Selesai berkemas, Tamara segera keluar dan menemui Bagas. Sudah Tamara duga sebelumnya jika Bagas tak akan pernah mungkin mengantarnya pulang dengan sekedar naik taksi apa lagi naik mobil mewah.
Wanita itu hanya bisa pasrah diajak menaiki motor bebek butut yang dimiliki oleh pria dekil itu. Bayangkan saja bagaimana sialnya Tamara saat ini bersama dengannya
Cuaca yang sangat cerah di bawah terik matahari pagi, tak mampu mengubah suasana hati Tamara yang sejak tadi masih berselimutkan kemarahan.
"Bagaimana kamu menghidupiku jika seperti ini, Bagas? Sedang kehidupanmu melarat, bahkan suara motor bututmu saja membuat telingaku terasa sakit!" Kicau Tamara.
Duduk di belakang dengan menahan rasa malu karena sebagian pasang mata yang berjalan memenuhi trotoar tengah memperhatikan mereka. Wajar, suasana sangat ramai karena hari itu bertepatan dengan hari libur.
Belum lagi perut juga keroncongan karena sejak pagi belum ada nasi yang masuk, maklum saja Bagas tak memberinya makan apa pun. Kalau seandainya di kasih makan, sudah pasti Tamara tidak akan sanggup untuk menelannya, mengingat wajah Bagas yang penuh oleh jerawat batu dan bernanah.
"Maaf Ra, mau gimana lagi aku gak punya uang sekarang," timpal Bagas dengan santainya. Pemuda itu hanya fokus menatap ke depan tanpa perasaan bersalah.
"Cih, apa-apaan ini? Lalu bagaimana caramu memenuhi syaratku untuk memenuhi kehidupan yang mewah dan layak?" Jengah Tamara lagi, sangat kesal.
Bagas tidak menjawab apa pun, pria itu mempercepat motor bututnya sampai di halaman rumah Tamara. Rumah bergaya minimalis berlantaikan dua, pekarangannya juga cukup luas. Tentu Tamara memiliki kehidupan yang jauh lebih baik dari dirinya sekarang.
Papa Tamara memiliki pekerjaan yang terbilang mapan, beliau menjabat jadi wakil Direktur utama di sebuah perusahaan besar, sedang Mamanya adalah seorang Bos di sebuah rumah makan.
Kakak perempuan Tamara yang bernama Sindy pun baru selesai di wisuda dengan menyandang gelar sebagai Sarjana Ekonomi, sedang adik bungsunya Samuel kini sudah menginjak kelas 3 SMA.
Tamara sendiri masih kuliah, tapi sepertinya semua akan hancur dalam waktu singkat. Usai Bagas berhasil merampas harta berharganya.
.
.
.
Setelah turun dari motor menyebalkan itu, Bagas menahan lengan Tamara yang hendak meninggalkannya. "Aku ikut masuk...!" Ucapnya meyakinkan.
"Untuk apa?"
"Meminta restu...."
"Kau sudah gila?'
"Ya, aku terobsesi denganmu."
"Coba saja, tapi jangan salahkan aku jika hanya penghinaan yang kamu dapat."
"Tidak masalah, karena penghinaan itu akan berbalik ke keluarga besarmu, akibat menanggung malu akan perbuatan kita semalam."
"Sial! Kau mengancamku?"
"Sedikit..!"
"Terserah saja...!"
Keluarga besar gadis itu mendadak marah besar, mengetahui putrinya membawa seorang pecundang masuk kedalam rumah mewah mereka.
"Ngapain kamu bawa pria menjijikkan itu kerumah kita, Tamara?" Delik Mama Sandra dengan tatapan sinis.
Terlihat jelas tidak ada kesukaan sedikit pun yang terpancar dari raut wajah semua orang disana, termasuk Papa dan kedua saudara Tamara, Samuel dan Sindy.
"Di- dia memaksa, Ma," jawab Tamara lirih. Jujur gadis itu takut akan ancaman Bagas yang berniat menyebarkan foto nya di MEDSOS.
"Apa...?" Mama Sandra tersulut. "Jadi kamu takut dengan wajah keset seperti dia!" Tudingnya ke arah Bagas, yang masih memilih bungkam membiarkan keluarga Tamara puas memakinya.
"Maaf Ma!"
Bagas meremas tangan dengan wajah tertunduk, ada sedikit gugup melihat Papa Tara mendekat.
"Kamu...!" Ucap Pak Tara tegas, dan intens. Meski sudah menginjak usia hampir 50 tahun. Pria bertubuh besar itu masih tampak sangat gagah, terasa dari bagaimana kuatnya Ia mencengkram pundak Bagas yang masih mematung.
"Coba bercermin...!" Ucapnya menarik Bagas ke arah sebuah kaca berukuran sedang di ruang tamu. "Lihat! Apa pantas wajah mirip lutung sepertimu menikahi putriku?" Decihnya kasar.
Pernyataan beliau terdengar sangat pedas di telinga Bagas, namun pemuda itu tetap sabar. Karena baginya tidak penting mendapat restu dari kedua orang tua Tamara, asal Ia berhasil menikahi gadis impiannya.
"Saya mau menikahi Tamara, Om!" Ungkapnya jelas.
"Apa kamu bilang?"
Bagaimana mungkin seorang Bagas yang kumuh, jorok dan melarat serta tidak jelas asal-usulnya itu berani mengatakan hal yang sangat tidak masuk akal di depan Papa Tara.
"Berani sekali kamu mengatakan hal itu Bagas, apa kamu tidak sadar jika kamu sangat lah tidak pantas untuk putriku Tamara!" Sela Mama Sandra.
"Benar Ma, Bagas dan Tamara bagaikan langit dan bumi, jadi sangat konyol rasanya jika sampai mereka menikah," Imbuh seorang gadis yang masih sibuk mengutak-atik sebuah laptop.
Sindy memang terbilang cerdas untuk urusan manajemen, itu sebabnya dia bisa bekerja di perusahaan yang lumayan besar meski tak sebesar kantor tempat sang Papa bernaung.
Bagas yang merasa sudah seperti sampah di mata keluarga itu, hanya dapat tersenyum getir. Namun Ia tidak akan menyerah untuk cintanya.
"Nikahkan saja aku dan Tamara, Om. Atau aku akan membuat anak Om tidak ada harganya dimata semua pria!" Ucap Bagas dengan lantang. Ia melirik ke arah Tamara yang nampak sangat bingung.
Papa Tara menertawakan bualan Bagas, ancaman itu tak berarti apa-apa baginya yang banyak Uang. Sebab menghilangkan nyawa orang saja sangat muda di lakukan jika Ia mau, "Apa yang bisa kamu lakukan anak muda? Kau sama seperti semut kecil bagiku, sekali di injak TEP! Mati!" Timpalnya sembari menjentikkan ujung kuku.
"Om yakin? Bagaimana jika Om tanyakan dulu soal jawaban Tamara akan pinangan saya?"
"Heh! jangan memaksa Bagas, lebih baik kamu pergi dari sini!" Usir Mama Sandra.
"Aku tidak akan pulang, kecuali bersama Tamara!"
Keluarga Tamara tercengang, Bagas mendudukkan diri di sofa dengan tenang, tak seperti saat datang. Ia bahkan menikmati sofa mahal itu dengan senyum-senyum sendiri persis orang gila.
"Astaga! Bagas! Pergi kamu dari sofaku. Kumannya akan tertinggal di sana!" Amuk Mama Sandra lagi, panik. Betapa lucu reaksinya di depan Bagas.
"Jangan pelit begitu Mama Mertua, aku akan segera pergi. jika Papa dan Mama memenuhi keinginanku, bukan begitu Tamara?" Ucapnya beralih ke arah gadis yang masih tahan berdiri di dekat guci mahal tak jauh dari pintu.
Mama Sandra gelimpungan, tak biasanya Tamara hanya pasrah saat Bagas leluasa bertindak di rumah mereka.
"Tamara, Come on nak, tolong usir pria begajulan ini dari rumah Mama, sungguh Mama bisa gila jika dia berlama-lama disini!" Pinta Mama Sandra.
"Ya- Ya aku harus bagaimana Ma, di- dia benar Mama jangan terlalu pelit begitu," jawab Tamara gagap.
"Bagus! Terima kasih sayang!"
Bagas beranjak dan menghampiri Tamara, lalu mencium kening gadis itu tanpa menghargai orang yang sudah merendahkannya.
"Bagas...!" Pekik Papa Tara tak terima.
Sungguh Tamara sangat jijik akan tindakan Bagas, tapi Ia tak punya pilihan lain kecuali bersedia menikah dengan Bagas demi harga dirinya. "Nikahkan saja aku dengan Bagas Pa!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
@MeG4 ⍣⃝క🎸N⃟ʲᵃᵃ𝓐𝔂⃝❥
lebih pedes omongan nya mama nya tamara dari pada mercon juga, iiihhh atuutt
2022-12-19
2
buk e irul
sakno seng melarat lek ngunu iku 😀
2022-12-10
0
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦𝐀⃝🥀𝑰voᷠnͦeͮℛᵉˣ
Iihh si bapak..kok menghina fisik sih.. menghina penciptanya juga kalau gitu bapake
2022-12-07
1