Sekuter matic warna merah keluaran terbaru itu melaju dengan kecepatan sedang. Membelah jalanan beraspal yang terlihat sedikit lenggang. Sang bayu pun juga terasa berhembus sedikit kencang. Memberikan sensasi rasa sejuk bagi manusia-manusia yang tengah berlalu lalang. Meskipun hawa panas tak dapat terhindarkan.
"Pegang yang erat. Nanti jatuh!"
Rumi sedikit terhenyak kala tiba-tiba tangan kiri Bima meraih lengan tangannya. Ia yang sebelumnya meletakkan kedua tangan di atas paha, seketika berubah. Kini lengan tangannya memeluk pinggang kekasihnya ini.
"Ihhhh .... malu dilihat orang-orang Bim!"
Rumi mencoba untuk melepaskan tangannya dari pinggang Bima. Namun secepat kilat tangan kekasihnya ini menahannya. Alhasil sia-sia saja yang dilakukan oleh Rumi ini. Bahkan kepala gadis itupun juga mendarat di atas pundak Bima.
"Kenapa harus malu? Kita ini sepasang kekasih dan aku rasa tidak ada salahnya seperti ini. Dan lihatlah muda-mudi di sekeliling kita, mereka juga biasa saja melakukan hal seperti ini."
Rumi mencoba menoleh ke kanan dan ke kiri. Benar saja, banyak para remaja yang berboncengan dengan posisi begitu intim. Sama persis dengan posisinya. Meskipun sudah satu tahun menjalani hubungan dengan Bima, namun ini merupakan pengalaman pertamanya membonceng sang kekasih dengan posisi seintim ini. Ia yang biasanya bisa menjaga jarak ketika dibonceng oleh Bima, hari ini terlihat sebaliknya. Posisinya begitu dekat dan begitu rapat.
"Tapi itu sungguh berlebihan Bim. Padahal mereka juga tidak akan jatuh bukan meskipun tidak memeluk pinggang kekasihnya?"
"Betul. Tapi tidak ada salahnya bukan jika aku melakukan upaya antisiapsi? Aku hanya khawatir jika kamu tiba-tiba jatuh atau terbang tertiup angin. Hahahaha."
"Iihhhhh ... Kamu ini malah bercanda loh Bim. Tidak lucu, tahu!"
"Aduh, aduh, kok nyubit sih Rum? Sakit tahu!"
"Biar saja. Kamu sih sukanya bercanda!"
Masih fokus dengan motor yang ia bawa, Bima hanya bisa tergelak pelan. "Tapi perasaan cintaku ke kamu tidak pernah bercanda, Rumi. Aku sungguh mencintaimu. Persis lirik lagu milik Seventeen."
"Lagu milik Seventeen? Yang seperti apa itu?"
"Ehemm ... ehem .... Yang seperti ini."
Bima menarik napas panjang dan perlahan ia hembuskan. Nampaknya pemuda ini bersiap-siap untuk bernyanyi.
"Sumpah ku mencintaimu, sungguh ku gila karenamu. Sumpah mati hatiku untukmu, tak ada yang lain. Mati rasaku tanpamu, henti nafasku karenamu. Sumpah mati, aku cinta."
Rumi hanya bisa tersipu malu dan tak mampu berucap sepatah katapun kala mendengar sang kekasih menyanyikan lirik lagu ini. Hatinya seakan dihujani oleh kelopak-kelopak bunga asmara yang membuatnya bahagia tiada terkira. Meskipun hanya sebuah lirik lagu, namun sungguh bisa membuatnya merasa begitu sempurna.
"Ah kamu ini benar-benar raja gombal Bim!"
"Meskipun raja gombal, tapi kamu suka kan? Nyatanya kamu menerima cintaku dan sekarang kita sudah menjalin sebuah hubungan."
Semburat warna merah jambu terlukis jelas di tulang pipi gadis berusia delapan belas tahun itu. Ingatannya tetiba tertuju pada masa-masa Bima melancarkan aksinya untuk mendekatinya. Setiap hari ada saja selembar kertas yang masuk ke dalam tas yang ia bawa. Selembar kertas dengan bait-bait puisi indah yang membuat hati wanita manapun luluh dibuatnya.
"Itu karena kamu pantang menyerah untuk mendekatiku Bim. Jadi terpaksa aku terima."
"Oh, jadi kamu terpaksa menerimaku? Tidak tulus dari dalam hatimu? Baguslah kalau begitu!"
Intonasi suara Bima sudah berubah tidak seperti sebelumnya. Dari suara pemuda itu terdengar sebuah kekecewaan akan jawaban yang diberikan oleh Rumi. Sedangkan Rumi hanya terkikik geli melihat perubahan mood kekasihnya ini.
Rumi mengeratkan pelukannya di pinggang sang kekasih.
"Tidak ada keterpaksaan dalam menerimamu. Kamu adalah lelaki pertama yang membuatku jatuh cinta. Dan membuatku ketergantungan dengan bait-bait puisi yang setiap hari selalu kamu tuliskan untukku. Terima kasih sudah memilihku, Bim. Aku harap selamanya kita bisa seperti ini."
Bima mengusap-usap lengan tangan sang kekasih yang melingkar di pinggangnya. Ia tersenyum lebar seakan mengabarkan kepada dunia jika ia teramat bahagia.
"Aku berjanji selamanya kita akan seperti ini, Rumi. Bahkan untuk masa depan, aku hanya ingin menjalani kehidupan bersamamu. Bukan dengan yang lain."
Hati Rumi menghangat. Satu tahun menjalin hubungan dengan Bima sudah cukup membuatnya yakin bahwa Bima adalah lelaki terbaik yang nantinya akan menjadi pendamping hidup. Terlebih kedua keluarga sudah sama-sama saling mengenal, sehingga membuat Rumi semakin yakin untuk menjalani hubungan yang lebih serius dengan lelaki ini.
"Aku pegang ucapanmu ini Bim. Dan aku akan senantiasa bersabar untuk menunggu sampai tiba waktu itu."
"Aku akan membuktikannya ketika mimpi dan anganku sudah bisa aku raih semua. Aku harap kamu bisa sabar menantinya."
***
Puas berkeliling kota, Bima menghentikan motornya di salah satu kedai es krim yang berada di kota ini. Setelah parkir, keduanya memasuki outlet dan memesan variant es krim yang mereka inginkan.
Satu cup es krim ukuran sedang varian mint sudah tersaji di depan mata. Membuat cairan saliva seketika berkumpul di ujung indera perasa. Tak butuh waktu yang lama, buru-buru Rumi mulai mencicipinya.
Tekstur lembut dan nikmatnya es krim ini sudah mulai melaju membasahi kerongkongan. Memang benar kata orang bahwa dengan menikmati es krim, mood yang tadinya hancur perlahan bisa pulih kembali. Entah zat apa yang terkandung dalam satu cup es krim ini sehingga bisa membuat suasana hati siapapun yang menikmati jauh lebih tenang dan rileks.
"Tadi kamu bertemu dengan panitia promnight? Memang apa yang dibahas? Apa kamu akan perform di acara promnight nanti?" tanya Rumi membuka obrolan sembari menikmati es krim yang ia pesan.
Sama halnya dengan Rumi, Bima pun juga nampak begitu menikmati sajian es krim variant cokelat yang ia pesan. Pemuda itu menganggukkan kepala.
"Iya, aku akan perform di acara promnight nanti. Dan apakah kamu tahu, bahwa ada satu hal yang membuatku teramat bahagia?"
Dahi Rumi berkerut seraya ia gelengkan kepalanya. "Memang apa yang membuatmu bahagia Bim? Bukankah sudah menjadi hal yang biasa jika kamu perform di acara-acara sekolah?"
"Bukan itu Rumi, tapi di acara promnight nanti akan ada guest star. Dan aku akan berkolaborasi dengannya. Tahukah kamu siapa yang menjadi guest star itu?"
Rumi semakin dibuat penasaran. Gadis itu juga dibuat begitu antusias untuk mendengar cerita yang disampaikan oleh kekasihnya ini.
"Memang siapa Bim? Apakah salah satu group band yang tengah naik daun saat ini?"
Wajah Bima nampak begitu gembira. Binar kebahagiaan itu tergambar jelas membingkai wajah tampannya.
"Bukan hanya group band yang naik daun tapi bagiku group band ini merupakan the legend. Karena pesonanya tidak lekang oleh waktu."
"Oh ya? Siapa itu Bim?"
"Sheila on 7, Rumi. Di promnight nanti aku akan berkolaborasi dengan mereka. Aku benar-benar bangga bisa berada satu panggung dengan group band favoritku. Satu panggung dengan Sheila on 7 adalah salah satu mimpi dan anganku."
Tatapan mata Bima sedikit menerawang, namun sama sekali tidak memudarkan rasa bahagia sekaligus bangga yang ia rasakan. Bahagia karena lusa, apa yang ia impikan benar-benar bisa terwujud.
Tak jauh berbeda dengan Bima, Rumi pun turut bahagia dan bangga mendengar berita yang disampaikan oleh kekasihnya ini. Ia raih telapak tangan Bima dan ia genggam dengan erat.
"Aku ikut bahagia Bim. Doaku, semoga kamu bisa meniru jejak-jejak keberhasilan group band idolamu itu. Dan semoga suatu hari nanti kamu bisa menjadi seorang vokalis sebuah group band terkenal yang dielu-elukan para penikmat musik."
Tatapan mata Bima yang sebelumnya terlihat begitu menerawang, kini ia fokuskan ke arah sang kekasih. Senyum manis pun terlukis di bibirnya.
"Aamiin, aamiin, aamiin ... Terima kasih banyak untuk doa-doamu, Sayang!"
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Mom Dian
Oh manisnya cinta kalian semoga tidak hanya semanis es krim yang kalian nikmati
2022-12-06
0
☠ᵏᵋᶜᶟբɾҽҽթαlҽsԵíղαKᵝ⃟ᴸ𒈒⃟ʟʙᴄ
kupegang janjimu bim awas ajh nnti jd kacang lupa kulit nya😪
2022-11-28
1
Lenkzher Thea
Emang maunya Bima mendapat pelukan
2022-11-28
0