Tatas

Tatas

Bab 1. Kelulusan

Anak-anak remaja yang beranjak dewasa itu berdiri, berjajar rapi menghiasi tanah lapang. Dengan hati yang diliputi oleh rasa cemas dan degup jantung yang bertalu-talu, mereka menunggu sang kepala sekolah memberikan pengumuman kelulusan. Dengan penuh seksama, mereka mendengar setiap kalimat yang terucap dari lisan sang kepala sekolah.

"Dan dengan ini Bapak selaku kepala sekolah SMA Harapan Bangsa menyatakan siswa-siswi tahun ajaran 2022/2003 lulus seratus persen. Untuk anak-anak semua, Bapak ucapkan selamat!"

"Yeaahh... Hore!!!"

"Tentu tidak hanya itu saja yang membuat Bapak bangga. Dengan kelulusan siswa seratus persen, tahun ini sekolah kita mendapatkan peringkat kedua sebagai SMA terbaik di kota ini."

"Horeee!!!!"

Awan putih yang berarak di langit menjadi saksi kebahagiaan lautan manusia dengan seragam putih abu-abu yang memenuhi lapangan. Meskipun sang raja siang terlihat begitu totalitas dalam mentransfer energi panasnya namun tak sedikitpun menghapus wajah-wajah yang dipenuhi oleh rona kebahagiaan. Tidak hanya rona bahagia dari siswa-siswa yang sebentar lagi akan menjadi alumnus, wajah para dewan guru pun juga turut melukiskan raut penuh kebanggaan.

Layaknya jiwa-jiwa muda yang masih dibalut oleh semangat yang membara, mereka saling melompat. Berteriak kencang, melempar topi tinggi-tinggi untuk melakukan apa itu selebrasi. Selebrasi untuk mengabarkan kepada dunia jika saat ini mereka telah berhasil dan sukses melewati apa itu ujian akhir. Mendapatkan nilai terbaik untuk bisa menjadi amunisi awal untuk meraih kesuksesan. Dan rumput hijau yang membentang di tanah lapang ini pun juga turut menjadi saksi di mana anak-anak didik itu begitu kegirangan.

"Rumi ... Akhirnya kita lulus. Aku benar-benar bahagia Rum!"

Dania memeluk erat tubuh Harumi yang tak lain dan tak bukan adalah sang sahabat. Sahabat dari pertama ia masuk di sekolah ini dan sampai saat ini masih terjalin begitu erat. Pelukan yang mengekspresikan rasa bahagia sekaligus rasa syukur karena memiliki sosok yang selalu ada untuknya.

"Aku juga Dan. Aku juga bersyukur akhirnya kita bisa menyelesaikan pendidikan kita di sini dengan baik."

Dania merenggangkan pelukannya. Ia tersenyum simpul di hadapan Rumi. Bingkai mata gadis beranjak dewasa itu tiba-tiba saja berembun dan membentuk titik-titik air di sana.

"Dan ... ada apa? Mengapa matamu memerah? K-kamu menangis?"

Kening Rumi sedikit mengernyit dengan kelopak mata yang menyipit. Ia dibuat penasaran akan apa yang terjadi pada diri sahabatnya ini.

Dania menghela napas dalam-dalam dan ia hembuskan perlahan. Ia mencoba tersenyum meskipun senyum itu terlihat begitu getir.

"Mungkin hari ini merupakan hari terakhirku bisa berjumpa denganmu Rum."

Rumi terkesiap dengan tubuh yang sedikit melonjak. "Apa Dan? Hari ini terakhirmu berada di sekolah ini? Apa maksudmu Dan? Kamu mau kemana?"

Dania memegang pundak Rumi dengan erat. Ada gejolak emosi dalam diri yang muncul ke dasar hati. Dan itu semua tersirat dalam raut wajahnya yang sedikit sendu.

"Setelah ini aku akan ikut papa dan mama ke Jakarta, Rum. Aku akan pindah dan melanjutkan kuliah di sana. Jadi, hari ini merupakan hari terakhir kita bisa bertemu."

Kedua bola mata Rumi terbelalak dan membulat sempurna. Ia teramat terkejut mendengar kabar yang disampaikan oleh Dania. Karena sejauh ini Dania tidak pernah berbicara apapun tentang hal ini.

"Mengapa kamu tidak pernah mengatakan hal ini kepadaku Dan? Mengapa baru kali ini kamu mengatakannya? Dan mengapa serba dadakan seperti ini?"

Dania hanya bisa mengulas sedikit senyumnya. Lagi-lagi, ia menggenggam erat jemari Rumi untuk mengikis segala kesedihan yang mungkin bersemayam dalam hati.

"Maaf ya Rum. Ini semua memang serba mendadak. Baru satu minggu yang lalu papaku dipindahkan tugaskan ke Jakarta. Bahkan papa dan mama sudah lebih dulu terbang ke sana. Dan nanti aku akan menyusul."

"Apakah harus malam ini kamu terbang ke Jakarta, Dan? Apakah kamu tidak bisa menghadiri acara perpisahan yang akan diselenggarakan lusa?"

Meskipun serba mendadak, Rumi tetap berupaya untuk bisa mengerti keadaan Dania. Namun, ia masih berharap agar sahabatnya ini bisa menghadiri acara promnight yang akan diadakan lusa. Rumi berharap masih bisa mengukir sebuah kenangan indah bersama sang sahabat.

Dania nampak larut dalam pikirannya sendiri. Seakan menimbang-nimbang apa yang diucapkan oleh Rumi. Hingga pada akhirnya gadis itu mengangguk pelan seraya tersenyum manis.

"Baiklah Rum, aku akan menunda keberangkatanku setelah acara promnight. Aku pastikan akan datang ke acara itu."

Raut wajah yang sebelumnya sendu, kini berubah menjadi semburat rona bahagia yang tiada terkira. Tanpa banyak kata, Rumi menghamburkan dirinya ke dalam pelukan Dania.

"Aku sungguh bahagia mendengarnya Dan. Terima kasih karena kamu bersedia mengundur keberangkatanmu."

Dania mengusap-usap punggung sahabatnya ini. "Sama-sama Rum."

Rumi mengurai pelukannya dan menyunggingkan senyumnya. "Kalau begitu, ayo kita ke warung mie ayam pak Kliwon. Mumpung kita masih berada di sekolah ini. Aku rasa setelah ini kita akan jarang bahkan tidak akan pernah lagi menikmati lezatnya mie ayam langganan kita."

"Ide yang bagus Rum. Ayo kalau begitu kita ke sana!"

Dua gadis remaja itu berjalan beriringan dengan bergandengan tangan. Menuju warung mie ayam terbaik yang berada di almamaternya ini.

***

"Kamu masih menunggu Bima, Rum?"

Dua mangkuk mie ayam telah tandas tanpa bekas. Hanya nampak sedikit kuah yang masih tersisa di permukaan mangkuk bergambar ayam jago itu.

Rumi menganggukkan kepala seraya menyeruput es jeruk yang juga hanya tinggal sedikit. Bahkan es batu yang masih ada di gelas, ia ambil untuk kemudian ia kunyah. Melihat sang sahabat yang mengunyah es batu ini, hanya membuat barisan gigi putih Dania terasa ngilu.

"Iya Dan, Bima memintaku untuk menunggunya sebentar. Ia sedang berbincang dengan panitia promnight untuk mengisi acara."

"Oh begitu." Dania beranjak dari kursi panjang khas warung mie ayam. Ia ambil tas gendong yang ia bawa. "Aku duluan ya Rum. Sopirku sudah menunggu di depan. Tidak apa-apa kan kalau aku pulang duluan?"

Rumi ikut beranjak seraya menggeleng pelan. "Tidak apa-apa Dan. Pulanglah dulu. Nanti aku pulang bersama Bima." Rumi menggamit lengan tangan sang sahabat. "Ayo kita keluar sama-sama. Aku akan menunggu Bima di pinggir lapangan sepak bola."

Keduanya berjalan menyusuri koridor-koridor sekolah. Sembari bercerita dan tertawa lepas. Larut dalam tawa yang entah kapan lagi akan terulang kembali. Mengingat sebentar lagi keduanya akan berpisah.

"Aku duluan ya Rum. Dadah!"

Dania melambaikan tangan ke arah Rumi kala mobil jemputannya sudah menunggu di depan pintu gerbang. Ia masuk ke dalam mobil dan perlahan mobil yang ia naiki bergerak pelan.

"Hati-hati Dan!"

Mobil yang dinaiki oleh Dania mulai menghilang dari pandangan Rumi. Ia mengayunkan tungkai kakinya untuk menuju pohon beringin yang berada di pinggir lapangan. Seperti biasa, ia mendaratkan bokongnya di bawah pohon rindang itu sembari menatap hamparan rumput hijau yang memenuhi lapangan sepak bola.

"Rumi!"

Gelombang suara yang tidak begitu asing terdengar merembet ke dalam indera pendengaran. Rumi menoleh ke arah sumber suara dan senyum manis pun terukir di bibirnya.

"Bima!"

.

.

.

Terpopuler

Comments

վմղíα | HV💕

վմղíα | HV💕

salam kenal mampir juga kecerita ku 👃

2023-03-29

0

Mom Dian

Mom Dian

Hello ceritanya bagus ⭐⭐⭐⭐⭐
tulisan juga rapi enak di baca
Mampir juga thor ke novel ku
Aku Akan Pulang Padamu
nanti tak bawakan 👍 setiap hari🤗

2022-12-06

2

Mayya_zha

Mayya_zha

Hai...Ikhlasku melepasmu, Mas!
hadir...
kalau ingat masa sekolah bikin kangen...

2022-12-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!