Rahim Kontrak
Dengan napas terengah Kanaya berlari menyusuri koridor rumah sakit, hatinya tak tenang setelah mendapat kabar dari tetangganya jika neneknya ditemukan pingsan di dalam rumah.
Tidak ada kata yang bisa mewakili perasaannya saat ini, selain perasaan cemas. Sejak kedua orang tuanya meninggal dalam sebuah insiden kecelakaan saat dirinya berumur 5 tahun, Nek Surti lah satu-satunya keluarga yang ia miliki, yang memberinya kasih sayang menggantikan peran kedua orang tuanya.
Dalam keterbatasan hidup, Nek Surti masih berusaha memberikan pendidikan terbaik bagi cucunya, meski hanya sampai gadis itu lulus SMA.
"Bu, bagaimana keadaan nenek saya? Dia baik-baik saja, kan?" tanya Kanaya kepada seorang tetangga yang membawa neneknya ke rumah sakit.
"Belum ada dokter yang keluar yang memberi penjelasan," jawab si tetangga.
Tepat pada saat itulah, seorang dokter dan perawat keluar dari ruang IGD.
"Dokter, bagaimana keadaan nenek saya?" tanya Kanaya, dia yang sudah tidak sabar ingin mengetahui keadaan Sang Nenek datang menghampiri dokter tersebut.
"Mari ikut ke ruangan saya, ada hal penting yang harus dibicarakan kepada Anda!" Sang Dokter membawa Kanaya ke ruangannya.
Dari name tag yang terpasang di dada sebelah kanan, dokter itu bernama dr. Wisnu. Sp.JT.
"Silakan duduk!" dokter Wisnu mempersilakan Kanaya untuk duduk di bangku kosong yang ada di depannya.
"Dok, apa kondisi nenekku memprihatinkan?" tanya Kanaya rasanya ia sudah tidak sabar ingin mengetahui tentang kondisi sang nenek yang sebenarnya.
"Penyakit jantung nenekmu sudah sangat parah, ia harus secepatnya menjalani operasi," jelas dokter Wisnu.
"Apa biaya untuk operasi itu mahal, Dok?" tanya Kanaya ingin tahu. Selama ini dia hanya tahu jika biaya operasi jantung itu mahal, tetapi kisaran pastinya ia tidak mengetahuinya.
"Sekitar 250 juta dan kemungkinan bisa lebih dari itu," jawab dokter Wisnu.
"Bisakah nenekku mendapatkan perawatan disini terlebih dahulu sampai aku bisa mengumpulkan semua biayanya, Dok?" tanya Kanaya lagi.
"Maaf, Naya. Setidaknya untuk bisa mendapatkan perawatan kamu harus bisa membayar minimal sepuluh persen dari total kemungkinan biaya yang dibutuhkan."
"Tidak bisakah rumah sakit sedikit memberi kelonggaran?"
"Itu sudah peraturan dari rumah sakit ini," jawab dr. Wisnu.
"Ya Allah, apa yang harus aku lakukan sekarang? Uang yang ku kumpulkan baru sepuluh juta, masih jauh dari total uang muka yang harus dibayarkan." Kanaya tidak tahu harus mencari pinjaman kemana. Tidak ada orang yang mau memberinya pinjaman karena mereka hanya orang miskin, yang untuk memenuhi kehidupan sehari-hari saja kesulitan.
Setelah lulus dari SMA, Kanaya sudah mulai bekerja siang dan malam untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup dirinya dan Sang Nenek. Siang dan malam, dia selalu berusaha untuk bisa mengumpulkan uang demi kesembuhan orang yang sudah membesarkannya tersebut.
"Nak Naya, untuk biaya pengobatan beberapa hari kedepan saya masih bisa membantu, tapi untuk selanjutnya Nak Naya harus berusaha sendiri," ujar Dokter Wisnu.
"Terima kasih banyak, Dok. Saya akan berusaha untuk mendapatkan uang itu secepatnya," ucap Kanaya. Dia pun berpamitan kepada Sang Dokter.
Sebelum pergi untuk mencari pinjaman, Naya melihat keadaan neneknya terlebih dulu. Nek Rusti terlihat sangat lemah dengan wajah pucat. Wanita yang sudah berumur lebih dari setengah abad itu masih terbaring di atas brankar. Kanaya duduk di kursi kosong yang ada di samping kanan brankar.
"Nek, Nenek harus kuat ya demi Naya. Naya tidak memiliki siapa pun di dunia selain Nenek," ucap Kanaya sambil menggenggam tangan yang sudah keriput itu. "Naya akan lakukan apa pun untuk bisa membuat Nenek sembuh. Jadi, bertahan ya, Nek."
"Naya…," panggil Nek Rusti dengan suara lemah. "Maafin nenek karena nenek sudah membuatmu susah."
"Tidak, Nek. Nenek tidak pernah membuat Naya susah. Justru Naya yang harua minta maaf sama Nenek karena Naya masih belum bisa memberikan perawatan yang terbaik untuk Nenek. Tapi, Naya janji, Naya akan melakukan apa pun demi Nenek. Naya akan berusaha semampu Naya untuk bisa memberikan pengobatan terbaik untuk Nenek. Jadi, Nenek harus kuat ya. Nenek harus bertahan demi Naya," balas Naya panjang lebar. Sesekali ia menghapus air mata yang menganak di kedua pipinya.
"Nenek pasti akan bertahan demi kamu, Sayang. Tapi, berjanjilah, kamu tidak boleh melakukan sesuatu yang melanggar agama. Apa pun yang akan kamu usahakan selama itu halal, nenek ridho," lanjut Nek Rusti.
"Pasti, Nek. Pasti Naya akan selalu mengingat semua pesan Nenek," jawab Kanaya.
Hanya satu jam Kanaya berada di ruang rawat neneknya, ia harus segera pergi untuk mendapatkan biaya pengobatan dan perawatan sang nenek. Setelah memastikan Nek Rusti sudah tertidur, barulah Kanaya keluar dari kamar tersebut, tidak lupa ia menitipkan sang nenek kepada perawat yang bertugas.
Tidak ada tempat yang bisa Kanaya datangi untuk dimintai pertolongan selain ke tempat Mona, pemilik bar tempat Kanaya mencari tambahan penghasilan selama ini.
"Ada apa kamu mencariku?" tanya Mona, wanita berumur 45 tahun yang hobi memakai pakaian minim bahan.
"Saya… saya mau pinjam uang sama Mbak Mona," jawab Kanaya agak ragu. Dia sangat hapal watak dari bosnya itu, wanita itu tidak akan mudah meminjamkan uang kepada siapa pun tanpa ada jaminan.
"Berapa?"
"250 juta."
"Apa?!" teriak Mona tidak percaya. "Gila kamu!"
"Saya mohon, Mbak. Saya benar-benar butuh uang itu sekarang. Saya rela melakukan apa pun asal Mbak Mona mau meminjamkan uang itu!" pinta Kanaya. Dia benar-benar sudah tidak tahu lagi bagaimana caranya agar ia bisa mendapatkan uang dalam waktu singkat selain meminjam kepada wanita pemilik bar tersebut.
Mona memindai tubuh Kanaya dari atas hingga bawah.
"Tapi, bukan dengan cara menjual tubuhku," tambah Kanaya.
"Padahal cuma itu cara yang paling cepat agar kamu bisa dapetin duit," kata Mona.
"Apa pun akan saya lakukan kecuali menjual tubuhku, Mbak. Saya mohon, Mbak Mona! Tolong bantu saya!" pinta Kanaya dengan bersungguh-sungguh.
Sekali lagi Mona menatap Kanaya dari ujung rambut hingga ujung kaki.
"Sepertinya kamu cocok," ujar Mona.
"Cocok? Cocok untuk apa, Mbak?" tanya Kanaya bingung.
"Kamu ingin mendapatkan uang, kan?" bukannya menjawab Mona malah balik bertanya.
"Iya."
"Kalau begitu ikut aku!" suruh Mona.
"Ta-tapi, kemana?"
"Sudah ikut saja!" jawab Mona.
Wanita berambut sebahu dengan baju seksi itu membawa Kanaya pergi meninggalkan bar dengan mengendarai mobil sport berwarna merah.
Setelah melakukan perjalanan kurang lebih 30 menit, mobil itu pun berhenti di depan sebuah rumah megah dengan desain Eropa modern. Mona berbicara dengan petugas keamanan rumah tersebut, beberapa menit kemudian ia dan Kanaya dipersilakan untuk masuk ke dalam rumah.
"Maaf, Mbak. Kenapa kita kesini?" bisik Kanaya di telinga Mona.
"Sudah, kamu ikut saja. Kamu butuh uang cepet, kan? Tempat ini bisa memberikan solusi itu," jawab Mona. Meski tidak tahu maksud dari jawaban Mona, Kanaya akhirnya mengikuti wanita itu masuk ke dalam rumah.
"Bagaimana apa gadis ini sesuai dengan kriteria Anda Nyonya Tjandra?" tanya Mona ketika seorang wanita yang baru saja menuruni anak tangga melihat ke arahnya.
Wanita yang dipanggil dengan sebutan Nyonya Tjandra itu ikut memindai tubuh Kanaya.
"Boleh juga. Tapi, dia sudah pasti subur, kan?" tanya wanita itu.
"Tentu saja Nyonya, dia wanita yang sangat-sangat subur," jawab Mona meyakinkan.
"Siapa namamu?" pertanyaan itu ditujukan kepada Kanaya.
"Nama saya Kanaya. Anda bisa memanggil saya Naya," jawab Kanaya.
"Mona sudah memberitahu kamu tentang pekerjaan yang harus kamu lakukan, kan?"
"Maaf, Nyonya Tjandra saya belum sempat memberitahunya." Justru Mona yang menjawab pertanyaan dari Nyonya Tjandra itu.
"Kalau begitu saya akan bertanya langsung kepadamu. Maukah kamu menjadi ibu pengganti untuk saya dan suami saya?"
Pertanyaan itu tentu saja membuat Kanaya terkesiap.
"Bagaimana? Apa kamu setuju?" Wanita yang dipanggil Nyonya Tjandra itu kembali bertanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
sherly
situasi sulit
2024-07-22
0
Ass Yfa
waduh
2024-01-17
0
Yuli maelany
masih nyimak dan ngikutin alur nya....
2022-12-05
1