NovelToon NovelToon

Dear My Husband

DMH_1

Siang itu, sinar matahari begitu memancarkan hawa panasnya kebumi hingga menyorot ke sekolah SMA Tunas Bangsa. Walaupun demikian, hal itu tidak mematahkan semangat para siswa yang tengah melakukan olahraga sejak lima belas menit yang lalu.

Terlihat seorang gadis berambut ikal dan panjang tengah mengikat rambutnya tinggi-tinggi. Ia duduk berteduh di bawah pohon seraya menonton anak IPS 1 yang tengah berolahraga.

"Aira!" Seorang gadis berhijab, tangannya melambai seraya berlari memanggil seseorang yang tengah duduk berteduh.

Sang pemilik nama menoleh dengan tersenyum kemudian berdiri dan menyodorkan tangannya meminta sesuatu yang temannya bawa.

Cuaca begitu panas hingga membuat tenggorokan Aira terasa kering dan perlu tetesan air yang bisa menyembuhkan dahaganya.

Ya, dia adalah Aira. Pemilik nama lengkap Aira Nur Annisa, seorang gadis berumur 17 tahun yang tengah duduk di bangku SMA itu memiliki wajah yang cantik, manis, juga imut. Tak heran jika ia menjadi idola banyak lelaki di sekolahnya.

Namun nasib Aira tak semulus wajahnya. Diumurnya yang masih cukup muda Ia harus menerima sebuah perjodohan yang orang tuanya ajukan dengan seorang Dokter.

Meskipun begitu Aira tidak pernah pusing dengan hal itu, bahkan ia menerima dengan lapang dada perjodohan yang telah direncanakan orang tuanya.

Menurutnya, selagi kebebasan masih bisa dirasakan, perjodohan pun tidak begitu jadi masalah bagi Aira.

"Ampun gak sabarannya," ucap Bila yang mengerti uluran tangan sahabatnya itu, dan ia memberikan sebotol air mineral untuk Aira.

"Gue haus tau, tanks ya, Bila sayang. Semoga lo cepet ketemu sama pangeran impian lo itu," jawab Aira seraya membuka segel tutup botol kemudian meminumnya.

Bila hanya bisa tersenyum dan geleng-geleng kepala mendengar ucapan sahabatnya.

Gadis sebaya Aira itu sudah tidak heran dengan sikap temannya yang berubah-ubah layaknya bunglon.

Keduanya bersahabat sejak pertama masuk SMA. Meskipun keduanya berpenampilan berbeda, tapi sikap Aira dan Bila bisa mengimbangi satu sama lain.

Bila yang selalu shalihah dengan hijab dan setiap perkataannya sementara Aira berkebalikan dari itu. Tidak ada masalah, justru kelebihan dan kekurangan masing-masing mereka jadikan sebagai pelengkap hari-hari mereka.

Sebagai salah satu penggemar berat korea, Bila merasa sumringah mendengar perkataan Aira, ia terkadang berandai-andai dalam khalayannya bisa bertemu artis idolanya itu.

"Dih, ngayal kan lo," selidik Aira melihat Bila yang tersenyum malu.

Bila mengubah ekpresi wajahnya dan menggeleng,"Ra, nanti temenin aku ke toko buku ya!" Ucapnya kemudian.

Aira menatap Bila sambil menyengir menunjukan deretan giginya,"Sorry dorry Bil, bukannya gue gak mau, pengen-pengen aja sih nganter lo beli buku, tapi..." Aira menjeda kalimatnya sejenak,"Gue udah janjian sama Kak Azlan. Mau diajak kerumah sakit," lanjut Aira.

"Yah sayang banget. Huh, Iya deh, kalo berurusan sama calon suami kamu ya aku gak bisa ikut campur," kata Bila dengan raut wajah sedikit kecewa.

"Maaf ya Bil, jangan marah ya, please!"

Bila mengangguk kemudian tersenyum.

Mereka melanjutkan perjalanan menuju kelas. Sesampainya di depan pintu, Aira tiba-tiba menghentikan langkahnya dengan raut wajah kaget setelah melihat layar ponselnya.

"Ada apa?" Tanya Bila yang heran melihat langkah Aira terhenti.

"Gawat! Kak Azlan udah nungguin di depan. Bel pulang kira-kira masih lama gak ya?" Ucap Aira panik.

Bila melihat jam yang melingkar di tangannya,"Bentar lagi kok, paling 10 menitan lagi."

***

Hati Aira merasa lega setelah sepuluh menit berlalu. Bel sekolah berbunyi yang menandakan saat ini para siswa dibolehkan untuk pulang.

Dengan sedikit tidak sabar, Aira melebarkan langkahnya menuju gerbang sekolah.

"Buruan Bil!"Aira menarik tangan Bila memintanya untuk berjalan sedikit cepat.

Bila tak bisa berkata-kata, ia hanya bisa mengikuti langkah sahabatnya yang sudah ditunggu sang calon imam di depan sekolah mereka.

Mata Aira berbinar ketika melihat mobil yang ia kenal terparkir tepat di depan gerbang.

Sebelum ia membuka pintu mobil, Aira berbalik menatap sahabatnya.

"Gue duluan ya Bil, dan sorry gue gak bisa nemenin lo beli buku."

Bila mengangguk,"Gak papa, hati-hati di jalan ya!"

"Oke."

Selepas perginya Bila, Aira mengintip jendela mobil kemudian tersenyum melihat seseorang duduk dibalik kemudi.

Ia membuka pintu mobil, namun sayangnya pintu itu masih terkunci.

Aira mengdengkus kesal karena Azlan tidak pernah mengizinkannya untuk duduk di sampingnya. Aira harus duduk di kursi belakang. Azlan melakukan itu karena mereka belum sah menjadi suami istri, menurutnya sangat tidak pantas bahkan diharamkan bagi mereka yang belum halal untuk bersentuhan.

Sikapnya yang dingin terkadang membuat Aira sedikit kesal, meskipun demikian entah sihir apa yang Azlan berikan padanya hingga membuat Aira serasa mati kutu saat berhadapan bahkan saat mendengar Azlan berbicara.

"Belum mahram," ucap Azlan setelah Aira duduk di kursi belakang kemudian melajukan mobilnya.

"Siang saya...." sapaan itu harus Aira hentikan mengingat ia telah melupakan sesuatu kalau Aira tidak boleh memanggil Azlan dengan sebutan sayang, honey, dan sejenisnya."Ka-ka Azlan," lanjut Aira gugup.

Seperti biasa, dan tidak aneh jika Azlan cuma bisa melihat Aira lewat kaca spion dengan ekspresi datarnya,"Asalammualaikum,"

"Waalaikumsalam," jawab Aira sambil menyengir.

***

Pemilik nama panjang Muhamad Azlan itu berprofesi sebagai Dokter disalah satu rumah sakit ternama di jakarta.

Pria tampan berumur 26 tahun ini memiliki paras yang cukup diminati dikalangan kaum hawa.

Tidak heran jika banyak yang mengantri kalau saja Azlan belum mengkhitbah seorang gadis yang masih SMA. Sikap dingin seorang Azlan tidak sedikit pun melunturkan kharismanya, bahkan dengan sikap cueknya itu menambah jiwa kewibawaannya.

Tidak ada perbincangan antara Aira dan Azlan selama perjalanan, membuat Aira begitu bosan selama itu. Hingga akhirnya mobil melaju memasuki gang kecil yang tentu Aira tahu bahwa itu bukanlah jalan menuju rumah sakit seperti yang Azlan katakan sebelumnya.

"Kita mau kemana kak? Ini bukan jalan ke rumah sakit kan?" Aira mengawali percakapan dengan seseorang yang masih fokus dengan kemudinya.

Azlan masih terdiam dengan pandangannya yang masih fokus kedepan.

"Apa kakak gak ada pasien?" Tanya Aira lagi setelah pertanyaan yang pertamanya tidak mendapat jawaban.

"Lagi nyetir Ra," bukannya menjawab semua pertanyaan Aira, Azlan malah mengkritiknya untuk tidak mengajaknya bicara saat mengemudi.

Aira hanya bisa menghembuskan nafasnya dengan kesal. Kenapa? Ia harus mempunyai calon suami kaku layaknya frezer yang sudah pasti akan membekukan segala sesuatu yang masuk kesana.

Bagaimana bisa mereka disebut pasangan romantis, jika sang suami terlalu banyak diam.

Dasar cowok gak romantis, gak peka, kakunya asli, pelit ngomong. Kok bisa gitu loh, gue nerima lamaran cowok modelan begini?

Astaga Aira, lo kenapa baru sadar sekarang sih?

Sumpah serapah Aira dalam hati saking kesalnya dengan sikap Azlan.

"Tidak usah mengumpat saya dalam hati!"

"Hah?" Aira terkejut setelah mendengar Azlan berbicara. Apakah dia bisa mendengarkan bathin seseorang?

TBC❤

Note : Jangan lupa like, komen, votenya ya besty😍

DMH_2

"Tidak usah mengumpat saya dalam hati!"

"Hah?" Aira terkejut setelah mendengar Azlan berbicara. Apakah dia bisa mendengarkan bathin seseorang? Pikirnya.

"Ma-maaf," lanjut Aira lirih.

Mobil masih melaju mengikuti setiap alur jalan, hingga akhirnya mobil Azlan memasuki sebuah mall yang pastinya membuat mata Aira berbinar seketika.

Aira tipe gadis yang suka ke mall, bahkan setiap pekan ia tidak pernah melewatkan kesempatan itu dengan sia-sia. Bukan hanya sekedar berbelanja, menonton film horor menjadi salah satu tujuan utamanya saat pergi ke mall.

"Kita ke mall kak? Mau nonton film ya? Kita nonton film horor ya kak!" Sederet pertanyaan serta pintaannya pada Azlan. Namun orang yang diajaknya bicara masih mematung dan fokus memarkirkan mobilnya.

"Tau gitu tadi Aira bawa baju, masa iya mau pake baju sekolah," tambah Aira lagi.

Azlan mengambil paper bag yang ada di sampingnya dan memberikannya pada Aira,"Pakai itu!"

Aira membuka paper bag yang diberikan Azlan padanya. Seketika bibirnya mengembang setelah melihat isi dari paper bag itu. Ia tidak menyangka, dibalik sikap dingin dan cueknya seorang Azlan, masih tersimpan perhatian yang tidak Aira duga sebelumnya.

Seperti sudah direncanakan, Azlan menyiapkan kardigan untuk Aira kenakan saat mereka memasuki mall nanti.

Kulkas yang perhatian hi hi hi. Bathin Aira terkikik geli.

"Makasih ya kak."

Azlan mengangguk kemudian ia turun terlebih dulu dari mobil.

Aira sengaja membiarkan Azlan menunggu sedikit lama di luar mobil dengan harapan calon suaminya itu mau membukakan pintu untuknya.

Namun harapan yang dibayangkannya tidak sesuai dengan kenyataan. Azlan dengan sabar menunggu Aira keluar dari mobil, bahkan tanpa mengatakan apapun ia tetap berdiri mematung menunggu Aira. Azlan pikir Aira masih butuh waktu untuk mengenakan kardigannya, sebab itu ia tidak ingin menganggu dan memilih menunggunya hingga Aira selesai.

Sungguh pemikiran dan sikap yang berbeda, tetapi Azlan memiliki sabar yang cukup luas ketika ia harus menghadapi sikap manja Aira.

Ini adalah pilihannya, dan sudah menjadi tugasnya kelak membimbing sang istri untuk menjadi lebih baik lagi.

Meskipun seorang Dokter, Azlan tetap teguh dengan pedoman agamanya. Selain tampan dan berkharismatik, ia juga termasuk pria shaleh yang berpegang erat dengan setiap aturan dan larangan seorang muslim yang baik.

Bukan seperti pasangan pada umumnya yang selalu jalan beriringan bahkan bergandengan tangan, setelah Aira turun dari mobil, Azlan langsung melangkahkan kakinya memasuki pintu mall dan membiarkan Aira mengikutinya dari belakang.

Hal itu membuat Aira berdecak kesal dan menghentakan kakinya. Ia harus sedikit berlari untuk bisa mengejar Azlan yang berjalan lima langkah di depannya.

Dan pada akhirnya langkah Azlan memasuki sebuah toko pakaian yang ternyata toko itu khusus pakaian muslimah. Aira menghentikan sejenak langkahnya di depan toko itu seraya mengerjapkan matanya berkali-kali ketika melihat beberapa pakaian syar'i yang terpajang di patung manekin. Aira meneguk salivanya merasa sedikit sesak ketika membayangkan ia harus memakai pakaian yang tertutup itu.

"Ayo masuk!" Ajak Azlan menghampiri Aira yang masih berdiri di depan toko.

"Kakak ngajak Aira masuk ke dalam?"

"Hmmm.." dehemannya mengiyakan.

Beberapa waktu lalu Azlan memang sudah mengatakan pada Aira dan memintanya untuk memakai hijab, namun Aira dengan tegas menolak permintaan calon suaminya. Menurutnya, akhlak seseorang tidak bisa disetarakan dengan pakaiannya. Sudah pasti Aira akan mendapat ejekan dari teman-temannya di sekolah.

"Gak kak, Aira gak mau. Aira sudah bilang kan, kalau Aira gak mau pake hijab," tolaknya.

"Jangan menolak, Aira!" jawaban Azlan sedikit terdengar membentak. Aira merasa sakit hati dan berbalik badan berniat ingin pergi dari toko itu.

"Please! Jangan paksa Aira kak. Kalau Aira bilang gak, jawabannya pun tetap sama."

"Apa yang kamu bilang tadi itu semuanya gak ada hubungannya, Aira. Memang benar, akhlak tidak bisa disetarakan dengan pakaian. Tapi untuk menyempurnakan akhlak itu alangkah baiknya penampilan juga dibenahi," ucap Azlan. Dan menurut Aira itu adalah kalimat terpanjang Azlan untuk membentaknya.

Aira kembali berbalik menatap Azlan dengan pipi yang sudah basah karena air matanya,"Dari tadi kakak cuma diam, dan sekarang kakak ngomong panjang lebar cuma buat ngebentak Aira. Kalau kakak sendiri gak bisa terima Aira apa adanya, kenapa kak Azlan melamar Aira? Beginilah Aira kak, jauh dari kata perempuan shalihah. Bukannya kakak sudah tau dari awal, kenapa tetap memilih melamar Aira? Aira benci sama kak Azlan!" Aira pun beranjak pergi.

Dasar cowok gak peka, harusnya kalau cewek ngambek itu ya dikejar kek, terus dihibur, minta maaf kek. Ini mah apa? Boro-boro mau minta maaf, ngejar juga gak. Ih ngeselin!!! Dasar pak kulkas

Aira mengumpat dalam hatinya tanpa henti sambil berjalan keluar mall.

Azlan mengejarnya? Hah? Omong kosong! Lihat saja terakhir posisinya, Azlan masih berdiam diri di tempatnya.

Aira memesan taksi untuk mengantarnya pulang kerumah. Selama perjalanan, ia hanya bisa melihat jalanan seraya mengingat pertemuannya pertama kali dengan Azlan.

Flashback ON

Tepatnya tiga bulan lalu, Aira sempat mengalami demam tinggi hingga ia harus dilarikan ke rumah sakit.

Gadis berumur 17 tahun itu begitu takut dengan bau rumah sakit terlebih lagi jarum suntik, hingga ia memohon kepada sang Mama untuk tidak membawanya kesana.

"Aira mohon Ma, Aira gak mau ke rumah sakit! Bentar lagi juga pasti sembuh," pinta Aira pada Mamanya.

"Sayang, demam kamu itu sangat tinggi nak. Mama khawatir sudah dua hari panasnya gak turun. Pokoknya kamu harus ke rumah sakit!" Ucap Mama Rita dengan tegas.

"Aira takut Ma."

Mama Rita mengelus kepala Aira,"Mama akan bilang ke dokternya nanti, supaya anak Mama ini tidak disuntik."

Aira pasrah, tanpa berkata-kata lagi ia mengikuti langkah Mamanya yang akan membawanya ke rumah sakit yang tentu sangat Aira tidak sukai itu.

Dua puluh menit kemudian, Aira dan Mamanya sudah duduk di ruang tunggu menunggu namanya terpanggil sesuai nomor antrian. Entah keberuntungan atau malah sebaliknya, Aira mendapatkan nomor antrean 4.

"Ma..." rengek Aira pada Mamanya. Tangannya berkeringat bahkan gemetar ketika antrean nomor 3 telah terpanggil.

"Tenang, dokter tidak akan membunuhmu," jawab Mama Rita seraya tersenyum mencoba menghibur putrinya yang tengah gugup dan takut.

Dan kini saatnya Aira memasuki ruangan untuk diperiksa oleh dokter. Mama Rita terpaksa harus sedikit menarik tangan Aira untuk bisa memaksanya masuk ke dalam ruangan.

Aira meminta sang Mama untuk menemaninya di dalam, tetapi peraturan rumah sakit melarangnya. Gadis itu bertambah kesal, larangannya membuat Aira semakin tidak suka berada di ruangan periksa.

"Dok, jangan disuntik loh!"

"Dok, awas aja kalau sampe nyuntik gue!"

"Jangan macem-macem!"

Kalimat-kalimat itu Aira gunakan untuk mengancam sang Dokter yang akan memeriksanya.

Namun yang diancam hanya diam dengan ekspresi datarnya.

"Aaaaaaaaaaaa..!!!"

TBC❤

Note : Like, komen,votenya jangan lupa ya besty😍**

DMH_3

"Aaaaaaa...!!!" Aira berteriak hingga suaranya terdengar sampai ke ruang tunggu meskipun sedikit samar.

Sementara Mama Rita dibuat kalang kabut setelah mendengar teriakan putrinya. Ia hanya bisa berjalan mondar-mandir merasa panik, entah apa yang terjadi di dalam sana, Mama Rita hanya bisa berfikir positif dan berdoa.

Di dalam sana, Aira terlihat tengah mengelus bagian tubuhnya yang terasa ngilu akibat disuntik. Namun semua itu Aira rasa luar biasa sakitnya, hingga membuatnya marah dan jari telunjuknya menunjuk tepat di wajah sang Dokter.

"Kau.." Aira menjeda sejenak kalimatnya,"Sudah gue bilang jangan disuntik, kenapa disuntik juga sih, dok?"

"Apa lo mau gue tuntut masuk penjara? Tapi karna lo udah nyuntik gue, gue bakal tuntut lo masuk penjara seumur hidup, bila perlu hukum gantung sekalian!" Sumpah serapah Aira pada seseorang yang sudah menyuntiknya.

Dokter tampan itu masih tanpa ekspresi, ia seakan tuli tidak mendengar ocehan Aira, tentu saja membuat Aira semakin kesal dibuatnya. Dokter itu malah beranjak ke meja kerjanya dan mencatat resep yang harus Aira tebus.

Karena merasa diabaikan, Aira menarik tangan dokter hingga membuatnya saling berhadapan.

"Dok, bisa dengerin gue gak sih? Gue ngomong sama lo, dok. Punya mulut gak sih?"

Dokter itu mengambil sesuatu dari dalam kantung celananya dan memberikannya pada Aira.

"Nama saya bukan dok," ucapnya seraya menyodorkan ktp pada Aira.

What? Dokter tampan bernama Azlan itu tidak pernah memberitahu namanya pada pasien, apa lagi sampai mengajaknya berkenalan hingga memberikan kartu identitasnya pada pasien.

Lalu apa ini? Sebuah keajaiban kah? Bisa jadi kutub utara akan meleleh esnya dalam waktu dekat Ini.

Aira mengambilnya dengan cepat dan membaca dengan teliti nama dokter yang sangat amat pelit bicara itu.

Muhammad Azlan, baca Aira dalam hati.

"Oke dokter Azlan, apa lo siap bertanggung jawab kalau terjadi sesuatu sama gue karna suntikan lo itu?"

Azlan tidak menjawab, ia hanya melirik ke tangan Aira yang masih memegang ktpnya. Aira mengerti akan lirikan itu, segera Aira memasukan ktp Azlan kedalam saku celananya. Azlan yang melihat itu hanya bisa mengeryitkan dahinya. Memberikan kartu indentitasnya para Aira bukan dengan cuma-cuma, Azlan memang bermaksud akan bertanggung jawab jika sampai terjadi sesuatu pada Aira.

"Mana resepnya?!" Aira meminta Azlan segera memberikan resep obat untuknya dan bergegas keluar dari ruangan itu. Setelah menerima secarik kertas dari Azlan, Aira langsung keluar dan menghampiri Mamanya.

Mama Rita yang melihat Aira berjalan ke arahnya pun segera bangkit dari duduknya.

"Aira, kamu gak papa kan sayang? Gak terjadi sesuatu kan? Dan kenapa tadi kamu teriak?" Sederet pertanyaan ia berikan pada putrinya.

Bukannya menjawab pertanyaan sang Mama, Aira malah menarik tangan mamanya meminta untuk segera menebus obat dan pergi dari rumah sakit itu. Aira pun menyalahkan Mama Rita karena dianggap telah membohonginya.

Mama Rita tersenyum geli mendengar ocehan anaknya tentang Dokter Azlan. Setelah menebus resep obat, mereka pun pulang dan meminta Aira untuk kembali beristirahat.

Flashback OFF

"Mbak, sudah sampai," ucap sopir taksi.

Aira terkesiap. Kesadaran akan hari paling menyebalkan baginya akhirnya terkumpul. Setelah memberikan beberapa lembar uang kepada sopir taksi, Aira pun mulai memasuki rumahnya dengan wajah yang masih terlihat kecewa.

Aira membanting tas sekolahnya ke lantai. Mama Rita yang tengah duduk merasa terkejut, dengan sigap Mama Rita mengambil tas Aira dan meletakannya di meja.

"Minum dulu!" Mama Rita memberikan segelas air minum untuk putrinya.

"Kok sendirian? Bukannya tadi pagi bilang ada janjian sama Azlan? Azlan kemana, apa kalian ada masalah?" Tanya Mama Rita setelah meletakan gelas di meja.

Aira tidak menjawab. Tetapi aliran air dari matanya membuat Mama Rita memahami kalau Aira dan Azlan tengah ada masalah.

Mama Rita merengkuh tubuh Aira ke dalam pelukannya. Entah masalah apa yang terjadi antara mereka hingga membuat Aira mengeluarkan air matanya.

"Mau cerita? Mama siap dengerin," ucap wanita yang sudah berkepala empat itu. Namun wajahnya tidak memperlihatkan kalau umur Mama Rita sudah tidak lagi muda. Bahkan orang yang tidak mengetahui umurnya, mengira Mama Rita masih berumur 30 tahun.

"Kan kak Azlan ngajak Aira ke Mall, ya Aira pikir kita mau beli baju atau nonton film kesukaan Aira, ya paling gak ngapain gitu. Eh taunya kak Azlan malah ngajak ke toko pakaian muslimah, kan Aira belum siap berhijab, Ma. Dan yang buat Aira sakit hati banget, Kak Azlan ngebentak Aira disana. Selama ini Papa sama Mama aja gak pernah maksa Aira buat hijrah, lalu siapa dia? Beraninya maksa Aira, suami juga belom," jelas Aira dengan sesekali menyeka air matanya.

"Tapi gak lama lagi, suami kan?" goda sang Mama.

"Ih, Mama.." Rengek Aira membuat mamanya terkekeh.

"Iya sayang, maaf deh."

"Terus Aira harus gimana Ma? Tau ceweknya ngambek bukannya dikejar minta maaf kek, ya paling gak telfon atau nge-chat gitu. Ini mah apa, dasar pak kulkas, cowok gak peka," cerocosnya.

"Coba Aira ngalah dulu, tanya sama Azlan alesannya kenapa minta kamu buat pake hijab," ucap Mama Rita memberikan saran dengan santai. Walau sebenernya ia sudah tau dari awal maksud tujuan calon menantunya itu. Bahkan Aira sendiri tidak mengetahuinya, bahwa semua yang terjadi bukanlah pilihan orang tua, melainkan Azlan sendiri yang meminta Aira padanya.

"Gak mau ah, masa korban harus ngalah. Harusnya kak Azlan itu peka dikit, bukannya malah tambah cuek gini," jawab Aira yang emosinya tak kunjung reda.

Hari yang tidak akan pernah Aira lupakan. Menurutnya, pria seperti Azlan memiliki tingkat kepekaan yang rendah, bahkan sangat minim. Namun tanpa Aira tahu, semua itu Azlan lakukan demi kebaikannya sebagai seorang wanita. Tetapi tetap saja Aira tidak bisa menerimanya begitu saja, terlebih lagi Aira yang manja tidak pernah mendapatkan bentakan dari siapapun termasuk ke dua orang tuanya. Sementara Azlan sendiri, ia sudah berani membentak Aira yang bahkan setatusnya belum suami.

"Ya udah deh, mending anak Mama yang cantik ini mandi, biar segeran dikit. Terus jangan lupa shalat Dzuhur!"

Dengan malas, Aira menuruti perintah Mamanya. Mama Rita hanya bisa menatap kepergian putrinya dengen kepala menggeleng, mengingat sikap Aira yang manja bahkan bisa berubah-ubah layaknya bunglon.

****

Di ruang tamu, dua orang saling terdiam dengan pikirannya masing masing. Tetapi mata lelaki itu sesekali melirik ke arah wanita yang duduk bersebrangan dengannya.

Di sisi lain wanita itu merasa bahagia, akhirnya pria itu mengakui sedikit kesalahannya. Ops, Perlu digaris bawahi, bukan sedikit, tetapi memang kesalahannya.

"Jangan manyun gitu!"

TBC❤

Note : Like, komen, votenya ya besty😍

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!