Bab 5 Menolak

Malam yang sunyi senyap hanya ditemani suara detik demi detik jam wekker yang berada di atas nakas.Tamara seakan kehabisan nafas menghadapi pria yang kini telah mengungkung tubuhnya. Ia bingung harus dengan cara apa lagi untuk bisa menghentikan hasrat pria menjijikkan itu.

Di satu sisi, bisa saja Tamara melarikan diri dari tempat itu dan menghilang, tapi disisi lain Ia takut membayangkan kalau ancaman Bagas benar-benar di lakukan. Sudah pasti dimana pun Ia berada, semua akan mencaci dan menghardik perbuatannya.

Oh Tuhan, kenapa aku terjebak begini sih...? Apa yang harus ku lakukan sekarang?...

"Apa ada yang kami pikirkan?" Tanya Bagas, tatapannya hanya fokus ke bibir Tamara.

"Aku mau pipis," jawab Tamara bohong.

Karena tak ingin merusak kegiatan mereka nanti, Bagas pun menjatuhkan diri di samping Tamara, "Hanya ada 5 menit, maka segeralah kembali!" Ucapnya berpesan.

Tamara menganggukkan kepala dan segera pergi. Ia menyambar Parfum di tasnya yang ada di sofa, lalu menyemprotkan wewangian itu di kamar mandi melebihi kapasitas. Mungkin saja kan Bagas akan mual dan menunda keinginannya.

Dengan perasaan takut Tamara kembali menghampiri Bagas, dan ternyata pria itu sudah mendengkur tanpa memikirkan usahanya.

"Ah, sial. Bagaimana mungkin dalam waktu singkat dia bisa nyenyak begitu. Padahal aku sudah menghabiskan parfum mahalku untuk ini," dengkusnya menggerutu.

Ia yang tersiksa dengan tindakannya sendiri hampir mati karena menahan aroma wewangian yang begitu menyengat dan menusuk-nusuk indra penciuman membuay, Tamara terpaksa berganti pakaian yang lainnya.

Malam itu benar-benar bukan malam pertama pertama baginya, tapi malam terburuk yang pernah ada di sepanjang pernikahan dua orang manusia.

"Menyebalkan, aku akan membuatmu menyesal Bagas!" Kecamnya lagi sembari merebahkan diri di samping pria jelek itu dengan menyingkap selimut secara kasar untuk menariknya dari tindihan Bagas.

Tak terasa waktu bergulir begitu cepat, pagi hari yang cerah Tamara sudah bersiap untuk ke kampus, sebab sudah seminggu Tamara mangkir dari kegiatan rutinnya.

Seperti biasa, tampilan Tamara memang selalu berkelas. Ia sangat suka mengenakan high heels yang berdiameter tinggi agar tampil dengan seksi.

"Ganti sendalmu!" Titah Bagas yang ternyata tidak menyukai kebiasaan itu.

Tamara yang masih membungkuk mendongakkan sedikit kepalanya ke arah Bagas yang telah berdiri tepat di depannya duduk.

"Memangnya kenapa?" Tamara tidak memperdulikan himbauan suaminya.

"Turuti saja apa susahnya, selama di rumah aku yang mengaturmu." Kali ini Bagas menyentaknya, pemuda itu berjongkok dan melempar sendal Tamara ke sembarang arah lalu mengambil sendal dengan beralaskan rata, melihat perlakuan itu tentu saja hati Tamara meradang.

"Bagas, kamu apa-apain sih, jangan terus mengaturku hanya karena kamu memiliki vidio itu!" Protes Tamara.

Bagas hanya tersenyum, menyingkat sedikit sudut bibir meremehkan ocehan Tamara. Aturannya adalah kewajiban, maka dia tidak akan berbaik hati.

"Kamu tidak perlu ke kampus, kita akan bersenang-senang di luar!"

"Apa? Kau sudah gila? Papa kan minta kamu menutupi pernikahan kita di khalayak ramai!"

"Terus, salahnya dimana?" Bagas balas bertanya membuat Tamara mati kutu.

"Aku tidak tahu," ucapnya lirih.

Bagas menyunggingkan senyum penuh kemenangan, Ia punya ide jitu untuk kembali menguasai Tamara tanpa harus mengaku sebagai supir.

"Semalam kan kita tidak jadi malam pertama, jadi hari ini kamu harus menghabiskan waktu untuk melayaniku!"

"Jangan aneh-aneh Bagas, pernikahan kita hanya kontrak. Bukan berarti kamu bisa seenaknya memperlakukan aku seperti istri yang kamu mau, menjijikan!" Decih Tamara, sembari membuang muka.

Bukan Bagas namanya jika Ia tidak mendapatkan keinginannya. Sebab Ia paling benci jika kemaunnya di tentang begitu saja.

"Lepas bajumu!" Perintahnya lagi sambil berdiri dari jongkoknya, tidak akan ada ampunan lagi untuk seorang Tamara memuaskannya.

"Tidak mau...?"

"Jangan membantah Tamara, atau aku akan kasar!"

Bagas menarik paksa lengan Tamara, akan terapi sesuai persepsi di awal, Tamara berani memberontak Bagas. Sehingga tidak ada cara lain bagi Bagas kecuali menggendongnya dengan paksa, lalu membanting tubuh Tamara ke KING SIZE yang membuat tubuh perempuan itu seakan melambung ke udara.

Tamara ketakutan melihat Bagas melucuti pakaian tubuhnya, dimana untuk pertama kali Tamara dapat melihat dada Bagas di penuh oleh Tatto ber gambar naga.

"Bagas, jangan paksa aku!" Ucapnya beringsut mundur ke pangkal ranjang sambil menggeleng-gelengkan kepala. Terlintas di dalam otak Tamara, bagaimana Ia akan melayani pria itu dengan jijik. Bisa saja Bagas memintanya melakukan hal ekstrem untuk memenuhi nafsu yang ingin terpuaskan.

"Kemari lah Sayangku, kenapa kamu sangat takut dengan suamimu sendiri? Ayo berikan tubuhmu secara suka rela!" Seringai Bagas. Tatapannya liar dan mematikan bagi seorang wanita yang kini meringkuk di pojokan.

"Pergi Bagas, aku tidak mau melayanimu. Sungguh aku ingin muntah!" Ucapnya dengan berani membuat darah Bagas seketika mendidih.

Ia mencekal kedua sudut bibir Tamara yang mengerucut akibat perlakuannya, persetan dengan ketakutan yang di tunjukkan Tamara, "Jangan menghinakan terus menerus Tamara, seharusnya kau beruntung telah terpilih menjadi istriku!" Jengah Bagas, sadar tidaknya ludah itu muncrat ke mulut Tamara yang langsung mual-mual di buatnya.

Hoek!

Hoek!"

Tamara mendorong tubuh Bagas dan berlari ke kamar mandi, perempuan itu tak henti-hentinya berkumur karena merasa ludah itu masih saja menempel di mulutnya.

"Brengsek! Aku sangat membencimu Bagas!" Pekik Tamara dengan wajah depresi.

Seharusnya Ia menikah dengan Arjuna yang kaya raya dan sayang dengannya, tapi kenapa justru mendapatkan suami yang gila, jelek dan melarat seperti Bagas. Sungguh pria itu memiliki paket lengkap yang jelek-jelek dari yang terjelek.

"Oh Tuhan... kenapa hidupku harus begini sih?"

"Terima saja takdirmu, Sayang. Dengan begitu hatimu akan bahagia!" Timpal Bagas yang sudah berdiri menyandar di pintu kamar mandi.

"Bagas...?" Tamara menoleh kearah pemuda itu dengan perasaan was-was dan penuh curiga, seolah ingin mencari celah untuk menyelamatkan diri dari marabahaya.

"Kamu sangat berlebihan Tamara, apa sebegitu menjijikkannya aku di matamu sampai kau membersikan ludah milik suamimu sendiri!!" Ucapan Bagas terdengar sangat menyayangkan sikap Tamara yang begitu berlebihan padanya.

Pemuda itu pun meninggalkan sang istri dengan perasaan kecewa, padahal Ia bisa memperlakukan Tamara bak putri jika perempuan itu mau berbaik hati membuka sedikit perasaan untuknya.

Tamara menghela nafas panjang, Ia tidak tahu harus apa sekarang. Sebab tak ada sedikit pun terbersit perasaan suka pada sosok Bagas yang memang bukan kriterianya yang Tampan, bersih dan berpakaian rapi.

Bagas terlalu lusuh, tidak bisa merawat diri, ditambah hanya pemuda kere yang memaksa ingi menikahi seorang putri dengan menghalalkan segala cara.

Tamara menumpukkan tangannya di atas wastafel dan mematut diri didepan cermin. Otaknya terus bergerilya karena tak habis pikir mengapa perempuan secantik dia di nikahi Bagas yang menurutnya berada di level paling rendah.

Terpopuler

Comments

Echarill_

Echarill_

nggk papa tamara, itu air suci kok yang keluar dari mulut bagas😭

2024-03-10

0

"SAYANGKU"😘

"SAYANGKU"😘

jangan kebanyakan ngehina keburukan orang lain, nanti kalau udah jatuh cinta semua keburukannya juga akan kamu telan mentah-mentah

2022-12-09

1

Rhiedha Nasrowi

Rhiedha Nasrowi

hadehhh kalo Bagas modelnya begitu yang ada si Tamara bisa mati ketakutan 😔😔

2022-12-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!