Dear My Husband

Dear My Husband

DMH_1

Siang itu, sinar matahari begitu memancarkan hawa panasnya kebumi hingga menyorot ke sekolah SMA Tunas Bangsa. Walaupun demikian, hal itu tidak mematahkan semangat para siswa yang tengah melakukan olahraga sejak lima belas menit yang lalu.

Terlihat seorang gadis berambut ikal dan panjang tengah mengikat rambutnya tinggi-tinggi. Ia duduk berteduh di bawah pohon seraya menonton anak IPS 1 yang tengah berolahraga.

"Aira!" Seorang gadis berhijab, tangannya melambai seraya berlari memanggil seseorang yang tengah duduk berteduh.

Sang pemilik nama menoleh dengan tersenyum kemudian berdiri dan menyodorkan tangannya meminta sesuatu yang temannya bawa.

Cuaca begitu panas hingga membuat tenggorokan Aira terasa kering dan perlu tetesan air yang bisa menyembuhkan dahaganya.

Ya, dia adalah Aira. Pemilik nama lengkap Aira Nur Annisa, seorang gadis berumur 17 tahun yang tengah duduk di bangku SMA itu memiliki wajah yang cantik, manis, juga imut. Tak heran jika ia menjadi idola banyak lelaki di sekolahnya.

Namun nasib Aira tak semulus wajahnya. Diumurnya yang masih cukup muda Ia harus menerima sebuah perjodohan yang orang tuanya ajukan dengan seorang Dokter.

Meskipun begitu Aira tidak pernah pusing dengan hal itu, bahkan ia menerima dengan lapang dada perjodohan yang telah direncanakan orang tuanya.

Menurutnya, selagi kebebasan masih bisa dirasakan, perjodohan pun tidak begitu jadi masalah bagi Aira.

"Ampun gak sabarannya," ucap Bila yang mengerti uluran tangan sahabatnya itu, dan ia memberikan sebotol air mineral untuk Aira.

"Gue haus tau, tanks ya, Bila sayang. Semoga lo cepet ketemu sama pangeran impian lo itu," jawab Aira seraya membuka segel tutup botol kemudian meminumnya.

Bila hanya bisa tersenyum dan geleng-geleng kepala mendengar ucapan sahabatnya.

Gadis sebaya Aira itu sudah tidak heran dengan sikap temannya yang berubah-ubah layaknya bunglon.

Keduanya bersahabat sejak pertama masuk SMA. Meskipun keduanya berpenampilan berbeda, tapi sikap Aira dan Bila bisa mengimbangi satu sama lain.

Bila yang selalu shalihah dengan hijab dan setiap perkataannya sementara Aira berkebalikan dari itu. Tidak ada masalah, justru kelebihan dan kekurangan masing-masing mereka jadikan sebagai pelengkap hari-hari mereka.

Sebagai salah satu penggemar berat korea, Bila merasa sumringah mendengar perkataan Aira, ia terkadang berandai-andai dalam khalayannya bisa bertemu artis idolanya itu.

"Dih, ngayal kan lo," selidik Aira melihat Bila yang tersenyum malu.

Bila mengubah ekpresi wajahnya dan menggeleng,"Ra, nanti temenin aku ke toko buku ya!" Ucapnya kemudian.

Aira menatap Bila sambil menyengir menunjukan deretan giginya,"Sorry dorry Bil, bukannya gue gak mau, pengen-pengen aja sih nganter lo beli buku, tapi..." Aira menjeda kalimatnya sejenak,"Gue udah janjian sama Kak Azlan. Mau diajak kerumah sakit," lanjut Aira.

"Yah sayang banget. Huh, Iya deh, kalo berurusan sama calon suami kamu ya aku gak bisa ikut campur," kata Bila dengan raut wajah sedikit kecewa.

"Maaf ya Bil, jangan marah ya, please!"

Bila mengangguk kemudian tersenyum.

Mereka melanjutkan perjalanan menuju kelas. Sesampainya di depan pintu, Aira tiba-tiba menghentikan langkahnya dengan raut wajah kaget setelah melihat layar ponselnya.

"Ada apa?" Tanya Bila yang heran melihat langkah Aira terhenti.

"Gawat! Kak Azlan udah nungguin di depan. Bel pulang kira-kira masih lama gak ya?" Ucap Aira panik.

Bila melihat jam yang melingkar di tangannya,"Bentar lagi kok, paling 10 menitan lagi."

***

Hati Aira merasa lega setelah sepuluh menit berlalu. Bel sekolah berbunyi yang menandakan saat ini para siswa dibolehkan untuk pulang.

Dengan sedikit tidak sabar, Aira melebarkan langkahnya menuju gerbang sekolah.

"Buruan Bil!"Aira menarik tangan Bila memintanya untuk berjalan sedikit cepat.

Bila tak bisa berkata-kata, ia hanya bisa mengikuti langkah sahabatnya yang sudah ditunggu sang calon imam di depan sekolah mereka.

Mata Aira berbinar ketika melihat mobil yang ia kenal terparkir tepat di depan gerbang.

Sebelum ia membuka pintu mobil, Aira berbalik menatap sahabatnya.

"Gue duluan ya Bil, dan sorry gue gak bisa nemenin lo beli buku."

Bila mengangguk,"Gak papa, hati-hati di jalan ya!"

"Oke."

Selepas perginya Bila, Aira mengintip jendela mobil kemudian tersenyum melihat seseorang duduk dibalik kemudi.

Ia membuka pintu mobil, namun sayangnya pintu itu masih terkunci.

Aira mengdengkus kesal karena Azlan tidak pernah mengizinkannya untuk duduk di sampingnya. Aira harus duduk di kursi belakang. Azlan melakukan itu karena mereka belum sah menjadi suami istri, menurutnya sangat tidak pantas bahkan diharamkan bagi mereka yang belum halal untuk bersentuhan.

Sikapnya yang dingin terkadang membuat Aira sedikit kesal, meskipun demikian entah sihir apa yang Azlan berikan padanya hingga membuat Aira serasa mati kutu saat berhadapan bahkan saat mendengar Azlan berbicara.

"Belum mahram," ucap Azlan setelah Aira duduk di kursi belakang kemudian melajukan mobilnya.

"Siang saya...." sapaan itu harus Aira hentikan mengingat ia telah melupakan sesuatu kalau Aira tidak boleh memanggil Azlan dengan sebutan sayang, honey, dan sejenisnya."Ka-ka Azlan," lanjut Aira gugup.

Seperti biasa, dan tidak aneh jika Azlan cuma bisa melihat Aira lewat kaca spion dengan ekspresi datarnya,"Asalammualaikum,"

"Waalaikumsalam," jawab Aira sambil menyengir.

***

Pemilik nama panjang Muhamad Azlan itu berprofesi sebagai Dokter disalah satu rumah sakit ternama di jakarta.

Pria tampan berumur 26 tahun ini memiliki paras yang cukup diminati dikalangan kaum hawa.

Tidak heran jika banyak yang mengantri kalau saja Azlan belum mengkhitbah seorang gadis yang masih SMA. Sikap dingin seorang Azlan tidak sedikit pun melunturkan kharismanya, bahkan dengan sikap cueknya itu menambah jiwa kewibawaannya.

Tidak ada perbincangan antara Aira dan Azlan selama perjalanan, membuat Aira begitu bosan selama itu. Hingga akhirnya mobil melaju memasuki gang kecil yang tentu Aira tahu bahwa itu bukanlah jalan menuju rumah sakit seperti yang Azlan katakan sebelumnya.

"Kita mau kemana kak? Ini bukan jalan ke rumah sakit kan?" Aira mengawali percakapan dengan seseorang yang masih fokus dengan kemudinya.

Azlan masih terdiam dengan pandangannya yang masih fokus kedepan.

"Apa kakak gak ada pasien?" Tanya Aira lagi setelah pertanyaan yang pertamanya tidak mendapat jawaban.

"Lagi nyetir Ra," bukannya menjawab semua pertanyaan Aira, Azlan malah mengkritiknya untuk tidak mengajaknya bicara saat mengemudi.

Aira hanya bisa menghembuskan nafasnya dengan kesal. Kenapa? Ia harus mempunyai calon suami kaku layaknya frezer yang sudah pasti akan membekukan segala sesuatu yang masuk kesana.

Bagaimana bisa mereka disebut pasangan romantis, jika sang suami terlalu banyak diam.

Dasar cowok gak romantis, gak peka, kakunya asli, pelit ngomong. Kok bisa gitu loh, gue nerima lamaran cowok modelan begini?

Astaga Aira, lo kenapa baru sadar sekarang sih?

Sumpah serapah Aira dalam hati saking kesalnya dengan sikap Azlan.

"Tidak usah mengumpat saya dalam hati!"

"Hah?" Aira terkejut setelah mendengar Azlan berbicara. Apakah dia bisa mendengarkan bathin seseorang?

TBC❤

Note : Jangan lupa like, komen, votenya ya besty😍

Terpopuler

Comments

Mukmini Salasiyanti

Mukmini Salasiyanti

Mbak Thor...
aq jg melipir kesini yaaa☺

2023-08-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!