Dijebak Karena Terobsesi
Aah...!
Aah...!
"Lagi Mas yang kuat, Mara mau keluar ni!" Ucapnya dengan gairah menggebu. Suara itu masih terus membayang kuat di benak Bagas.
******
Tamara Morely masih belum sadarkan diri jika Ia ada dalam dekapan seorang pemuda yang semalam telah merampas mahkotanya.
Bagas Arta Kusuma sangat terpuaskan akan servis wanita yang sejak lama sangat diinginkannya menjadi istri. Sebab Tamara memang sangat cantik, bola matanya bening, hidung mancung, bibir merah merekah dan tubuh yang ideal.
Berkali-kali mengungkapkan isi hati pada gadis impiannya itu tak pernah sekali pun di respon positif oleh Tamara dengan alasan Bagas hanya orang miskin, jorok dan dekil, wajahnya di penuhi oleh jerawat dan berminyak.
Kesal di perlakukan tidak pantas, muncul keinginan Bagas untuk menjebaknya saja. Hanya itu jalan satu-satunya agar Ia dapat menjerat Tamara dengan paksa.
Usaha itu tak di lakukannya sendiri, Ia di bantu oleh seseorang yang selalu siaga menemani kemana pun Ia pergi.
Pagi yang indah dan cerah, cahaya matahari mulai menapaki bumi membuat Tamara terperanjat dari lelapnya yang begitu nikmat. Sudah sebulan terakhir, gadis itu kurang tidur karena sering pergi dugem, dan baru malam ini tidurnya terasa spesial.
Di balik selimut yang masih membungkus tubuh polosnya, Tamara melebarkan senyum menyambut hari yang baru.
"Apa tidurmu nyenyak?" Tanya seseorang yang sejak tadi menopang kepala di sebelahnya. Pemuda itu mengerling nakal ke arah Tamara yang sangat terkejut akan keberadaannya.
"Ba- Bagas, ke- kenapa kau ada di kamarku?" Ucapnya terbata. Tamara berlanjut memeriksa tubuhnya dan baru menyadari jika Ia sudah tak memakai apa pun. Kemudian manik matanya mengitari setiap sendi ruangan untuk mengenali dimana Ia berada saat ini.
"Ba- Bagas apa ini, dimana aku sekarang?" Tamara menaikan sedikit selimut yang hampir terjatuh ke bawah. Ia panik menyadari sesuatu pasti telah di ambil darinya.
Bagas hanya tersenyum, Ia bangkit dari ranjang dan meraih gelas air putih yang di teguknya hingga tandas. Pemuda itu berpindah ke sofa dan menyambar sebuah ponsel yang di yakini Tamara jika benda itu hanya barang murahan.
"Bagas, kamu belum menjawab pertanyaanku. Kenapa diam saja? Apa yang sudah kamu lakukan ha?" Tamara mulai tak bisa mengontrol emosi. Mana mungkin Ia seceroboh itu bisa berada dalam ruangan bersama Pria yang sangat di bencinya itu.
"Kamu sangat menikmati apa yang ku lakukan semalam, Ra. Apa kamu masih menginginkannya. Aku sampai gila mendengar Des-ahanmu terus memuja telingaku," ucap Bagas santai.
Mendengar pengakuan Bagas, Tamara tak mampu menahan marah. Ia bangkit dari ranjang di apit gulungan selimut mendekati Bagas.
Plak!
Tamparan kerasnya berhasil menyentuh wajah pemuda itu. Karena berminyak, Tamara kembali mengusapkan tangannya ke tubuh Bagas.
"Keterlaluan kamu Gas, kan aku sudah bilang kalau aku gak pernah cinta sama kamu. Bagaimana mungkin kamu menyentuhku!" Kecamnya sambil menuding. Pipi itu sudah basah oleh air mata kekesalan.
Bagas lagi-lagi hanya berdecih menertawai reaksi Tamara. Ia kemudian bangkit dan menggendong Tamara kembali ke atas ranjang dan menindihnya dengan kuat.
"Bagas, lepaskan aku. Apa kamu tidak sadar, aku jijik melihat wajahmu!" Amuk Tamara dengan brutal. Ia benar-benar kehilangan akal menatap wajah mengerikan itu.
"Diam lah Sayang, lebih baik kamu menikah saja denganku. Atau vidio saat kita bersetubuh menyebar di medsos, dengan begitu tidak akan ada satu pun pria yang mau menikahimu!"
Tamara menganga mendengar itu, " Kamu keterlaluan Bagas!"
"Biar saja, yang penting kamu mau mengabulkan keinginanku!" Ucap Bagas balas membentak.
Tamara terpaku. Ia berusaha berdamai dengan ke adaan, tapi wajah Bagas membuat pandangannya menjadi muak.
"Menjauh lah Bagas, aku bisa muntah melihat wajahmu. Apa saja yang kau lakukan denganku semalam, itu pasti mengerikan higs...?" Tuduhnya lagi sembari menggeleng. membayangkannya saja Tamara tidak sanggup.
Meski sakit hati atas penghinaan Tamara, Bagas menanggapinya dengan tertawa simpul. Pasalnya wajah tertekan gadis itu semakin menggemaskan dan menggoda di matanya.
"Kita main sekali lagi bagaimana? Aku tidak sabar melihat perutmu membuncit karena mengandung anakku?" Seringai Bagas, menaikan sebelah alisnya menatap penuh gairah.
"Cih, Mustahil!"
Tamara berdecih kesal. Bagaimana nanti jika Ia sampai hamil, sedang secuil pun Tamara tak pernah mencintai Bagas, disentuh saja rasanya sudah seperti berada di tumpukkan kotoran hewan."Jangan bermimpi...!" timpalnya dengan nada penuh kebencian.
"Jadi kamu kekeh tak mau menikah denganku?" Ulang Bagas lagi.
"Tidak...!"
"Baiklah, jangan salahkan aku jika foto bugilmu terpampang dimana-mana!"
"Kau mengancamku...?"
"Sedikit...!"
Tamara meleguk saliva, kali ini Ia sangat yakin kalau Bagas tidak akan mungkin melepaskan dirinya lagi, "Baiklah aku punya satu permintaan," tawar Tamara.
Bagas tidak menyahut, pria itu malah sibuk mengecup jenjang leher Tamara.
"Bagas...!" Tamara mendorong kepala pria itu menjauh menanti jawaban atas tawarannya.
"Baiklah, kamu mau apa?" Tanya Bagas yang menghentikan kesibukannya.
Tamara berusaha berpikir keras, sesekali merasa mual jika menatap lekat wajah Bagas yang masih mengungkungnya.
"Baiklah, aku mau menikah denganmu, dengan syarat setelah menikah nanti kamu harus memenuhi kebutuhan hidupmu dengan layak atau aku akan menggugat cerai dirimu!" Sergah Tamara, dalam hati Ia yakin Bagas tak akan mampu mengabulkannya, sedang Bagas hanya tinggal mengontrak di sebuah pemukiman kumuh.
"Hanya itu?" Tanya Bagas, seolah mampu mengabulkan.
Mendengar ucapan Bagas Tamara mengernyit bingung, mustahil seorang tak punya apa-apa bisa memenuhi keinginannya, "Kau yakin mampu membelikan apa pun untukku?" Tanya Tamara lagi.
Bagas tidak menjawab, Ia segera bangkit dari tubuh Tamara dan mengatakan apa yang seharusnya Tamara lakukan, "Pergilah mandi, aku antar kamu pulang!"
Tak tahu harus mengatakan apa lagi, Tamara beringsut turun dari ranjang menuju kamar mandi. Ia membersihkan tubuhnya sangat lama, membayangkan betapa jijiknya saat Bagas menjamahnya, "Pria sialan, bagaimana bisa aku terjerat sekamar dengannya? Apa aku minum wine sangat banyak sampai tak menyadari hal gila itu terjadi? Oh Tuhan, aku harus bagaimana ini?" Gerutu Tamara seorang diri.
Sebagian kulitnya sampai memerah, karena terlalu kuat di gosok untuk membersihkan bekas sentuhan Bagas. Entah mengapa dari dulu Tamara tidak menyukai pria itu.
Muak!
Satu kata itu yang pantas Ia ucapkan untuk seorang Bagas, yang terus saja mengejarnya tanpa pernah menyerah sedikit pun. Padahal Tamara sudah sering selalu berkata kasar hanya untuk menyadarkan kalau Bagas tidak pantas mendapatnya.
"Keluar lah! mengapa lama sekali?" Teriak Bagas dari balik pintu. Sepertinya pemuda itu tak sabar ingin melihatnya lagi, mungkin saja Bagas akan gila jika tidak mengganggu ketenangannya sedetik saja.
"Ya, tunggu sebentar," jawab Tamara malas.
Dengan terpaksa, Tamara keluar dari ruangan lembab itu hanya dengan menggunakan handuk yang sengaja di persiapkan untuknya.
Kulitnya yang mulus, memanggil bola mata Bagas yang masih duduk di sofa bergerilya menatapnya. Sepertinya pria itu sangat terobsesi dengan Tamara, hingga jakunnya berulang kali naik turun hanya untuk meneguk saliva yang seakan serat di kerongkongan.
"Cepatlah...!" Ucapnya kemudian. Tamara takut melihat Bagas bangkit dari sofa, mengira akan menghampirinya untuk menyentuh. Ternyata perkiraan Tamara salah, Bagas memilih keluar meninggalkannya seorang diri dalam kebekuan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
@MeG4 ⍣⃝క🎸N⃟ʲᵃᵃ𝓐𝔂⃝❥
Benar kata ibu ku dulu, nak jaga ucapan mu sama orang lain aplagi sama laki-laki, laki laki itu panjang langkah, kalau udah sakit hati pasti berani berbuat sesuatu,Kalau ga suka kan bisa menolak secara halus g usah menghina juga tamara
2022-12-18
2
buk e irul
minyak mahal 🤣🤣🤣🤣kenek gae goreng wak asin
2022-12-10
1
•§¢𝓐𝔂⃝❥⒋ⷨ͢⚤ivoᷠnͦeͮℛᵉˣ𝐀⃝🥀
Sebegitu bencinya Tamara pada Bagas..lama2 nanti bucin baru tau rasa..
2022-12-07
1