"Jangan manyun gitu!"
Bagi Aira, itu adalah kalimat yang paling menyebalkan dari Azlan. Bukankah sudah jelas? Gara-gara kejadian di mall tadi ia bersikap seperti ini.
Ya, mereka adalah Azlan dan Aira. Azlan memutuskan untuk pergi ke rumah calon istrinya setelah apa yang terjadi di mall. Pria dingin itu ternyata masih memiliki rasa bersalah, dan ia pun berniat menyelesaikan masalah itu dengan Aira.
"Apa masih gak peka? Lagian ngapain kesini?" Tanya Aira yang to the poin minta di-peka-in. Modelan cowok kayak Azlan ini memang perlu dijedotin ke tembok, biar peka, salah siapa dia terlalu naif masalah cinta he he..
Aira mendudukan dirinya ke sofa dengan kasar, nggak selow, ia kesal dengan pria yang ada di depannya itu.
"Ra, maaf!" Dua kalimat yang Azlan ucapkan kepada Aira. Dan jangan pernah melupakan nada dingin dan wajah datarnya ketika berbicara.
Aira dengan raut wajah yang masih kesal melipat kedua tangannya di dada, dan tentu ia akan membuang muka dari pandangan Azlan.
Tiba-tiba saja Mama Rita datang dengan nampan berisikan minuman yang akan ia sajikan untuk calon menantu tampannya.
"Azlan kesini itu mau ngajak kamu ke toko perhiasan, sayang. Buat pesen cincin, sama Umi Mila juga!" Mama Rita mencairkan suasana yang tampak senyap dengan mengatakan tujuan Azlan datang ke rumahnya.
Umi Mila adalah bunda Azlan, calon mertua Aira. Orangnya baik sekali, bicaranya ramah juga lembut. Beda 180 derajat dengan anaknya. Jangan-jangan, Umi Mila pas hamil Azlan suka minum es, makanya anaknya jadi kutub😂
Aira melirik Azlan setelah mendengar apa yang Mamanya katakan. Yang dilirik ternyata cuma mengangguk masih tanpa ekspresi. Aira cuma bisa menghembuskan nafasnya dengan kasar melihat calon suaminya yang layaknya kayu mati.
"Sudah sana ganti baju! Kasihan nanti Azlan nungguin kamu bisa-bisa satu semester. Diminum dulu nak Azlan!" Ucap Mama Rita beralih menawarkan Azlan untuk meminum jamuan yang sudah disiapkan.
"Terimakasih, tante."
Glek...Glek...Glek...
Namun bukan Azlan yang meminumnya, tetapi Aira yang menghabiskan minuman untuk Azlan sebelum ia berlari pergi ke kamarnya.
Mama Rita dan Azlan cuma bisa menggeleng melihat tingkah gadis itu.
Tiga puluh menit kemudian, Aira sudah bersiap dengan penampilan andalannya. Rambut dikuncir tinggi, bercelana jeans, dan kaos lengan pendek berwarna merah. Cantik memang, tapi bagi Azlan semua itu akan terlihat lebih cantik jika Aira mau mengenakan hijab.
Mereka pun berpamitan dengan Mama Rita kemudian berjalan keluar menuju mobil dengan diikuti Aira di belakangnya.
Selama perjalanan, di dalam mobil begitu senyap, tidak ada obrolan diantara mereka. Azlan? Ah, pria kutub itu kalau sudah menyetir pasti tidak mau diganggu, apa lagi diajak ngobrol. Hah, mustahil besty!!
Sementara Aira? Kan dia lagi ngambek. Coba saja kalau gak, sudah pasti mulutnya akan mengoceh dan ocehannya itu akan mengalahkan emak-emak yang habis diselingkuhi.
Tak lama kemudian, sampailah mereka di depan toko perhiasan, Azlan pun memakirkan mobilnya. Namun kali ini bukan Azlan yang turun lebih dulu, melainkan Aira yang ingin cepat-cepat keluar dari mobil. Karna masih ngambek, jadi dia gak mau berlama-lama berduaan dengan Azlan. Huah, perlu digaris bawahi ya besty, berduaan yang Aira maksud bukan duduk sampingan, pelukan, atau segerombolannya. Tetapi berduaan yang terhalang kursi mobil, ya, itu kalimat yang tepat bagi pasangan Aira dan Azlan.
Setelah masuk ke dalam toko, pandangan Aira menyapu ke segala arah. Ia mencari-cari keberadaan Umi Mila, namun tidak ada tanda-tanda beliau ada disana. Bahkan tanda-tanda kedatangannya pun belum terlihat. Selama Aira masih melihat-lihat perhiasan, Azlan sibuk dengan ponselnya berniat menghubungi sang Umi memastikan keberadaannya.
"Asalammualaikum, Umi,"
".........."
"Iya Alhamdulilah, kami sudah sampai toko. Umi dimana?"
"........."
"Baiklah Umi, iya gak papa"
"..........."
"Waalaikummusalam."
Setelah menelfon Umi Mila, Azlan menghampiri Aira yang tengah melihat perhiasan.
"Kita pulang saja!"
"Hah, pulang?" Aira melongo. Rasanya baru lima menit mereka berada di toko itu, dan Azlan sudah mengajaknya pulang? Hah, yang benar saja.
"Umi tidak bisa datang, beliau harus mengantar Abi mengunjungi pesantren di luar kota," jawabnya.
"Terus kenapa kalau Umi Mila gak ikut, apa kita gak bisa milih sendiri? Kan udah gede."
Yang dikatakan Aira ada benarnya, Azlan tidak bisa bergantung pada sang Umi untuk urusan pribadinya. Azlan mengangguk, kemudian mengikuti Aira kemana pun ia melangkah.
Setelah mendapatkan bentuk cincin yang Aira suka, mereka pun meninggalkan toko dan Aira meminta Azlan untuk mengantar ketempat yang Aira ingin sekali kunjungi. Azlan tidak menolak, kali ini ia mengikuti kemauan sang putri.
****
Suara gemercik air bebatuan yang mengalir dari tempat tinggi ke rendah, dengan ditemani ikan-ikan hias dikolam. Aira duduk di tepian kolam, hewan berinsang itu berhasil menarik perhatiannya sejak ia datang.
Aira tersenyum seraya memainkan airnya. Entah dari kapan, gadis cantik nan manja itu mulai menyukai ikan.
Lama-kelamaan, perhatian Aira teralihkan pada sosok lelaki yang terhalang dinding kaca. Berkemeja putih, hidung mancungnya, badan tegapnya dan jangan lupakan ekspresinya yang sudah pasti akan tetap sama, datar dan datar.
Aira menatapnya dengan mata sayu dan senyuman yang merekah dari bibirnya.
Azlan salah tingkah saat mengetahui bahwa Aira memperhatikannya dan ia pun mengalihkan pandangannya ke arah lain.
Aira tetaplah Aira, yang tidak mudah dibodohi terlebih lagi ia sangat mengerti dengan body language.
Aira terkekeh melihat Azlan salah tingkah saat ditatapnya. Ya begitulah Aira, gampang ngambek, gampang juga baikan. Bahkan Aira bisa lupa kalau dia lagi marah setelah menemukan sesuatu yang bisa mengubah moodny menjadi lebih baik.
Aira beranjak dari duduknya dan menghampiri Azlan. Aira menarik tangan Azlan untuk mengikutinya duduk di tepi kolam.
Dan apa yang terjadi? Ehem, Pria kutub itu makin salah tingkah diperlakukan uwwu oleh calon istrinya.
Aira melepaskan genggamannya dengan lembut dan kembali menatap manik mata lelaki yang sedang berhadapannya dengannya.
Terlalu lama saling bertatapan, Aira memajukan wajahnya untuk lebih dekat dengan Azlan. Angin sepoi-sepoi menambah suasana romantis bagi sepasang kekasih yang tengah merasakan keindahan disekelilingnya.
"Astagfirullah," Azlan segera tersadar dan ia pun memundurkan duduknya untuk sedikit lebih berjarak.
"Kenapa kak? Jijik ya?"
"Bukan begitu Aira, saya hanya ingin menghormati seorang wanita dengan tidak sembarang menyentuh yang belum jadi mahramnya. Ibarat permen yang terbungkus dan yang sudah terbuka, semut akan menjajah yang sudah terbuka, bukan? Dan yang terbungkus jadi lebih aman bahkan akan memberikan rasa yang lebih bagi mereka yang memakannya dengan sabar," jelas Azlan.
"Maaf kak!" Ucap Aira merasa bersalah.
"I-Iya," Azlan masih salah tingkah dengan tatapan Aira padanya.
Masih dengan mata sayu, Aira tidak mengalihkan pandangannya. Ia masih menikmati setiap inci wajah pria itu meskipun tanpa menyentuhnya.
"Kak.."
"I-Iya," bibir Azlan terasa kelu, ia sendiri gugup dengan suasana di kolam itu.
"I love you more, kak Azlan!"
Huah, uwwunya😍
TBC❤
Note: Pokoknya gak mau tau, harus ngelike, komen, vote yang banyak. Kalau gak, ora baturan😜
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments