يٰۤـاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَّفْسٍ وَّاحِدَةٍ وَّخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيْرًا وَّنِسَآءً ۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهٖ وَالْاَرْحَامَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
"Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)nya; dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu."
(QS. An-Nisa' 4: Ayat 1)
***
Namaku adalah Annisa Sauqi. Mereka atau orang-orang yang mengenalku memanggil dengan nama Annisa. Kedua orang tua ku memberikan nama seperti ini bertujuan agar diriku menjadi pribadi yang digambarkan namaku.
Annisa adalah sebuah surat didalam Al-Qur'an yang berarti wanita. Sedangkan Sauqi diambil dari salah satu ayat penting, as-sauqi yang berarti sebuah kerinduan.
Maka dari itu jika kedua namaku digabungkan akan berarti wanita yang dirindukan. Ya, aku berharap arti namaku juga menurun kedalam diriku. Awal ku terlahir didunia ini hingga menginjak usia remaja semua orang begitu memuji dan mengagumi keberadaan ku. Orang-orang mengatakan jika nama dan keperibadian ku sangatlah sesuai dengan apa yang diharapkan. Bahkan mereka juga memuji kecantikan yang diberikan Allah swt kepada ku. Mereka mencoba menjadikan ku sebagai menantu mereka dengan menjodohkan ku bersama putra-putra mereka, ah betapa lucunya masa-masa itu.
Tapi itu dulu, sebelum malam itu datang. Sebelum malam itu terjadi datanglah seorang pemuda yang bermaksud mengkhitbah ku, karena pemuda tersebut sesuai dengan yang diharapkan keluarga akhirnya aku pun menerimanya tanpa ku tahu bahwa ia adalah awal dari kehancuran hidup ku didunia ini.
Ya, setelah akad nikah tepatnya saat malam pertama, aku melihat sosoknya yang sejati. Laki-laki itu mempunyai sorot mata yang dingin lagi tidak bersalah sedikit pun.
Ia meninggalkan ku tanpa alasan yang jelas, bahkan ketika aku mencoba bertanya apakah ada sesuatu yang membuat kami berpisah tapi ternyata ia tidak mau mengatakannya. Ah, jika ku ingat-ingat malam itu aku sangatlah tidak beruntung, ya kan?
Apalagi setelah malam itu orang-orang menatap ku jijik, seakan-akan diriku ini perempuan ternoda berwajah topeng. Benar mereka melihat ku seperti itu karena mereka tidak tahu atau tidak mau tau tepatnya, mereka seakan tuli dengan kebenaran yang coba ingin ku sampaikan.
Tapi itu tidak mengapa, mungkin ini adalah bagian dari skenario Allah sebelum diriku dipertemukan dengan sumber kebahagiaan ku yang sebenarnya. Yah, ini karena Allah sebenarnya ingin menguji ku. Baiklah, cukup sekian untuk diriku di masa lalu.
Aku adalah anak pertama dari tiga bersaudara.
Adikku yang pertama bernama Saqila Sauqi. Kami biasa memanggilnya dengan panggilan Saqila atau Qila, namun aku pribadi lebih menyukai memanggilnya Saqila. Saqila adalah wanita yang cantik seperti namanya. Wajahnya sangat nenurun dari Umi, wanita paruh baya yang telah melahirkan dan membesarkan ku.
Di keluarga kami Saqila adalah gadis yang manis dan lemah lembut. Ia terkesan tidak memihak siapapun jika terjadi perdebatan didalam keluarga.
Setidaknya aku bersyukur Saqila menjadi gadis yang baik hati seperti ini, yah setidaknya untuk saat ini.
Adik ku yang kedua atau yang terakhir bernama Safira Sauqi. Kami biasa memanggilnya dengan Safira atau Fira. Aku pribadi menyukai keduanya. Jika Saqila adalah gadis yang lemah lembut maka berbanding terbalik dengan Safira. Safira justru adalah orang yang keras dan tidak mau dibantah. Sifat dan sikapnya ini sangat menurun dari Umi.
Apa lagi saat kejadian itu ia menjadi lebih temperamen dan bersikap dingin kepada ku. selalu berucap sinis jika didekat ku. Aku mengerti, mungkin ia kecewa sekaligus marah karena diri ku tidak seberuntung pengantin yang lain. Aku tau, jauh dari lubuk hatinya yang paling dalam ia sangat menyayangi ku dan tidak ingin hal ini terulang lagi kepada siapapun, terlebih kepada ku.
Itu adalah kedua Adik ku dengan sifat yang berbeda dan akan ku perkenalkan kedua orang yang sudah berjasa melahirkan dan membesarkan kami sampai pada titik ini.
Yang pertama adalah Umi, Umi ku bernama Siti Hajjaratul Fitrah. Ia adalah wanita yang cantik walaupun usianya sudah terbilang tidak muda lagi namun fisiknya masihlah sangat bugar. Kecantikan fisik kedua Adik ku sangat menuruni Umi, bahkan Safira saja tidak hanya mewarisi fisik namun sikap dan sifatnya pun menurun. Umi ku adalah orang yang keras dan temperamen, jadi tidak heran jika Safira seperti itu.
Sama halnya dengan Safira, sejak malam itu Umi ku bersikap seolah aku tidak pernah ada di sekitarnya. Bahkan Safira masih baik mau berbicara dengan ku walaupun terdengar pedas daripada Umi yang hanya mau berbicara dengan ku jika melakukan sesuatu yang fatal atau kecerobohan yang besar. Yah, hanya itu jika kalian ingin tahu.
Aku mengerti, mungkin ia kecewa karena aku tidak sesuai dengan apa yang mereka harapkan. Aku mengerti mungkin mereka masih belum mempercayai ucapan ku dan aku mengerti jika mereka pasti sangat terluka mendengar semua ucapan orang-orang yang mencemooh ku, aku mengerti. Itulah sebabnya jika mereka marah dan melampiaskannya kepada ku, aku diam bahkan tidak membantah atau pun memjawab amarah mereka. Aku melakukannya karena aku tau mereka pasti sangat lelah menanggung malu dan cemooh yang orang-orang lontarkan tentang aku kepada mereka.
Yang kedua adalah Abi ku, Abi ku bernama Muhammad Affirul Sauqi. Bagiku ia adalah seorang laki-laki yang hebat dan penyabar. Jika Saqila kebalikan dari Safira, maka Abi adalah kebalikan Umi. Ya, sifat dan sikap Saqila yang lemah dan lembut adalah turunan dari Abi. Apakah kalian tahu?
Setiap Umi melampiaskan amarahnya pada ku, orang yang pertama kali membela aku adalah Abi. Abi bahkan terus mengatakan kepada pihak keluarga yang mencemooh ku bahwa aku adalah gadis yang baik-baik. Bahkan ia membenarkan semua ucapan yang ku ucapkan di malam itu, ya Abi ku sangat mempercayai diri ku. Setidaknya aku bersyukur jika aku tidak sendirian di rumah ini, lihat aku tidak sendiri bukan?
***
"Umi, Kak Saqila berniat menolak khitbah Kak Adam. Bayangkan saja Umi, ini sudah kesekian kalinya ia menolak setiap pemuda yang datang meminangnya. Aku tidak habis pikir dengan apa yang dipikirkannya." Keluh Safira mengurut pelipisnya bosan.
Saat ini aku, Umi, Safira, dan Saqila sedang berada di taman belakang rumah. Ini adalah kebiasaan rutin kami setiap sore jika tidak sibuk. Membantu menanam dan menyiram tanaman bunga.
"Benar begitu, Nak?" Tanya Umi lembut masih tetap fokus memotong daun tumbuhan yang sudah mengalami gejala penyakit.
Ku dengar ada helaan nafas, aku tidak tau pasti darimana sumbernya karena aku memang membelakangi mereka.
"Iya, Umi." Jawab Saqila terdengar lembut.
"Umi, kau tau sendiri jika aku tidak akan menikah sebelum Kak Annisa lebih dulu menikah. Maka selama Kak Annisa sendiri aku pun akan begitu." Jelas Saqila membuat ku terenyuh sekaligus merasa bersalah. Yah, banyak sekali pemuda yang datang meminangnya namun selalu ia tolak karena aku yang masih belum mendapatkan pasangan yang baru. Jika kalian pikir masih ada pemuda yang datang ingin memikat ku maka kalian salah, karena semenjak hari itu tidak ada seorang pun yang datang mencari ku walaupun semua orang tau aku sudah sendiri dan telah bercerai. Ah, miris sekali bukan?
"Jangan memikirkan janda itu."
Deg
Ah, rasanya sakit sekali.
"Ia bahkan tidak memikirkan perasaan keluarganya saat berbuat maksiat, ia bahkan tidak perduli dengan perasaan yang kita rasakan saat orang-orang menatap keluarga kita aneh."
Mencoba mengabaikannya, aku terus melakukan aktivitas ku mengais tanah walaupun air mata ku kini sudah mengalir diwajah ku.
Umi, jika kau tau siapa yang lebih sakit di sini maka jawabannya adalah aku. Aku, Umi jika kau ingin tau.
Bahkan dalam pikiran ku sekalipun aku tidak ingin ada yang terluka di sini. Aku tidak ingin kalian merasa sakit atau pun terluka karena hal ini, tapi apa daya ku Umi?
Apa yang bisa aku lakukan di saat aku ingin mengatakan yang sebenarnya kalian selalu menolak untuk percaya, apa yang bisa aku lakukan jika kepercayaan kalian kepada ku saja sudah hilang?
"Umi jangan mengatakan hal seperti itu lagi, tidak baik." Tegur Saqila mencoba menenangkan emosi Uminya.
"Umi tidak bisa berpikir jernih jika menyangkut soal dia, Nak! Umi hanya lelah." Keluh Umi membuat lutut ku berasa lemas.
Maaf, Umi.
Maaf aku mengecewakan mu, namun sungguh Umi aku sama sekali tidak berniat menyakiti mu seperti ini. Aku bahkan tidak pernah sampai berpikir sebodoh ini.
Maafkan aku, Umi.
Menghela nafas, "Sebaiknya Umi beristirahat saja di dalam, Umi terlihat pucat pasti karena kelelahan beraktivitas." Saran Saqila dan dengan begitu ku dengar suara langkah kaki menjauh dari tempat ini.
Aku mengusap kedua pipi ku dengan lengan baju ku, aku tidak bisa menggunakan tangan ku karena sudah dipenuhi oleh kotoran tanah.
"Lekaslah," Ku dengar suara Safira dingin, mungkin di arahkan kepada ku.
Aku bangun dari posisi ku dan berbalik arah menatap matanya yang tajam akan sorot kekecewaan.
"Lekaslah menikah dengan laki-laki manapun, jika bisa menikahlah dengan **** yang menodai mu. Kemudian setelah itu pergilah, jangan kembali." Itu sudah pasti semua ucapan tidak berhati ini ia arahkan kepada ku. Safira menatap ku sinis lalu berjalan masuk ke dalam rumah menyusul Saqila dan Umi.
Aku termangguk di tempat ku. Merasakan bahwa lutut ku terasa benar-benar lemas. Perlahan aku mendudukkan diriku dibangku taman yang sengaja Abi tempatkan untuk kami semua duduk bersantai.
Aku meremat bagian dadaku yang berdenyut nyeri, ini sangat sakit.
"Ainallah.." Suara ku berbisik.
"Ainallah.." Bisik ku putus asa.
"Ainallah..hiks.." Mohon ku penuh harap.
Ketika aku bersedih hal yang biasa aku lakukan adalah mengatakan "Ainallah".
Dimana Allah.
Itulah yang selalu aku ucapkan. Ini aku lakukan untuk menenangkan hati ku. Karena aku tau Allah tidak pergi, Allah selalu memeluk dan menjaga ku. Aku tau Allah selalu bersama ku, dimana pun. Maka dari itu, apapun masalah yang ku hadapi aku selalu mencoba untuk meyakini diriku bahwa betapa Allah sangat menyayangi diriku dengan memberikan ku cobaan ini.
Yah, aku kuat.
Aku mampu menghadapinya. Aku hanya perlu kepercayaan pada diriku saja, jika semua orang telah menghilangkan kepercayaannya padaku, maka akulah yang akan memberikan diri ini kepercayaan.
Benar, hanya aku.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
adning iza
baru awal udh nyeseg aja ni hati
2023-03-17
1
ros kalam
sediih
d kucilkan ibu sndiri
2023-02-01
1
suri yani
kenapa ga ke periksa ke dokter aja utk membuktikan klo km masih perawan !
2022-11-23
0