Kontrak Pernikahan

"Bisa Anda jelaskan maksud dari pertanyaan Anda barusan?" Kanaya ingin memastikan jika dirinya tidak salah menafsirkan. Menjadi ibu pengganti bukankah artinya ia harus melahirkan anak untuk pasangan Nyonya Tjandra dan suaminya.

"Aku yakin kamu adalah wanita cerdas, kamu bisa mengerti maksudku," jawab wanita yang dipanggil Nyonya Tjandra itu dengan angkuh.

"Maaf, saya tidak bisa," tolak Kanaya. 

"Naya, menjadi ibu pengganti bukanlah pekerjaan yang sulit dan itu tidak membutuhkan waktu yang lama. Cuma setahun Naya, setahun. Kamu bayangkan saja dalam waktu satu tahun kamu bisa mendapatkan bayaran 1 miliar. Kamu bisa gunakan uang itu untuk membiayai operasi jantung nenekmu dan sisanya bisa kamu gunakan untuk modal usaha. Pikirkan baik-baik sebelum kamu memberikan keputusan," bujuk Mona.

Kanaya ingin sekali menolak tawaran tersebut karena mengingat pesan neneknya yang melarang untuk menjual kehormatan. Tetapi, bayang-bayang wajah Sang Nenek yang terbaring lemah dengan wajah pucat di rumah sakit, membuatnya ragu untuk meninggalkan tempat itu. Dia membutuhkan uang itu secepatnya untuk menyelamatkan sang nenek. 

"Nay, ayolah! Berpikirlah secara rasional!" suruh Mona.

Kanaya menarik napas dalam-dalam kemudian menghembuskannya secara perlahan, lalu memejamkan mata sebentar. Setelah itu ia kembali membuka matanya. 

"Aku setuju, tapi aku juga memiliki syarat," jawab Kanaya.

"Syarat? Berani sekali wanita murahan sepertimu mengajukan syarat," suara bariton seorang pria dari arah pintu membuat ketiga wanita yang ada di ruangan tersebut menoleh ke arahnya.

"Mas Yuga," wanita yang tadi dipanggil Nyonya Tjandra itu berjalan mendekati laki-laki yang baru saja datang tersebut.

"Mas, Mas yang sabar ya. Dengarkan dulu syarat yang ingin dia ajukan."

"Tapi, Zi. Kenapa kita harus mendengarkan syarat darinya. Kita akan membayarnya mahal, jadi dia tidak berhak memberikan syarat apa pun kepada kita," jawab Yuga. Dia tidak terima jika wanita murahan yang akan menjadi ibu pengganti berani mengajukan syarat kepadanya.

"Mas, kita dengarkan dulu ya? Jika syaratnya tidak masuk akal, kita bisa menolaknya. Oke," bujuk Zielin.

"Baiklah, terserah kamu," jawab Yuga.

"Katakan apa syarat yang ingin kamu ajukan!" suruh Zielin.

"Aku bersedia hamil dan memberikan anak kepada kalian asal Anda bersedia menyuruh suami Anda menikahi saya."

Sekarang tidak hanya Yuga yang memberikan tatapan tajam kepada Kanaya, Zielin pun kini melakukan hal yang sama.

"Berani sekali kamu meminta syarat itu!" sentak Zielin.

"Tuan Yuga, Nyonya, memangnya kalian ingin anak yang akan menjadi anak kalian nanti lahir dalam hubungan yang tidak halal?" tanya Kanaya.

"Apa maksudmu?" kini gikiran Yuga yang bertanya.

"Tuan Yuga, Anda pasti menginginkan anak yang kelak akan bisa mendoakan Anda bukan? Memakai nama Anda di belakang namanya? Dan semua itu hanya bisa Anda dapatkan jika kita melakukannya dalam ikatan yang halal," jelas Kanaya. "Nyonya, Tuan, saya tidak minta dinikahi secara resmi, saya hanya meminta dinikahi secara siri, asal itu sah menurut agama saya tidak akan menuntut apa pun lagi selain bayaran yang akan kita sepakati di awal," lanjutnya.

"Jangan mimpi! Aku tidak sudi memiliki madu wanita murahan sepertimu," tolak Zielin.

"Kalau begitu maaf, aku juga tidak bisa menjadi ibu pengganti untuk anak kalian," ujar Kanaya.

"Nay, pikirkan sekali lagi. Ini satu-satunya jalan agar kamu bisa mendapatkan biaya operasi untuk nenekmu!" Mona berusaha membujuk Kanaya agar merubah keputusannya.

"Maaf, Mbak. Saya tidak bisa," jawab Kanaya.

"Zi, ucapannya benar. Aku juga tidak mau memiliki anak diluar pernikahan. Lebih baik kita biarkan papa menghibahkan hartanya kepada yayasan sosial. Lagian, tanpa harta dari papa, aku juga masih mampu untuk memberikanmu hidup yang layak," ucap Yuga. 

"Aku tahu, Mas, kamu mampu. Tapi, aku tidak rela jika harta papamu itu dihibahkan untuk yayasan sosial, kamu yang lebih berhak atas harta itu, Mas."

"Tapi, kita tidak bisa memenuhi syarat yang papa ajukan. Kita belum bisa memiliki momongan," jawab Yuga.

"Ini salahku, seandainya aku tidak mengalami kecelakaan waktu itu, aku pasti bisa hamil sekarang. Tapi, saat ini dokter belum memberiku izin untuk bisa hamil dengan alasan kesehatan. Maafkan aku ya, Mas," ucap Zielin penuh penyesalan.

"Itu bukan salahmu, Sayang." Yuga memberikan pelukan hangat kepada Zielin.

"Pak Yuga, Nyonya, saya mohon diri. Permisi!" pamit Kanaya.

"Nay, kamu nggak mau memikirkannya sekali lagi?" Mona tak pantang menyerah, ia masih berusaha untuk membujuk Kanaya.

"Maaf, Mbak. Aku nggak bisa," jawab Kanaya. "Aku akan mencari jalan lain untuk mendapatkan biaya operasi nenek. Misal aku harus menjual organ tubuhku pun aku rela."

Mona hanya bisa mendengkus kesal karena dia tidak bisa berbuat apa-apa lagi.

"Dasar cewek bodoh!" umpatnya.

Kanaya melangkahkan kakinya untuk pergi meninggalkan rumah mewah tersebut. Namun, dia kembali menghentikan langkahnya saat Zielin mengucapkan sesuatu.

"Baiklah, aku setuju dengan syarat yang kamu ajukan. Suamiku akan menikahimu secara siri. Tapi, ingat! Pernikahan itu harus kamu rahasiakan dari siapa pun. Mengerti!" ucap Zielin.

"Nyonya yakin?" tanya Kanaya.

"Zi, kamu yakin?" tanya Yuga.

"Aku yakin. Bagaimana pun harta papa tidak boleh dihibahkan ke yayasan karena aku tidak akan rela," jelas Zielin. "Hanya itu, kan syarat yang kamu ajukan?" tanya Zielin kepada Kanaya.

"Satu lagi, aku ingin suami Anda memberiku mahar 40 juta."

"Gila kamu!" sentak Zielin.

"Nyonya boleh memotongnya dari bayaran 1 miliar yang akan Nyonya berikan kepada saya nantinya," jawab Kanaya.

"Baiklah kalau begitu aku setuju. Tapi, ingat kamu hanya diberi waktu dua bulan. Jika dalam dua bulan kamu tidak bisa memberikan keturunan kepada kami, maka kontrak batal! Bagaimana? Apa kamu setuju?" tanya Zielin.

Kanaya diam sebentar, setelah itu ia pun menjawab, "Baiklah. Aku setuju."

"Kalau begitu persiapkan dirimu! Setelah surat kontrak pernikahan selesai dibuat, maka prosesi pernikahanmu dan suamiku akan segera digelar."

"Baik, Nyonya," jawab Kanaya. Kanaya merasa lega karena akhirnya ia bisa mendapatkan uang untuk biaya operasi sang nenek. 

***

Selang beberapa hari Zielin dan Yuga kembali menyuruh Kanaya datang ke rumah mereka meminta Kanaya untuk menandatangani Kontrak Pernikahan sebelum acara akad itu dimulai. Beberapa poin penting yang ada di dalam Kontrak Pernikahan itu adalah:

Mereka harus merahasiakan pernikahan mereka dari siapa pun.

Kontrak pernikahan hanya berlakau setahun.

Tidak ada harta gono-gini

Setelah bercerai, Kanaya tidak berhak atas anaknya.

Jika dalam 2 bulan, Kanaya tidak berhasil mengandung anak Yuga maka keduanya harus bercerai dan semua kesepakatan berakhir.

"Bagaimana? Apa kamu keberatan dengan isi kontrak itu?" tanya Zielin untuk memastikan.

"Aku setuju dengan semua isi dalam kontrak itu. Tapi, untuk mahar pernikahan yang sudah diberikan, boleh kah saya tidak mengembalikannya? Angga saja itu sebagai bayaran karena saya telah melayani suami Anda selama dua bulan," jawab Kanaya.

"Baiklah, tidak masalah," jawab Zielin mengiyakan. 

Terpopuler

Comments

Ririn Nursisminingsih

Ririn Nursisminingsih

bener naya nikah siri ndak papa daripada zina

2025-02-05

0

Wiek Soen

Wiek Soen

lanjut

2023-09-30

0

ᵇᴇɴɪʰᴄɪɴᴛᴀ❤️ʳᵉᴍʙᴜˡᵃⁿ☪️

ᵇᴇɴɪʰᴄɪɴᴛᴀ❤️ʳᵉᴍʙᴜˡᵃⁿ☪️

cerdas Kanaya

2023-07-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!