"Aaaaaaa...!!!" Aira berteriak hingga suaranya terdengar sampai ke ruang tunggu meskipun sedikit samar.
Sementara Mama Rita dibuat kalang kabut setelah mendengar teriakan putrinya. Ia hanya bisa berjalan mondar-mandir merasa panik, entah apa yang terjadi di dalam sana, Mama Rita hanya bisa berfikir positif dan berdoa.
Di dalam sana, Aira terlihat tengah mengelus bagian tubuhnya yang terasa ngilu akibat disuntik. Namun semua itu Aira rasa luar biasa sakitnya, hingga membuatnya marah dan jari telunjuknya menunjuk tepat di wajah sang Dokter.
"Kau.." Aira menjeda sejenak kalimatnya,"Sudah gue bilang jangan disuntik, kenapa disuntik juga sih, dok?"
"Apa lo mau gue tuntut masuk penjara? Tapi karna lo udah nyuntik gue, gue bakal tuntut lo masuk penjara seumur hidup, bila perlu hukum gantung sekalian!" Sumpah serapah Aira pada seseorang yang sudah menyuntiknya.
Dokter tampan itu masih tanpa ekspresi, ia seakan tuli tidak mendengar ocehan Aira, tentu saja membuat Aira semakin kesal dibuatnya. Dokter itu malah beranjak ke meja kerjanya dan mencatat resep yang harus Aira tebus.
Karena merasa diabaikan, Aira menarik tangan dokter hingga membuatnya saling berhadapan.
"Dok, bisa dengerin gue gak sih? Gue ngomong sama lo, dok. Punya mulut gak sih?"
Dokter itu mengambil sesuatu dari dalam kantung celananya dan memberikannya pada Aira.
"Nama saya bukan dok," ucapnya seraya menyodorkan ktp pada Aira.
What? Dokter tampan bernama Azlan itu tidak pernah memberitahu namanya pada pasien, apa lagi sampai mengajaknya berkenalan hingga memberikan kartu identitasnya pada pasien.
Lalu apa ini? Sebuah keajaiban kah? Bisa jadi kutub utara akan meleleh esnya dalam waktu dekat Ini.
Aira mengambilnya dengan cepat dan membaca dengan teliti nama dokter yang sangat amat pelit bicara itu.
Muhammad Azlan, baca Aira dalam hati.
"Oke dokter Azlan, apa lo siap bertanggung jawab kalau terjadi sesuatu sama gue karna suntikan lo itu?"
Azlan tidak menjawab, ia hanya melirik ke tangan Aira yang masih memegang ktpnya. Aira mengerti akan lirikan itu, segera Aira memasukan ktp Azlan kedalam saku celananya. Azlan yang melihat itu hanya bisa mengeryitkan dahinya. Memberikan kartu indentitasnya para Aira bukan dengan cuma-cuma, Azlan memang bermaksud akan bertanggung jawab jika sampai terjadi sesuatu pada Aira.
"Mana resepnya?!" Aira meminta Azlan segera memberikan resep obat untuknya dan bergegas keluar dari ruangan itu. Setelah menerima secarik kertas dari Azlan, Aira langsung keluar dan menghampiri Mamanya.
Mama Rita yang melihat Aira berjalan ke arahnya pun segera bangkit dari duduknya.
"Aira, kamu gak papa kan sayang? Gak terjadi sesuatu kan? Dan kenapa tadi kamu teriak?" Sederet pertanyaan ia berikan pada putrinya.
Bukannya menjawab pertanyaan sang Mama, Aira malah menarik tangan mamanya meminta untuk segera menebus obat dan pergi dari rumah sakit itu. Aira pun menyalahkan Mama Rita karena dianggap telah membohonginya.
Mama Rita tersenyum geli mendengar ocehan anaknya tentang Dokter Azlan. Setelah menebus resep obat, mereka pun pulang dan meminta Aira untuk kembali beristirahat.
Flashback OFF
"Mbak, sudah sampai," ucap sopir taksi.
Aira terkesiap. Kesadaran akan hari paling menyebalkan baginya akhirnya terkumpul. Setelah memberikan beberapa lembar uang kepada sopir taksi, Aira pun mulai memasuki rumahnya dengan wajah yang masih terlihat kecewa.
Aira membanting tas sekolahnya ke lantai. Mama Rita yang tengah duduk merasa terkejut, dengan sigap Mama Rita mengambil tas Aira dan meletakannya di meja.
"Minum dulu!" Mama Rita memberikan segelas air minum untuk putrinya.
"Kok sendirian? Bukannya tadi pagi bilang ada janjian sama Azlan? Azlan kemana, apa kalian ada masalah?" Tanya Mama Rita setelah meletakan gelas di meja.
Aira tidak menjawab. Tetapi aliran air dari matanya membuat Mama Rita memahami kalau Aira dan Azlan tengah ada masalah.
Mama Rita merengkuh tubuh Aira ke dalam pelukannya. Entah masalah apa yang terjadi antara mereka hingga membuat Aira mengeluarkan air matanya.
"Mau cerita? Mama siap dengerin," ucap wanita yang sudah berkepala empat itu. Namun wajahnya tidak memperlihatkan kalau umur Mama Rita sudah tidak lagi muda. Bahkan orang yang tidak mengetahui umurnya, mengira Mama Rita masih berumur 30 tahun.
"Kan kak Azlan ngajak Aira ke Mall, ya Aira pikir kita mau beli baju atau nonton film kesukaan Aira, ya paling gak ngapain gitu. Eh taunya kak Azlan malah ngajak ke toko pakaian muslimah, kan Aira belum siap berhijab, Ma. Dan yang buat Aira sakit hati banget, Kak Azlan ngebentak Aira disana. Selama ini Papa sama Mama aja gak pernah maksa Aira buat hijrah, lalu siapa dia? Beraninya maksa Aira, suami juga belom," jelas Aira dengan sesekali menyeka air matanya.
"Tapi gak lama lagi, suami kan?" goda sang Mama.
"Ih, Mama.." Rengek Aira membuat mamanya terkekeh.
"Iya sayang, maaf deh."
"Terus Aira harus gimana Ma? Tau ceweknya ngambek bukannya dikejar minta maaf kek, ya paling gak telfon atau nge-chat gitu. Ini mah apa, dasar pak kulkas, cowok gak peka," cerocosnya.
"Coba Aira ngalah dulu, tanya sama Azlan alesannya kenapa minta kamu buat pake hijab," ucap Mama Rita memberikan saran dengan santai. Walau sebenernya ia sudah tau dari awal maksud tujuan calon menantunya itu. Bahkan Aira sendiri tidak mengetahuinya, bahwa semua yang terjadi bukanlah pilihan orang tua, melainkan Azlan sendiri yang meminta Aira padanya.
"Gak mau ah, masa korban harus ngalah. Harusnya kak Azlan itu peka dikit, bukannya malah tambah cuek gini," jawab Aira yang emosinya tak kunjung reda.
Hari yang tidak akan pernah Aira lupakan. Menurutnya, pria seperti Azlan memiliki tingkat kepekaan yang rendah, bahkan sangat minim. Namun tanpa Aira tahu, semua itu Azlan lakukan demi kebaikannya sebagai seorang wanita. Tetapi tetap saja Aira tidak bisa menerimanya begitu saja, terlebih lagi Aira yang manja tidak pernah mendapatkan bentakan dari siapapun termasuk ke dua orang tuanya. Sementara Azlan sendiri, ia sudah berani membentak Aira yang bahkan setatusnya belum suami.
"Ya udah deh, mending anak Mama yang cantik ini mandi, biar segeran dikit. Terus jangan lupa shalat Dzuhur!"
Dengan malas, Aira menuruti perintah Mamanya. Mama Rita hanya bisa menatap kepergian putrinya dengen kepala menggeleng, mengingat sikap Aira yang manja bahkan bisa berubah-ubah layaknya bunglon.
****
Di ruang tamu, dua orang saling terdiam dengan pikirannya masing masing. Tetapi mata lelaki itu sesekali melirik ke arah wanita yang duduk bersebrangan dengannya.
Di sisi lain wanita itu merasa bahagia, akhirnya pria itu mengakui sedikit kesalahannya. Ops, Perlu digaris bawahi, bukan sedikit, tetapi memang kesalahannya.
"Jangan manyun gitu!"
TBC❤
Note : Like, komen, votenya ya besty😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments