya tanya kenapa putrinya begitu menurut kepada Reva.
Tapi dia tidak memperdulikan pertanyaan pertanyaan yang muncul di pikirannya, karena yang terpenting adalah menemui ibunya, wanita enam puluh tahun yang sangat cerewet.
Ceklek, pintu terbuka.
"Pagi ma" sapa Delon sambil mencium kanan kiri pipi mamanya. Dan selanjutnya bergantian Rere yang menyapa lengkap dengan cipika cipikinya.
"Kenapa pintunya di kunci segala? dan kenapa keluarnya lama sekali? Kamu nggak masuk kerja Delon? dan kamu juga , apa cucu oma yang cantik ini nggak masuk sekolah?" tanya Lusi bertubi tubi.
Keduanya menggeleng serentak, lalu Delon berusaha memberi penjelasan.
"Delon nemenin Rere ma, semalam badannya demam"
"Apa? cucu omah demam? apa sudah di bawa ke Rumah Sakit? atau di panggilkan Dokter ?" pertanyaan Lusi kembali seperti kereta api.
"Iya oma, Rere semalam demam, jadi hari ini aku nggak masuk sekolah. Tapi oma tenang aja, udah ada yang ngobatin dan ngejaga Rere kok" jawab gadis kecil itu sambil melirik ke arah Reva.
Hati Delon sudah merasa tidak nyaman dengan apa yang akan di katakan oleh putrinya.
"Siapa? apa daddy kamu sudah menyewa seorang suster untuk merawat mu? atau memanggilkan Dokter untuk kamu?" cerocos nyonya besar yang sering berkunjung ke rumah Delon, karena di lebih memilih tinggal bersama putri bungsunya.
"Bukan oma, bukan suster dan Dokter. Tapi mom Reva, ups.. tante Reva" jawab Rere sambil menutup bibirnya dengan telapak tangan
"Reva? Reva pengasuh kamu itu? dia mana ada pengalaman menjaga orang sakit? dia tidak punya pendidikan di bidang itu. Dia itu hanya pengasuh biasa yang pendidikannya saja tidak tamat SMA !"
Degggh,
Hati Reva tiba tiba terkoyak mendengar kalimat mama Delon tersebut, namun sepertinya hal itu sudah biasa mendarat di telinganya.
"Tante Reva bisa oma ! Rere merasa punya mommy jika bersama tante Reva" jawab Rere sambil berlari ke arah tempat tidurnya. Dia selalu marah jika nyonya Lusi menjelekkan Reva.
Wanita berusia senja itu berusaha membujuk Rere dan ikut masuk ke kamar cucunya, namun dia sangat terkejut ketika melihat Reva juga ada di sana dengan menggunakan pakaian biasa.
"Kamu? ngapain kamu di sini dan pakai baju seperti itu? dan mana seragam mu? dan tunggu tunggu, jangan bilang kamu juga ikut tidur di sini semalam bersama Delon dan Rere?" tanya nyonya Lusi dengan wajah menyeramkan.
Reva hanya menunduk tak bisa menjawab,
"Delon, bisa kamu jelaskan semua ini. Mama tidak mau mendengar kabar tidak baik. Kamu bisa memilih seribu wanita di luar sana , jangan sampai kamu jatuhkan harkat dan martabatmu dengan memilih wanita pengasuh putrimu yang tidak sederajat dengan kamu seperti dia ! " teriak Lusi sambil menunjuk ke arah Reva.
"Delon bisa jelasin mam, ini tidak seperti yang mama pikirkan. Tenangkan diri dulu, ayo kita bicarakan hal ini di ruang tengah"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!